Sumijati Atmosudiro, Sumijati
Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

MAKNA SIMBOLIS BATIK PADA MASYARAKAT JAWA KUNA Maziyah, Siti; Mahirta, Mahirta; Atmosudiro, Sumijati
Paramita: Historical Studies Journal Vol 26, No 1 (2016): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v26i1.5143

Abstract

This research aims to analyze symbolic meaning of batik in the ancient Javanese society. Next, it is also analyze whether the existence of batik can describe  cultures  in contemporary society. The research uses historical method in order to obtain field data and facts. Because of the required data consist of inscription which contains of sîma area in the Ancient Mataram Kingdom era made approximately in  IX-XV M,  so those data are collected either from Jakarta National Museum or pada National Library in  Jakarta. Then, interpretation is conducted to synthesize any field facts. The final stage is historiography, that is a writing process  of any available facts  becoming history writing. According to discussion above, it can be concluded that batik motif in the Ancient Javanese society has symbolic meaning  and it can be used as communication tools for contemporary society. The Ancient Javanese society realizes that from batik motif, it can be identified the social stratification of society. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolis batik pada masyarakat Jawa Kuna.Kemudian, dianalisis juga tentang apakah melalui keberadaan batik itu dapat mendiskripsikan kebudayaan masyarakat sezaman.Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dalam upaya untuk mendapatkan data dan fakta yang ada di lapangan. Mengingat data yang dibutuhkan berupa prasasti yang berisi tentang daerah sîma pada masa Kerajaan Mataram Kuna yang dibuat sekitar abad IX-XV M, maka data-data tersebut “digali” di Museum Nasional Jakarta maupun pada Perpustakaan Nasional di Jakarta.Selanjutnya dilakukan interpretasi untuk mensintesiskan segala fakta yang terdapat di lapangan. Langkah terakhir adalah historiografi, yaitu proses penulisan segala fakta yang ada menjadi sebuah tulisan sejarah.Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motif batik pada masyarakat Jawa Kuna itu memiliki makna simbolik dan dapat digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi bagi masyarakat sezaman.Masyarakat Jawa Kuna menyadari bahwa melalui motif-motif batik dapat diketahui stratifikasi sosial masyarakat. 
MAKNA SIMBOLIS BATIK PADA MASYARAKAT JAWA KUNA Maziyah, Siti; Mahirta, Mahirta; Atmosudiro, Sumijati
Paramita: Historical Studies Journal Vol 26, No 1 (2016): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v26i1.5143

Abstract

This research aims to analyze symbolic meaning of batik in the ancient Javanese society. Next, it is also analyze whether the existence of batik can describe  cultures  in contemporary society. The research uses historical method in order to obtain field data and facts. Because of the required data consist of inscription which contains of sîma area in the Ancient Mataram Kingdom era made approximately in  IX-XV M,  so those data are collected either from Jakarta National Museum or pada National Library in  Jakarta. Then, interpretation is conducted to synthesize any field facts. The final stage is historiography, that is a writing process  of any available facts  becoming history writing. According to discussion above, it can be concluded that batik motif in the Ancient Javanese society has symbolic meaning  and it can be used as communication tools for contemporary society. The Ancient Javanese society realizes that from batik motif, it can be identified the social stratification of society. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolis batik pada masyarakat Jawa Kuna.Kemudian, dianalisis juga tentang apakah melalui keberadaan batik itu dapat mendiskripsikan kebudayaan masyarakat sezaman.Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dalam upaya untuk mendapatkan data dan fakta yang ada di lapangan. Mengingat data yang dibutuhkan berupa prasasti yang berisi tentang daerah sîma pada masa Kerajaan Mataram Kuna yang dibuat sekitar abad IX-XV M, maka data-data tersebut “digali” di Museum Nasional Jakarta maupun pada Perpustakaan Nasional di Jakarta.Selanjutnya dilakukan interpretasi untuk mensintesiskan segala fakta yang terdapat di lapangan. Langkah terakhir adalah historiografi, yaitu proses penulisan segala fakta yang ada menjadi sebuah tulisan sejarah.Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motif batik pada masyarakat Jawa Kuna itu memiliki makna simbolik dan dapat digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi bagi masyarakat sezaman.Masyarakat Jawa Kuna menyadari bahwa melalui motif-motif batik dapat diketahui stratifikasi sosial masyarakat. 
MANFAAT KAJIAN GERABAH MASA LALU BAGI PENGEMBANGAN KERAJINAN TEMBIKAR SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI PARIWISATA Atmosudiro, Sumijati
Berkala Arkeologi Vol. 18 No. 2 (1998)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v18i2.779

