Claim Missing Document
Check
Articles

DAERAH OTONOM PADA MASA KERAJAAN MATARAM KUNA: TINJAUAN BERDASAR KEDUDUKAN DAN FUNGSINYA Maziyah, Siti
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Paramita: Historical Studies Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this research was to know about the autonomy of Old Mataram’s Kingdom in the VIII-XI century, and to know the status and function of region autonomy at that time by the inscriptions. Furthermore, information about region autonomy can be used as comparison wit the current region autonomy. This research used historical method to find data and fact in the field. The first step was heuristic; second was critical sources; third was interpretation, and the last was historiography. Output of the research concludes that autonomy of the region in the Old Mataram’s Kingdom was similar with current era, that is there is tax free area, the region with right to manage itself and finance it self. This was especially for areas that can it self product tax.   Key words: autonomy; the Old Mataram’s Kingdom; tax. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang otonomi dari Kerajaannya Mataram lama pada XI abad VIII, untuk mengetahui status dan fungsi dari otonomi dari daerah di saat itu oleh catatan-catatan kuno. Lebih lanjut lagi, informasi tentang daerah otonom dapat digunakan sebagai perbandingan dengan masa otonomi di saat ini. Penelitian menggunakan metode sejarah untuk menemukan data dan fakta di lapangan. Langkah pertama adalah heuristik; kedua adalah kritik sumber; ketiga adalah penafsiran, dan terakhir adalah historiografi. Keluaran dari penelitian menyimpulkan bahwa otonomi dari daerah di Kerajaannya Mataram kuna adalah serupa dengan saat ini, yakni terdapat daerah bebas pajak, derah yang mengatur daerah tersebut secara mandiri dengan keuangan yang mandiri. Daerah ini terutama area yang menghasilkan pajak.   Kata kunci: otonomi; Kerajaannya Mataram kuna; pajak.  
MAKNA SIMBOLIS BATIK PADA MASYARAKAT JAWA KUNA Maziyah, Siti; Mahirta, Mahirta; Atmosudiro, Sumijati
Paramita: Historical Studies Journal Vol 26, No 1 (2016): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v26i1.5143

Abstract

This research aims to analyze symbolic meaning of batik in the ancient Javanese society. Next, it is also analyze whether the existence of batik can describe  cultures  in contemporary society. The research uses historical method in order to obtain field data and facts. Because of the required data consist of inscription which contains of sîma area in the Ancient Mataram Kingdom era made approximately in  IX-XV M,  so those data are collected either from Jakarta National Museum or pada National Library in  Jakarta. Then, interpretation is conducted to synthesize any field facts. The final stage is historiography, that is a writing process  of any available facts  becoming history writing. According to discussion above, it can be concluded that batik motif in the Ancient Javanese society has symbolic meaning  and it can be used as communication tools for contemporary society. The Ancient Javanese society realizes that from batik motif, it can be identified the social stratification of society. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolis batik pada masyarakat Jawa Kuna.Kemudian, dianalisis juga tentang apakah melalui keberadaan batik itu dapat mendiskripsikan kebudayaan masyarakat sezaman.Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dalam upaya untuk mendapatkan data dan fakta yang ada di lapangan. Mengingat data yang dibutuhkan berupa prasasti yang berisi tentang daerah sîma pada masa Kerajaan Mataram Kuna yang dibuat sekitar abad IX-XV M, maka data-data tersebut “digali” di Museum Nasional Jakarta maupun pada Perpustakaan Nasional di Jakarta.Selanjutnya dilakukan interpretasi untuk mensintesiskan segala fakta yang terdapat di lapangan. Langkah terakhir adalah historiografi, yaitu proses penulisan segala fakta yang ada menjadi sebuah tulisan sejarah.Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motif batik pada masyarakat Jawa Kuna itu memiliki makna simbolik dan dapat digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi bagi masyarakat sezaman.Masyarakat Jawa Kuna menyadari bahwa melalui motif-motif batik dapat diketahui stratifikasi sosial masyarakat. 
The Existence of Culinary at Lomban Festival in Jepara: Comparative Study of the Dutch East Indies and Reformation Period Indrahti, Sri; Prasetyawan, Yanuar Yoga; Alamsyah, Alamsyah; Maziyah, Siti
KOMUNITAS: International Journal of Indonesian Society and Culture Vol 10, No 1 (2018): Komunitas, March 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v10i1.10971

