Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Praktik Pemberian Makan Prelakteal di Daerah Urban dan Rural Indonesia: studi data Survei Dasar Kesehatan Indonesia 2017 Rachma Purwanti; Ayu Rahadiyanti; Dewi Marfu'ah Kurniawati; Galuh Chandra Irawan
Health Information : Jurnal Penelitian Vol 14 No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36990/hijp.v14i2.495

Abstract

Based on WHO data, globally, the achievement of exclusive breastfeeding is still relatively low (<50%). Pre-lacteal feeding is a challenge for the success of exclusive breastfeeding. This study aims to analyze the relationship between residence in rural and urban areas with the practice of pre-lacteal feeding and the type of pre-lacteal food given. The study use secondary data from Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS)-2017 with a cencus block sample frame from the results of the 2010 population cencus. The variables studied were the subject's residence (rural-urban), pre-lacteal feeding, and the type of pre-lacteal food given. The subjects of this study were 8841 subjects. Data analysis carried out included univariate and bivariate analysis. There was no relationship between residence in rural/urban areas and the practice of pre-lacteal feeding (p>0.05). There was a relationship between residency in rural/urban areas and the type of pre-lacteal food given, namely milk other than breast milk, plain water, sugar water, formula milk, honey, coffee, and other fluids (p<0.001; p=0.003; p<0.001 ; p<0.001; p<0.001; p=0.011; p<0.001). Water, sugar water, honey, and coffee are pre-lacteal foods frequently given in rural areas. Milk other than breast milk and formula milk is pre-lacteal food frequently given in urban areas. Residency in rural/urban areas is not related to pre-lacteal feeding practices but is related to the type of pre-lacteal food given. Suggestion: it is necessary to conduct a national study to analyze the factors related to the types of pre-lacteal food given in rural and urban areas.
Strategi Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Responsive Feeding untuk Pencegahan Stunting pada Balita Rachma Purwanti; Ani Margawati; Hartanti Sandi Wijayanti; Ayu Rahadiyanti; Dewi Marfu'ah Kurniawati; Deny Yudi Fitranti
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2023): November 2023
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v7i2.5874

Abstract

Salah satu faktor risiko utama dari stunting yaitu asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai. Pemenuhan kebutuhan gizi balita dapat dioptimalkan salah satunya dengan pemberian makan yang responsif. Saat ini pengetahuan, sikap dan praktik Responsive Feeding di Indonesia masih sangat rendah (≤30%), demikian pula di Kota Semarang. Upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan praktik Responsive Feeding pada balita perlu dilakukan melalui strategi Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) terpadu meliputi edukasi dan Small Group Discussion (SGD). Program dilaksanakan selama 8 bulan (April-November 2022) di wilayah Puskesmas Lamper Tengah, Kota Semarang. Media yang digunakan yaitu modul edukasi, power point presentation, dan kartu edukasi. Kartu edukasi Responsive Feeding terdiri dari 5 kartu yang menggambarkan praktik pemberian makan Responsive Feeding. Sasaran program adalah ibu balita. Edukasi berjalan dengan lancar dan diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab antar peserta dan pelaksana pengabdian masyarakat. Hasil dari program menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rerata skor pengetahuan, sikap, dan praktik responsive feeding setelah program dilaksanakan. Rerata skor pengetahuan sebelum intervensi sebesar 18,72 meningkat menjadi 20,15. Rerata skor sikap sebelum intervensi sebesar 91,2 meningkat menjadi 94,2. Rerata skor praktik sebelum intervensi sebesar 10,22 meningkat menjadi 10,5. Sebelum dilaksanakannya program, praktik Responsive Feeding dilaksanakan secara lengkap (meliputi 5 indikator) oleh 22% ibu balita. Setelah program dilaksanakan, praktik Responsive Feeding secara lengkap dilaksanakan oleh 27% ibu balita.
Efektivitas Kombinasi Program Latihan SAQ dan Complex Training Terhadap Power Tungkai Personel Pemadam Kebakaran PT Adaro Indonesia Bagus Tri Atmojo; Mohammad Arif Ali; Sahri Sahri; Andi Kurniawan; Dewi Marfu'ah Kurniawati
Jurnal Patriot Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Patriot
Publisher : Jurusan Kepelatihan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/patriot.v5i2.946

Abstract

Masalah: Personel pemadam kebakaran (Damkar) dituntut memiliki komponen kebugaran jasmani diatas rata-rata. Daya ledak otot tungkai merupakan salah satu komponen kebugaran jasmani yang penting untuk personel Damkar. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada efek dari program latihan Kombinasi SAQ dan complex training (KSCT) terhadap power tungkai pada personel pemadam kebakaran. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental, dengan desain penelitian one group pre-test post-test. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive dengan kriteria: 1) Anggota Damkar, 2) Masuk dalam penugasan tim Indonesian Fire & Rescue Challenge, 3) Mampu menyelesaikan program latihan KSCT. Program latihan KSCT diberikan selama 3 minggu dengan frekuensi latihan 2 kali setiap minggu, dengan prinsip latihan progressive overload. Uji statistik dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 26. Hasil: Peningkatan signifikan daya ledak otot tungkai setelah diberikan program latihan KSCT pada personel damkar, pre-test (7,2) dan post-test (7,5), dengan nilai p<0.05. Kesimpulan: Penelitian ini membuktikan bahwa program latihan KSCT mampu meningkatkan daya ledak otot tungkai. Namun terdapat kelemahan pada penelitian ini yaitu jangka waktu penelitian yang kurang panjang sehingga hasil dari program latihan tidak maksimal meskipun mengalami peningkatan. Maka dari itu peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya agar menambah jangka waktu penelitian.