Suparman Suparman
FISIPOL UNIB

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PEREMPUAN PESISIR DALAM KESENIAN KUDA KEPANG TRI TUNGGAL JAYA LEMPUING KOTA BENGKULU Agus Setiyanto; Suparman Suparman
Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam Vol 7, No 2 (2022): DESEMBER
Publisher : IAIN Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/ttjksi.v7i2.7867

Abstract

Kuda kepang merupakan salah satu produk kesenian tradisional masyarakat Jawa. Kuda kepang juga sering disebut kuda Lumping, jathilan, jarang kepang, eblek, jarang goyang,  dan mungkin masih ada istilah lainnya. Untuk masyarakat Sumatera khususnya Bengkulu, lebih popular dengan sebutan kuda kepang. Bentuk awalnya Kuda kepang merupakan sebuah tarian yang sederhana, tidak memerlukan keahlian dalam olah tari maupun  olah musik. Demikian juga dengan kostum dan tata riasnya.Properti yang dipakainya pun sederhana, berupa kuda-kudaan yang terbuat dari bilahan bambu (kepang) yang berbentuk seperti kuda. Oleh karena itulah kemudian lebih popular dengan nama “kuda kepang”. Musik pengiringnya juga sederhana, yaitu hanya terdiri atas, gong dua buah,  kenong dua buah, kendang, dan terompet. Para penarinya pun semula dilakukan oleh oleh kaum laki-laki saja. Kemudian dalam perkembangannya, para penarinya sudah banyak di dominasi kaum perempuan. Para perempuan pesisir ini pada mulanya hanya sebagai penggembira – penonton pasif dalam setiap pertunjukan Kuda Kepang. Tetapi seiring dengan dinamika zaman, kaum perempuan mulai bergabung dalam kesenian Kuda Kepang Tri Tunggal Jaya.  Sebagian dari mereka ada yang ikut ambil bagian sebagai tukang masak, tukang cuci pakaian (kostum), bagian perlengkapan, dan lain sebagainya.  Persisnya sejak kapan kaum perempuan bergabung dalam kesenian Kuda Kepang sulit dipastikan.