Roely Ardiansyah
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Konstruksi Entitas Penalaran Asosiatif Dan Disosiatif Berbahasa Indonesia Sebagai Bahasa Ketiga Melalui Pola Penalaran Penutur Asing Roely Ardiansyah
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 14 No. 1 (2022): September
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v14i1.2927

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konstruksi entitas penalaran asosiatif dan disosiatif berbahasa Indonesia sebagai bahasa ketiga melalui pola penalaran penutur asing. Terlebih lagi memahami kalimat berbahasa Indonesia sebagai B-3 penutur asing mencerminkan penalaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah berupa kalimat entitas penalaran asosiatif dan disosiatif berbahasa Indonesia. Sumber data berupa karangan berbahasa Indonesia sebagai B-3 dari berbagai genre dengan topik yang berbeda-beda. Kegiatan menulis ini sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan Kursus dan Pelatihan BIPA. Hasil penelitian entitas penalaran disosiatif ditemukan 1) kebijakan dan nilai yang dikonstruksi pola penalaran rumit majemuk, 2) pola penalaran penyusunan simpulan silogisme mengkonstruksi nilai moral, 3) ideologi dikonstruksi melalui pola penalaran sederhana.
Kesalahan Penalaran Berbahasa Indonesia sebagai Bahasa Ketiga Penutur Venezuela Roely Ardiansyah; Fransisca Dwi Harjanti
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 14 No. 2 (2023): April
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v14i2.3361

Abstract

Penelitian ini mengaji kesalahan penalaran berbahasa Indonesia sebagai bahasa penutur Venezwela. Objek penelitian ini berupa bahasa Indonesia sebagai B-3. Tujuan penelitian ini membahas 1) generalisasi yang terluas, 2) kerancuan analogi, 3) kekeliruan kausalitas, dan 4) kesalahan relevansi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan data penelitian ini berupa kalimat dalam paragraf. Sumber data penelitian, yakni tiga penutur Venezwela. Hasil penelitian yang diperoleh, 1) penutur sering melakukan salah nalar generalisasi terlalu luas karena dalam mengungkapkan gagasan berupa data-data yang disajikan kurang lengkap dan masih terlalu umum; 2) salah nalar kerancuan analogi terjadi bila penutur menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan satu dari beberapa segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain; 3) salah nalar kekeliruan kausalitas terjadi, karena penutur salah dalam menentukan sebab-akibat dari suatu peristiwa atau hasil dari suatu kejadian; dan 4) salah nalar kesalahan relevansi terjadi, karena struktur bahasa Spanyol berbeda dengan struktur bahasa Indonesia. Perbedaan struktur bahasa itu menjadi kendala bagi penutur menyampaikan gagasan dalam tulisannya.
DIALEK BAHASA JAWA DI KELURAHAN SAMBIKEREP KECAMATAN SAMBIKEREP DI WILAYAH SURABAYA BARAT Roely Ardiansyah
EDU-KATA Vol 2 No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Islam Darul `Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/kata.v2i1.4611

Abstract

Dialek merupakan seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama. Berdasarkan fenomena ini, variabel yang digunakan, yakni variabel pendidikan dan variabel usia. Akan tetapi, pendeskripsian perbedaan unsur kebahasaan Jawa di wilayah Surabaya Barat dibatasi pada kajian leksikal dan peta. Pelaksanaan penelitian langsung mewawancarai responden dan menyimak berian informan dengan mencatat dan merekam mengajukan daftar pertanyaan berjumlah 200 glos kosakata Swadesh. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, bentuk leksikal dan peta bahasa Jawa khususnya di Kelurahan Sambikerep Kecamatan Sambikerep. Setelah dilakukan penelitian, data yang diperoleh berupa beda leksikal, yakni lima belas kata. Dengan demikian, pengajian variasi ini dilakukan pemetaan untuk melihat variasi yang muncul di tiap tempat dalam satu Keluruhan yang diamati. Pemetaan ini dapat dilakukan dengan metode berkas isoglos. Peta yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk penyuluhan pendidikan sosial, dan dapat pula untuk melokalisasi konsep budaya tertentu yang tercermin dari kosa kata.
Kekerasan Simbolik dalam Struktur Wacana Kelas Fransisca Dwi Harjanti; Roely Ardiansyah
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 17 No 1 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/st.v17i1.19445

