Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pola Resistensi Bakteri Kontaminan Luka Pasien di Bangsal Bedah Ortopedi RSUD Ulin Banjarmasin Periode Juli-September 2013: Tinjauan In Vitro Pola Resistensi Isolat Bakteri Kontaminan Asal Swab Luka Pasien di Bangsal Bedah Ortopedi RSUD Ulin Banjarmasin Terhadap Gentamisin, Kloramfenikol, Sefotaksim dan Seftriakson Rihansyah, Akbar; Putera, Husna Dharma; Budiarti, Lia Yulia
Berkala Kedokteran Vol 10, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jbk.v10i12.964

Abstract

ABSTRACT: Surgery, trauma, burns, and other factors can affect the defense/skin barrier against bacterial contamination that can cause infection. The risk of infection must be remained of the rational use of prophylactic antibiotics. Rational use of antibiotic susceptibility test results obtained by antibotic against bacteria. The aim of this research was to figure out the resistance pattern of bacteria contaminant in patient’s wound at Orthopaedic Ward of RSUD Ulin Banjarmasin to selected antibiotics i.e. gentamicin, chloramphenicol, cefotaxime and ceftriaxone from July-September 2013. This was descriptive research. The samples were taken with consecutive sampling technique according to inclusion criteria. This research used wound swab bacteria contaminant isolates i.e. Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, and Streptococcus sp. Antibiotic susceptibility test was done in vitro with Kirby-Bauer diffusion method. The radical zones were measured and compared to CLSI 2011 standard. The antibiotic susceptibility test result showed that Staphylococcus aureus was sensitive to gentamicin (100%) and cefotaxime (66,67%), resistant to chloramphenicol (44,44%); Staphylococcus epidermidis was sensitive to cefotaxime (28,75%), resistant to gentamicin (85,71%) and chloramphenicol (57,14%); Pseudomonas aeruginosa was sensitive to cefotaxime (33,33%), resistant to ceftriaxone (66,67%); Streptococcus sp. was sensitive to cefotaxime (50%), resistant to gentamicin (50%), chloramphenicol (100%) and ceftriaxone (50%). Key words:   Antibiotic susceptibility, wound bacterial contaminant. ABSTRAK: Tindakan operasi, trauma, luka bakar dan beberapa faktor lain dapat mempengaruhi pertahanan/barier kulit terhadap kontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi. Risiko terjadinya infeksi harus tetap diwaspadai dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang rasional. Penggunaan antibiotik rasional didapatkan berdasarkan hasil uji kepekaan antibotik terhadap bakteri penyebab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola resistensi bakteri kontaminan pada luka pasien di Bangsal Bedah Ortopedi RSUD Ulin Banjarmasin terhadap beberapa antibiotik yaitu gentamisin, kloramfenikol, sefotaksim dan seftriakson periode Juli-September 2013. Penelitian ini bersifat deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling menurut kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan isolat bakteri kontaminan hasil swab luka pasien yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, dan Streptococcus sp. Uji kepekaan keempat jenis bakteri tersebut dilakukan secara in vitro dengan metode difusi Kirby-Bauer. Zona radikal yang terbentuk diukur dan dibandingkan dengan standar CLSI 2011. Hasil uji kepekaan antibiotika menunjukkan bahwa Staphylococcus aureus sensitif terhadap gentamisin (100%) dan sefotaksim (66,67%), resisten terhadap kloramfenikol (44,44%); Staphylococcus epidermidis sensitif terhadap sefotaksim (28,75%), resisten terhadap gentamisin (85,71%) dan kloramfenikol (57,14%); Pseudomonas aeruginosa sensitif terhadap sefotaksim (33,33%), resisten terhadap seftriakson (66,67%); Streptococcus sp. sensitif terhadap sefotaksim (50%), resisten terhadap gentamisin (50%), kloramfenikol (100%) dan seftriakson (50%). Kata-kata kunci : Kepekaan antibiotika, bakteri kontaminan luka.
Laporan Kasus: Kista Laring Rihansyah, Akbar; Surjotomo, Hendradi
Malang Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Journal Vol. 3 No. 2 (2024): September 2024
Publisher : Department of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Kista laring adalah suatu kantong yang terbentuk secara abnormal yang berisi cairan dan bertumbuh dari seluruh lokasi mukosa laring. Meskipun tergolong jinak, kista laring dapat menjadi berbahaya karena berpotensi menyebabkan sesak napas, stridor, hingga obstruksi jalan napas. Penegakkan diagnosis kista laring menggunakan prinsip modalitas visualisasi pada bagian laring. Tatalaksana umumnya berupa tindakan operatif yaitu eksisi kista. Ini merupakan kondisi langka dengan prevalensi yang rendah sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi praktisi kesehatan untuk mengevaluasi serta memberi tatalaksana secara cepat. Tujuan: Memahami mengenai aspek klinis kista laring beserta tatalaksananya. Laporan kasus: Pasien laki-laki berusia 35 tahun dengan keluhan utama suara parau yang diamati sejak satu setengah tahun yang lalu. Awalnya bersifat hilang timbul, namun menetap dalam 1 tahun terakhir dan bertambah berat sejak 2 bulan yang lalu. Dilakukan pemeriksaan FOL dengan hasil ditemukan massa putih licin pada 1/3 anterior vocal cord kanan, mengesankan kista. Pasien didiagnosa dengan tumor jinak laring dengan kecurigaan kista corda vocalis. Dilakukan ekstirpasi kista corda vokalis kanan dan pemeriksaan histoPA dengan Kesimpulan kista laring. Kesimpulan: Diagnosis kista laring pada pasien dewasa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang di bidang THT-KL, terutama melalui analisis histopatologis dengan penemuan barisan epitel kistik. Tindakan invasif merupakan tatalaksana dari kista laring, mulai dari aspirasi jarum, marsupialisasi, hingga pembedahan.