Abstract

In Jepara, various cultural activities are conducted regularly every year. This cultural activity is always accompanied by a culinary presentation in accordance with the activities, needs, and interests. One of the cultural activities in Jepara is the lomban festival. In this local tradition, a variety of culinary is presented as complement to the cultural activities. The culinary consists of various types, such as market snacks and complete food with rice, vegetables, and side dishes. The culinary in this lomban activity is described in sequence and detail. The culinary depicts the belief, symbolic and spiritual meaning of the supporters of that culture. Through this study, various types of culinary in cultural activities are well described including the symbolic and spiritual meaning behind the culinary presentation.
MAKNA SIMBOLIS BATIK PADA MASYARAKAT JAWA KUNA Maziyah, Siti; Mahirta, Mahirta; Atmosudiro, Sumijati
Paramita: Historical Studies Journal Vol 26, No 1 (2016): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v26i1.5143

Abstract

This research aims to analyze symbolic meaning of batik in the ancient Javanese society. Next, it is also analyze whether the existence of batik can describe  cultures  in contemporary society. The research uses historical method in order to obtain field data and facts. Because of the required data consist of inscription which contains of sîma area in the Ancient Mataram Kingdom era made approximately in  IX-XV M,  so those data are collected either from Jakarta National Museum or pada National Library in  Jakarta. Then, interpretation is conducted to synthesize any field facts. The final stage is historiography, that is a writing process  of any available facts  becoming history writing. According to discussion above, it can be concluded that batik motif in the Ancient Javanese society has symbolic meaning  and it can be used as communication tools for contemporary society. The Ancient Javanese society realizes that from batik motif, it can be identified the social stratification of society. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolis batik pada masyarakat Jawa Kuna.Kemudian, dianalisis juga tentang apakah melalui keberadaan batik itu dapat mendiskripsikan kebudayaan masyarakat sezaman.Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dalam upaya untuk mendapatkan data dan fakta yang ada di lapangan. Mengingat data yang dibutuhkan berupa prasasti yang berisi tentang daerah sîma pada masa Kerajaan Mataram Kuna yang dibuat sekitar abad IX-XV M, maka data-data tersebut “digali” di Museum Nasional Jakarta maupun pada Perpustakaan Nasional di Jakarta.Selanjutnya dilakukan interpretasi untuk mensintesiskan segala fakta yang terdapat di lapangan. Langkah terakhir adalah historiografi, yaitu proses penulisan segala fakta yang ada menjadi sebuah tulisan sejarah.Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motif batik pada masyarakat Jawa Kuna itu memiliki makna simbolik dan dapat digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi bagi masyarakat sezaman.Masyarakat Jawa Kuna menyadari bahwa melalui motif-motif batik dapat diketahui stratifikasi sosial masyarakat. 
DAERAH OTONOM PADA MASA KERAJAAN MATARAM KUNA: TINJAUAN BERDASAR KEDUDUKAN DAN FUNGSINYA Maziyah, Siti
Paramita: Historical Studies Journal Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v20i2.1044