Abstract

Penelitian ini mengungkapkan kekerasan simbolik yang terjadi dalam struktur wacana di dalam kelas. Struktur wacana kelas terdiri atas bagian pembuka oleh guru, respon siswa, dan tanggapan atau kelanjutan dari guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis sebagai penelitian kualitatif. Data diambil dari rekaman video pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru peserta Pendidikan Profesi Guru di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Analisis data menggunakan pendekatan analisis wacana kritis yang melibatkan teks, praktik wacana, dan konteks sosial-budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan simbolik sering terjadi secara tidak sadar dalam struktur wacana kelas, terutama pada bagian pembuka, respon, dan kelanjutan. Dalam bagian pembuka, guru sering menggunakan kalimat perintah atau suruhan dengan kata-kata seperti "silakan", "harapkan", "mohon", atau menggunakan akhiran "-kan" pada kata kerja untuk memberikan stimulus kepada siswa. Siswa merespon pertanyaan atau perintah guru dengan menggunakan pengulangan dalam bagian respon. Sedangkan dalam bagian kelanjutan, guru menggunakan kata-kata penghargaan seperti "terima kasih" atau "baik" sebagai tanggapan terhadap jawaban siswa.
Upaya Memahami Makna Kata hajar, aman dan back up dalam Kasus Penembakan Brigadir Josua Melalui Kajian Wacana Kritis Fransisca Dwi Harjanti; Roely Ardiansyah
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 15 No. 1 (2023): September
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v15i1.3853

Abstract

Tulisan ini adalah bidang kajian wacana kritis yang mencoba mengungkap makna kata hajar atau menghajar, aman dan back up. Satu di antara tiga wacana ini menjadi wacana yang banyak diberbincangkan oleh para ahli linguistik, ahli hukum, dan masyarakat. wacana ini menjadi perdebatan yang ramai pada saat persidangan kasus pembunuhan Brigadir Josua. Untuk memahami makna implisit kata hajar, amankan dan back up, maka tulisan ini akan menganalisisnya dengan menggunakan kajian atau Analisis Wacana Kritis. Data yang digunakan adalah tiga buah kata yang muncul pada saat persidangan. Data tersebut diambil dari dokumentasi kasus persidangan terdakwa FS dan Bharada E dalam kasus Penembakan Brigadir Josua. Karena termasuk dalam kajian wacana kritis, proses penganalisisannya meliputi, proses deskripsi, penjelasan, dan eksplanasi. Dalam Analisis Wacana Kritis diperlukan praanggapan untuk mencari kemungkinan proposisi atau kalimat yang muncul sebelum wacana dihadirkan. Dalam penganalisisannya konteks situasi dan kekuasaan turut berperan dalam proses pemaknaan. Dari hasil penganalisisannya dapat disimpulkan bahwa kata hajar dalam kasus penembakan Brigadir Josua tidak hanya dianggap sebagai perintah untuk memukuli lawannya sampai tidak berkutik namun dapat dianggap sebagai perintah untuk melakukan penembakan. Kata back up mengandung makna secara implisit adalah mendukung atau menyokong. Kata amankan merupakan verba perintah untuk memberikan perlindungan. Dua kata ini mengandung makna konotasi negatif karena digunakan untuk peristiwa atau kegiatan pelanggaran hukum atau norma. Dalam kajian secara kritis pernyataan yang di dalamnya mengandung kata-kata ini secara implisit bermakna perintah untuk melakukan penembakan, bukan hanya sekedar perintah untuk memberikan perlindungan.
Nilai-Nilai Filosofis dalam Novel “The Alchemis” Karya Paulo Coelho Fransisca Dwi Harjanti; Roely Ardiansyah
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan Vol. 15 No. 2 (2024): April
Publisher : Unipdu Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26594/diglossia.v15i2.4802