Abstract

In line with the development of Indonesian archaeology, the interest in archaeological research is not only focused on monumental, but also on non-monumental remains such as the pottery. This is evidenced by the many studies on pottery in the form of articles, theses and dissertations. As a result of the many researches on pottery, there are problems that need to be solved, especially the problem of the benefits of the study of past pottery in relation to the development of today's pottery handicrafts. In turn, the results of this development can be used as an asset that supports the tourism industry. In order to solve this problem, it is necessary to outline the results of the study of past pottery and traditional pottery.
GERABAH DAN KAJIAN KAWASAN: STUDI KASUS KOMPLEKS KEBUDAYAAN BUNI JAWA BARAT Atmosudiro, Sumijati
Berkala Arkeologi Vol. 15 No. 3 (1995)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v15i3.683

Abstract

In line with the development of Indonesian archaeological research, the direction of research that was initially focused only on site studies, needs to be expanded towards regional or regional-scale studies. Area-scale studies in addition to being able to reconstruct past lives, can also reveal cultural changes. Thus the results of area-scale research can reveal two archaeological paradigms
LUKISAN MANUSIA DI PULAU LOMBLEN, FLORES TIMUR (TAMBAHAN DATA HASIL SENI BERCORAK PRASEJARAH) Atmosudiro, Sumijati
Berkala Arkeologi Vol. 5 No. 1 (1984)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v5i1.262

Abstract

Dalam masa prasejarah Indonesia, hasrat manusia untuk mengekspresikan keindahan, muncul ketika manusia mulai hidup semi menetap di dalam gua-gua. Ekspresi keindahan tersebut, dituangkan dalam bentuk seni lukis, yang diterapkan pada dinding-dinding gua atau dinding-dinding batu. Hasil seni di atas selain sebagai usaha untuk mengekspresikan keindahan dimungkinkan pula sebagai ekspresi yang menggambarkan pengalaman, perjuangan, dan harapan hidupnya. Lukisan itu pada umumnya dibuat dengan warna merah, kemudian warna hitam, dan warna putih. Obyek yang dilukis 'antara lain berupa; cap-cap tangan, babi rusa, binatang melata, perahu dan lain sebagainya.
BANGUNAN MEGALITIK SALAH SATU CERMINAN SOLIDARITAS MASA PERUNDAGIAN Atmosudiro, Sumijati
Berkala Arkeologi Vol. 2 No. 1 (1981)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v2i1.290

Abstract

Masyarakat perundagian telah mencapai tata kehidupan yang teratur.Kemajuan-kemajuan muncul di segala bidang, baik yang berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, kesenian maupun kepercayaan. Masyarakat masa ini telah membentuk desa-desa yang luas. Salah satu contoh desa masa tersebut telah ditemukan dalam ekskavasi di pantai Gilimanuk, Bali (R.P. Soejono, 1977a: 260). Dari jenis-jenis temuan yang berasal dari situs tersebut di atas, di~roleh gambaran tentang salah satu tata kehidupan masyarakat perundagian, khususnya yang bertempat tinggal di tepi pantai. Dari temuan yang berupa sisa-sisa makanan serta bekas-bekas benda keperluan sehari-hari, dapat diperoleh petunjuk bahwa kehidupan masyarakat di daerah itu, adalah sebagai nelayan (R.P. Soejono, 1977b: 271).
TINJAUAN SEMENTARA TENTANG ARCA MENHIR GUNUNG KIDUL Atmosudiro, Sumijati
Berkala Arkeologi Vol. 1 No. 1 (1980)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30883/jba.v1i1.274

Abstract

Berbieara tentang area menhir tidak dapat dilepaskan dari tradisi megalitik, terutama dengan kons'ep latar belakang kepereayaannya. Hal tersebut disebabkan oleh karena didalam tradisi Megalitik dikenal suatu konsep adanya kehidupan kembali sesudah mati. Atas dasar konsep itu maka dalam masyarakat Megalitik muneul kebiasaan melakukan pemujaan nenek moyang. Melalui pemujaan terhadap nenek moyang pendukung tradisi Megalitik berkeyakinan, bahwa hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih hidup, akan tetap terjalin.