Abstract

The aim of this research was to know about the autonomy of Old Mataram’s Kingdom in the VIII-XI century, and to know the status and function of region autonomy at that time by the inscriptions. Furthermore, information about region autonomy can be used as comparison wit the current region autonomy. This research used historical method to find data and fact in the field. The first step was heuristic; second was critical sources; third was interpretation, and the last was historiography. Output of the research concludes that autonomy of the region in the Old Mataram’s Kingdom was similar with current era, that is there is tax free area, the region with right to manage itself and finance it self. This was especially for areas that can it self product tax.   Key words: autonomy; the Old Mataram’s Kingdom; tax. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang otonomi dari Kerajaannya Mataram lama pada XI abad VIII, untuk mengetahui status dan fungsi dari otonomi dari daerah di saat itu oleh catatan-catatan kuno. Lebih lanjut lagi, informasi tentang daerah otonom dapat digunakan sebagai perbandingan dengan masa otonomi di saat ini. Penelitian menggunakan metode sejarah untuk menemukan data dan fakta di lapangan. Langkah pertama adalah heuristik; kedua adalah kritik sumber; ketiga adalah penafsiran, dan terakhir adalah historiografi. Keluaran dari penelitian menyimpulkan bahwa otonomi dari daerah di Kerajaannya Mataram kuna adalah serupa dengan saat ini, yakni terdapat daerah bebas pajak, derah yang mengatur daerah tersebut secara mandiri dengan keuangan yang mandiri. Daerah ini terutama area yang menghasilkan pajak.   Kata kunci: otonomi; Kerajaannya Mataram kuna; pajak.  
DINAMIKA ISLAMISASI DI KUDUS : MENGGALI NILAI-NILAI KETOKOHAN PARA SUNAN PADA WISATA ZIARAH DI KUDUS* Indrahti, Sri; Alamsyah, Alamsyah; Maziyah, Siti
HUMANIKA Vol 18, No 2: Desember 2013
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.095 KB) | DOI: 10.14710/humanika.18.2.

Abstract

ABSTRAK Islamisasi di Kudus tidak lepas dari peran sunan yang ada di lokasi tersebut. Antara lain Sunan Kudus, Sunan Muria, Kyai Telingsing, dan Mbah Dudo. Mereka telah menyebarkan agama Islam dengan berbagai dinamikanya. Para tokoh ini meninggalkan jejak historis berupa makam, masjid, dan tradisi. Selain berupa jejak historis, para sunan ini juga meninggalkan nilai-nilai ketokohan yang dapat diwariskan bagi generasi berikutnya. Para sunan ini mempunyai keterkaitan dengan budaya lokal masyarakat dan diyakini masyarakat akan keberadaannya pada masa lalu. Melalui penggalian identifikasi maupun pemaknaan simbolik nilai-nilai ketokohan tersebut, diharapkan dapat disosialisasikan kepada para pengguna, pemakai maupun penikmat wisata ziarah. Para sunan mewariskan nilai-nilai kearifan lokal yang positif sebagai tokoh agama dan penyebar agama Islam yang gigih. Sosoknya merupakan pribadi yang cukup toleran terhadap perbedaan kepercayaan penduduk di sekelilingnya. Metode dakwah yang dikembangkan menghargai perbedaan namun tetap berpegang teguh pada ajaran Islam. Beliau-beliau merupakan pribadi yang mempunyai kemampuan ilmu agama dan ilmu kanuragan yang mumpuni sehingga disegani kawan maupun lawan. Makna simbolisasi dari perjuangan para sunan adalah keteladanan yang baik dan mulia, hidup sederhana, dekat dengan yang dipimpin, dan bijaksana. Nilai-nilai warisan budaya lama serta tradisi yang telah berakar dalam hati masyarakat, tetap dihargai dan dihormati, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan cita-cita agama Islam. Justru nilai-nilai lama diperkaya dengan nilai-nilai budaya Islam Kata-Kata Kunci : Dinamika, Ketokohan, dan nilai-nilai.
KONDISI JAWA TENGAH PADA ABAD VIII SAMPAI ABAD XV M Maziyah, Siti
HUMANIKA Vol 15, No 9: Juni 2012
Publisher : Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.745 KB) | DOI: 10.14710/humanika.15.9.

