Muhammad Rasyidil Fikri Alhijri
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM) UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR (UNIDA) PONOROGO Ari Susanto; Muhammad Rasyidil Fikri Alhijri; Mohammad Zakki Azani; Mohammad Ali; samsirin samsirin
PARAMUROBI: JURNAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Vol 5 No 2 (2022): Paramurobi: Jurnal Pendidikan Agama Islam
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UNSIQ Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/paramurobi.v5i2.2867

Abstract

In essence, the application of MBKM is a very essential form of student-centered learning. In its development, the UNIDA campus has twice participated in the Teaching Campus, one of the MBKM programs held by the Minister of Education. The purpose of this study was to determine the extent of implementation and obstacles in MBKM on the campus of Darussalam Gontor University, Ponorogo (UNIDA) as well as some of the problems and obstacles in it. This research uses a case study approach. The instrument of data collection was done by interview, and documentation. The results of this study show that although UNIDA has started to implement several MBKM activities, they are still not running optimally due to several things including: (1) there is no strong legal umbrella to state that the academic community makes other policies related to the implementation of MBKM itself; (2) socialization, which is felt to be very lacking; (3) unclear credit conversion, (4) differences in the use of the year used by UNIDA in determining the academic calendar, where Unida uses the Hijri calendar while in general MBKM activities are based on the Masehi Calender.
Islamic Education for Women Based On Buya Hamka and Murtadha Muthahhari’s Thoughts Muhammad Rasyidil Fikri Alhijri; Amir Reza Kusuma; Ari Susanto; Mohammad Zakki Azani; Mohamad Ali
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 12, No 03 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i03.4082

Abstract

Lack of knowledge and society awareness dealing with the importance of Women's Education often makes treat, differently between men and women in the teaching process. Even though both of them have different characteristics and needs. For this reason, the research will be discusse an effort to look deeper into some thoughts of women's education, developing women’s potential and maximising the potential of women as a support for the superior generation in civilization of  ummah. This research is library research, while data obtained were analysed by using the documentary method. the researcher also use descriptive method, comparative method and content analysis method to analyzing data. This study found that: 1) according to Hamka the importance of women's education is because women play a very important role in life  as a wife, a mother,an  educator and a caregiver. 2) according to muthahhari women's education in Islam is important because it aims to make women understand about their duties and responsibilities in accordance with their nature as a wife and a mother who will educate their children later. 3) Both of them have an understanding of the importance on women education. While the different are in the way to understand the importance of women’s education. Hamka tend to understand it from interpreting Al-Qur’an and Al- Hadist, while  Muthahhari tend to understand it from philosophical side.
POTENSI BELAJAR DALAM AL-QU’RAN (TELAAH SURAT AN NAHL :78) Muhammad Rasyidil Fikri Alhijri; Amir Reza Kusuma; Ari Susanto; Mohammad Zakki Azani; Mohamad Ali
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 5, No 10 (2016): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam - Juli 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1156.085 KB) | DOI: 10.30868/ei.v5i10.10

Abstract

Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan dan keistmewaan dibanding dengan makhluk lain. Salah satu keistiewaan dan kelebihan itu adalah adanya potensi untuk berfikir . Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat, tantangan dan tuntutan tidak pernah jeda, terus mengalami peningkatan sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan budaya sebuah mesyarakat, yang menuntut adanya inovasi, terobosan-terobosan, produk-produk karya cipta, model-model dan solusi-solusi baru, berbeda, unik dan unggul. Manusia menuntut lebih dan lebih dari untuk hari esok dibanding dengan hari ini.Proses belajar dan pembelajaran sebuah keharusan bagi manusia dalam kehidupan. Berbagai fenomena yang terjadi di alam raya ini akan terungkap kepermukaan bila dilakukan dengan jalan belajar. Belajar dalam pengertian ini tentunya dalam pengertian yang luas, pembacaan terhadap fenomena alam dan realitas sosial masyarakat akan memberikan implikasi positif dengan lahirnya berbagai penemuan dalam bentuk ilmu pengetahuan berupa ilmu alam, ilmu sosial, ilmu humaniora, ilmu jiwa dan ilmu kesehatan dan sebagainya. Kesemuanya ini merupakan  hasil kegiatan belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Semakin manusia menyadari dirinya untuk belajar maka semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Potensi yang ada pada diri manusia jika dikembangkan dengan belajar akan melahirkan peradaban besar bagi kemaslahatan pada manusia itu sendiri.Dalam konteks itu,  Dawam Rahardjo menyatakan bahwa agaknya pendengaran, penglihatan dan kalbu (al-fuād) adalah alat untuk memperoleh ilmu dalam kegiatan belajar, dan dapat dikembangkan dalam kegiatan pengajaran.[1]  Ketiga komponen  tersebut merupakan alat potensial yang dimiliki manusia untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Kaitan antara ketiga komponen tersebut adalah bahwa pendengaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dari hasil belajar dan mengajar, penglihatan bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambahkan hasil penelitian dengan mengadakan pengkajian terhadapnya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala sifat yang jelek. Yang terakhir ini, berkaitan dengan teori belajar dan mengajar dalam aspek aqidah dan akhlak
POTENSI BELAJAR DALAM AL-QU’RAN (TELAAH SURAT AN NAHL :78) Muhammad Rasyidil Fikri Alhijri; Amir Reza Kusuma; Ari Susanto; Mohammad Zakki Azani; Mohamad Ali
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 5 No. 10 (2016): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam - Juli 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v5i10.10

Abstract

Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan dan keistmewaan dibanding dengan makhluk lain. Salah satu keistiewaan dan kelebihan itu adalah adanya potensi untuk berfikir . Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat, tantangan dan tuntutan tidak pernah jeda, terus mengalami peningkatan sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan budaya sebuah mesyarakat, yang menuntut adanya inovasi, terobosan-terobosan, produk-produk karya cipta, model-model dan solusi-solusi baru, berbeda, unik dan unggul. Manusia menuntut lebih dan lebih dari untuk hari esok dibanding dengan hari ini.Proses belajar dan pembelajaran sebuah keharusan bagi manusia dalam kehidupan. Berbagai fenomena yang terjadi di alam raya ini akan terungkap kepermukaan bila dilakukan dengan jalan belajar. Belajar dalam pengertian ini tentunya dalam pengertian yang luas, pembacaan terhadap fenomena alam dan realitas sosial masyarakat akan memberikan implikasi positif dengan lahirnya berbagai penemuan dalam bentuk ilmu pengetahuan berupa ilmu alam, ilmu sosial, ilmu humaniora, ilmu jiwa dan ilmu kesehatan dan sebagainya. Kesemuanya ini merupakan  hasil kegiatan belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Semakin manusia menyadari dirinya untuk belajar maka semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Potensi yang ada pada diri manusia jika dikembangkan dengan belajar akan melahirkan peradaban besar bagi kemaslahatan pada manusia itu sendiri.Dalam konteks itu,  Dawam Rahardjo menyatakan bahwa agaknya pendengaran, penglihatan dan kalbu (al-fuād) adalah alat untuk memperoleh ilmu dalam kegiatan belajar, dan dapat dikembangkan dalam kegiatan pengajaran.[1]  Ketiga komponen  tersebut merupakan alat potensial yang dimiliki manusia untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Kaitan antara ketiga komponen tersebut adalah bahwa pendengaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dari hasil belajar dan mengajar, penglihatan bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambahkan hasil penelitian dengan mengadakan pengkajian terhadapnya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala sifat yang jelek. Yang terakhir ini, berkaitan dengan teori belajar dan mengajar dalam aspek aqidah dan akhlak