Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Uji Disolusi Kokristal Meloksikam dan Asam Malonat Sebagai Koformer Dibuat dengan Metode Slurry Yuli Ainun Najih; Bambang Widjaja; Dita Nurlita Rakhma; Agung Satrio
Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika (J-PhAM) Vol 5 No 1 (2022): Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Publisher : STIKES Rumah Sakit Anwar Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36932/jpcam.v5i1.101

Abstract

Meloksikam (MLX) merupakan obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air termasuk golongan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) digunakan untuk pengobatan ostheoarthritis dan rheumatoid arthritis. Upaya meningkatkan kelarutan dari meloksikam salah satunya dengan cara pembentukan kokristal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pembentukan kokristal meloksikam (MLX) dan asam Malonat (AM) sebagai koformer perbandingan mol (1:1) yang dibuat dengan metode slurry terhadap laju disolusi dari campuran fisik dan MLX murninya. Uji disolusi dilakukan dengan metode uji disolusi tipe 2 dengan pengaduk dayung, kecepatan pengadukan adalah 75 rpm dengan media buffer fosfat pH 7,5 dan suhu konstan yang digunakan adalah 37ᵒC±0,5ᵒC. Interval waktu pengambilan sampel yaitu menit ke-5, 10, 15, 20, 25, dan 30. Hasil uji disolusi menunjukkan persentase kelarutan kokristal MLX-AM meningkat dengan meningkatnya waktu disolusi dibandingkan dengan campuran fisik dan MLX murninya. Efisiensi disolusi pada menit ke-30 (%ED30) kokristal MLX-AM, campuran fisik dan MLX murninya masing-masing sebesar 78.32±4.49; 3.58±0.32; dan 2.19±0,14. Nilai slope dari kokristal MLX-AM, campuran fisik dan MLX murninya masing-masing sebesar 5.57±0,40; 0,22±0,03; dan 0,14±0,02.
Karakterisasi dispersi padat meloksikam dengan matriks campuran PEG 6000 dan poloxamer 188 yang dibuat menggunakan metode kombinasi YULI AINUN NAJIH
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2021.006.02.6

Abstract

Meloksikam merupakan salah satu obat golongan NSAID yang diindikasikan untuk meringankan rasa sakit dan peradangan pada penyakit rematik. Klasifikasi obat meloksikam termasuk dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) kelas II, yang memiliki kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi, hal tersebut dapat mengakibatkan pembatasan penyerapan obat dalam tubuh. Salah satu upaya yang dilakukan pada penelitian ini untuk meningkatkan kelarutan meloksikam yaitu dengan melakukan pembentukan sistem dispersi padat meloksikam dalam campuran PEG 6000 dan poloxamer 188 pada perbandingan 99:1 dan 98:2 dengan metode kombinasi yang kemudian dibandingkan dengan campuran fisiknya pada perbandingan yang sama dan senyawa murninya. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing sediaan tersebut. Pada hasil difraktogram menggunakan XRPD, dispersi padat dengan perbandingan 99:1 dan 98:2 menunjukkan terbentuknya puncak dengan tingkat ketajaman atau instensitas yang lebih kecil pada sudut 13,5°; 15,0°; dan 18,5°. Data termogram menggunakan DSC menunjukkan adanya penurunan derajat kristanilitas pada sistem dispersi padat dengan perbandingan 99:1 dan 98:2 yaitu pada titik lebur 56,1°C dan 55,4°C. Hasil karakterisasi dengan FT-IR menunjukkan bahwa spektra yang teridentifikasi berada pada kisaran spektra meloksikam, PEG 6000, dan poloxamer 188, Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem dispersi padat tidak terjadi interaksi kimia antara meloksikam dengan PEG 6000 dan poloxamer 188.
Karakterisasi dispersi padat meloksikam dengan matriks campuran PEG 6000 dan poloxamer 188 yang dibuat menggunakan metode kombinasi YULI AINUN NAJIH
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2021.006.02.6

Abstract

Meloksikam merupakan salah satu obat golongan NSAID yang diindikasikan untuk meringankan rasa sakit dan peradangan pada penyakit rematik. Klasifikasi obat meloksikam termasuk dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) kelas II, yang memiliki kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi, hal tersebut dapat mengakibatkan pembatasan penyerapan obat dalam tubuh. Salah satu upaya yang dilakukan pada penelitian ini untuk meningkatkan kelarutan meloksikam yaitu dengan melakukan pembentukan sistem dispersi padat meloksikam dalam campuran PEG 6000 dan poloxamer 188 pada perbandingan 99:1 dan 98:2 dengan metode kombinasi yang kemudian dibandingkan dengan campuran fisiknya pada perbandingan yang sama dan senyawa murninya. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing sediaan tersebut. Pada hasil difraktogram menggunakan XRPD, dispersi padat dengan perbandingan 99:1 dan 98:2 menunjukkan terbentuknya puncak dengan tingkat ketajaman atau instensitas yang lebih kecil pada sudut 13,5°; 15,0°; dan 18,5°. Data termogram menggunakan DSC menunjukkan adanya penurunan derajat kristanilitas pada sistem dispersi padat dengan perbandingan 99:1 dan 98:2 yaitu pada titik lebur 56,1°C dan 55,4°C. Hasil karakterisasi dengan FT-IR menunjukkan bahwa spektra yang teridentifikasi berada pada kisaran spektra meloksikam, PEG 6000, dan poloxamer 188, Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem dispersi padat tidak terjadi interaksi kimia antara meloksikam dengan PEG 6000 dan poloxamer 188.
ANALISIS KEPARAHAN INTERAKSI OBAT-OBAT POTENSIAL DI APOTEK DAERAH PESISIR PANTAI SURABAYA Ana Khusnul Faizah; Hardyono Hardyono; Yuli Ainun Najih
JOURNAL OF PHARMACY SCIENCE AND TECHNOLOGY Voume 1 Nomor 1
Publisher : Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/pst.v1i1.23

Abstract

Potential drug-drug interactions (pDDIs) is one the drug related problems when two or more drugs given at the same time. DDIs are often predictable and avoidable. One of pharmacist roles is to assess prescription includes indication, dose, duplication therapy, adverse drug reaction, contraindication and DDIs, to identify, prevent and resolve DRPs. The objective of this study is to evaluate potential drug-drug interactions (pDDIs) in patients in east coast pharmacy in Surabaya. This study was performed by cross sectional of retrospective prescription in east coast pharmacy in Surabaya during March until May 2016. There were 780 prescriptions. Prevalence of pDDIs were 20,5%.Moderate pDDIs dominated 70% followed by minor (21%), major (8%) and contraindication (1%). The mechanisms of pDDIs is 82% by pharmacokinetic and 12% by pharmacodynamic. A Pharmacist should participate to identify and prevent harmful DDIs.