Abstract

Using historical method, this research attempts to find out Central Java condition in the 8th to 15th Centuries. Collecting data from ancient inscriptions, ancient books, and earlier researches, indications are found that the 8th to 10th centuries Central Java seems existing as an old kingdom territory, but in the 11th to 15th centuries, it became a subordinate territory in the old kingdom. Data also indicate that the centre of the kingdom often changed places. Keywords: ancient Central Java, old kingdom, subordinate territory
KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA KEARSIPAN DALAM UPAYA KEBERHASILAN PELESTARIAN ARSIP STATIS BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH Anggraeni, Amalia Novantia; Maziyah, Siti; Maryanto A.A, Tri
Jurnal Ilmu Perpustakaan Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.545 KB)

Abstract

Skripsi ini berjudul “Kemampuan Sumber Daya Manusia Kearsipan dalam Upaya Keberhasilan Pelestarian Arsip Statis di Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan SDM Kearsipan serta pelestarian arsip statis di Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah . Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan berdasarkan pada data kuantitatif. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan metode kuesioner, studi pustaka, dan wawancara. Teknik pengolahan data dengan cara pemeriksaan data (Editing), memberi kode (Coding) dan penyusunan data (Tabulasi). Adapun teknik analisis data menggunakan metode analisis kuantitaif deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi. Dari hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya kemampuan SDM Kearsipan yang ada di Badan Arsip Dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah signifikan terhadap pelestarian arsip statisnya. Walaupun demikian kemampuan SDM Kearsipan mempunyai pengaruh positif terhadap pelestarian arsip statis karena pelestarian arsip statis yang ada di Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dinilai baik dalam segala bidang tugasnya
Perkembangan Motif Batik Jepara Tahun 2008-2019: Identitas Baru Jepara Berbasis Kearifan Lokal Siti Maziyah; A. Alamsyah; Agustinus Supriyono
Jurnal Sejarah Citra Lekha Vol 5, No 1 (2020): Etnisitas, Identitas, dan Kebudayaan
Publisher : Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jscl.v5i1.28360

Abstract

Along with the emergence of batik in various places with their respective regional identities, batik also emerged in Jepara with its characteristic motifs. This article aims to determine the development of Jepara batik motifs in 2008-2019 as Jepara's new identity based on local wisdom. The emergence of Batik Jepara has begun in 2008 that became the new identity of Jepara. This identity is further strengthened through the inauguration of batik as a world heritage object by UNESCO in 2009. This study uses literature, observation, and in-depth interview with batik entrepreneurs in Jepara to find out superior motifs and philosophies of each batik motif originating from the local wisdom of the people of Jepara. This identity is what makes Jepara batik motifs different from batik motifs in other places. The results show that the Jepara batik motif was influenced by the local culture of the Jepara community, that is not separated from the Jepara carving motif, Kartini batik motif, Jepara community legend, Jepara typical building icons, marine flora-fauna motifs that gave Jepara identity as a coastal area, and the existence of development motifs that remain based on the characteristics of Jepara.
Ragam Kuliner Sesaji Dalam Upacara Tradisi di Kabupaten Jepara Sri Indrahti; Siti Maziyah; Alamsyah Alamsyah
Jurnal Sejarah Citra Lekha Vol 2, No 1 (2017): Politik Kebudayaan
Publisher : Department of History, Faculty of Humanities, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.67 KB) | DOI: 10.14710/jscl.v2i1.14547

Abstract

This article is one of wide studies that analyze culinary food served in cultural activities at Jepara. Those cultural activities become tourist attractions. This study uses qualitative method includes collection of primary and secondary sources such as literature study, observation, structured and in-depth interviews, and Focus Group Discussion (FGD). Historically, cultural activities have been existed during the ancestor period, it is always accompanied by the presence of culinary that has philosophical and historical significance among them. The purpose of this study is to develop culinary culture into business units for the community by combining cultural and tourism market values that have been existed previously. The culinary varieties are expected to be able to contribute in tourism development through the establishment of new business units.