Abstract

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu kesusasteraan dan Filsafat. Penelitian ini menganalisis novel yang berjudul the Alchemist karya Paolo Choelho dengan menggunakan teori filsafat. Yang menjadi kajian dalam novel ini adalah nilai-nilai filosofis yang di antaranya adalah nilai eksistensialisme, skeptisisme, dan empirisme. Tujuan dalam penelitian ini antara lain mendeskripsikan nilai-nilai eksistensialisme, skeptisisme, dan empirisme yang terdapat dalam novel The Alchemist karya Paulo Coelho. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengunakan metode pengumpulan data dokumentasi dengan teknik catat bebas libat cakap. Data dalam penelitian ini adalah nilai-nilai folosifis yang di antaranya adalah nilai eksistensialisme, skeptisisme, dan empirisme yang diambil dari novel berjudul the Alchemist karya Paulo Coelho. Hasil penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut. Pertama, nilai eksistensialisme ditandai dengan dibuatnya beberapa keputusan dan pilihan yang dapat mengubah jalan hidup seseorang. Keputusan yang telah dibuat tokoh utama dalam novel The Alchemist yang dijadikan pilihan dalam hidup diantaranya adalah keputusan untuk meninggalkan seminari, keputusan untuk memberitahukan tanda-tanda, dan keputusan untuk mengikuti nasihat orang lain. Kedua, nilai skeptisisme ditandai dengan sikap keragu-raguan. Keragu-raguan tersebut diantaranya adalah ketika tokoh utama memutuskan keluar dari pilihan hidupnya selama ini, keraguan terhadap arti sebuah mimpi, dan keraguan terhadap nasihat dari orang lain. Ketiga, nilai empirisme ditandai dengan munculnya pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman hidup. Beberapa pengetahuan yang didapatkannya di antaranya adalah pengetahuan tentang sebuah kebiasaan bukan hanya dimiliki manusia melainkan binatang, pengetahuan tentang tanda-tanda yang berasal dari mimpi, pengetahuan tentang dusta terbesar, pengetahuan tentang jiwa dunia, kemampuan membaca tanda-tanda, pengetahuan tentang rahasia kebahagiaan, pengetahuan adanya bahasa universal, pengetahuan tentang ilmu alkemia, ajaran bahwa hidup sudah digariskan/dituliskan oleh Tuhan, ajaran mengenai kebaikan Tuhan, ajaran tentang hal-hal yang diharamkan/dinajiskan, ajaran tentang cinta sejati, dan ajaran tentang adanya suara hati.
ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP ISU GENDER PEREMPUAN PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS Khusnul Irma Yanti; Roely Ardiansyah; Rini Damayanti
sarasvati Vol 6, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/sv.v6i1.3829

Abstract

This research describes women's gender issues in the Jawa Pos newspaper with the title “Critical Discourse Analysis of Women's Gender Issues in the Jawa Pos Daily Newspaper”. This research method uses a qualitative description with Sara Mills' Critical Discourse Analysis theory. The results of this study show gender issues in the news in the Jawa Pos daily newspaper. This study aims to describe (1) describe the role of women in the news in the Jawa Pos daily newspaper (2) describe the position of women when viewed from the position of the subject and object in the news in the Jawa Pos daily newspaper (3) describe the position of women when viewed in the position of the reader in the news in the Jawa Pos daily newspaper. The data collection techniques in this study used reading techniques, listening techniques, and note-taking techniques. In the written research, researchers found three issues of news about women in the Jawa Pos daily newspaper, namely (1) sexual harassment, (2) marginalization, (3) the role of women in politic
Pola Pelesapan Dalam Konstruksi Kalimat Berbahasa Indonesia Sebagai Bahasa Ketiga Pemelajar Bipa Roely Ardiansyah; Fransisca Dwi Harjanti
BELAJAR BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 8 No 1 (2023): Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/bb.v8i1.640

Abstract

Penelitian ini berkonteks pemelajar BIPA sedang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa ketiga yang berkaitan dengan kegiatan menulis. Dalam kegiatan menulis ini terdapat pelesapan dalam kalimat yang ditulis pemelajar. Pemelajar mengalami pelesapan yang terdiri atas delesi dan elipsis. Dua pola pelesapan tersebut ditemukan, ketika pemelajar mengkonstruksi kalimat. Fenomena ini menarik untuk diteliti yang berfokus pada pola pelesapan dalam konstruksi kalimat berbahasa Indonesia sebagai bahasa ketiga pemelajar BIPA. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola pelesapan delesi dan elipsis dalam kalimat pemelajar BIPA. Rancangan penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah setiap kalimat yang kedapatan pola pelesapan delesi dan elipsis dalam karangan bertema pengalaman. Sumber data penelitian ini adalah tiga pemelajar BIPA. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik baca. Teknik penganalisisan data menggunakan teknik analisis konten/isi. Hasil temuan penelitian pola pelesapan dalam kalimat pemelajar BIPA adalah 1) pola pelesapan elipsis teridentifikasi pada kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk setara belawanan, kalimat majemuk setara penguat, kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu, dan kalimat tunggal. Lima jenis kalimat ini mengalami pelesapan yang mengarah pada penggunaan konjungsi dan kosakata tertentu. Konjungsi yang dilesapkan antara lain dan, sedangkan kosakata yang dilesapkan meliputi saya, rasanya, kota, kondisi jalanya, kondisi, makan, dan harganya. Kosakata tersebut berkategori subjek, predikat, objek, dan keterangan; 2) pola pelesapan delesi teridentifikasi dalam kalimat tanya yang meliputi, a) Kapan budaya “selfie” mengembangkan? Secara konteks terjadinya prefiks dan sufiks menjadi Kapan budaya “selfie” berkembang?; b) saya menampik? Secara koteks dan situasional menjadi saya menolak?; dan c) untuk hanya hari? Secara konteks menjadi untuk hari ini?. Tiga kalimat tanya yang kedapatan pelesapan digunakan pemelajar untuk menanyakan tentang waktu dan menyampaikan penolakan.