Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERSEPSI MASYARAKAT LHOKNGA TERHADAP PEMEKARAN KABUPATEN ACEH BESAR M. Wahyu
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Vol 7, No 4 (2022): November 2022
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Persepsi masyarakat lhoknga terhadap pemekaran Kabupaten Aceh Besar ”. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan bagaimana Persepsi masyarakat Lhoknga terhadap pemekaran. Penelitian ini bertujuan untuk Ingin melihat sejauh mana proses pemekaran Kabupaten Aceh Besar. dan perkembanganya selama beberapa tahun terakhir.faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi masyarakat Lhoknga terhadap pemekaran. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan pendekatan narartif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara kepada informan yang dipilih dengan purposive sampling. Kemudian penelitian ini menggunakan teori Interaksionalisme Simbolik Herbert Blumer sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana Persepsi masyarakat Lhoknga terhadap pemekaran.dan faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi masyarakat Lhoknga terhadap pemekaran.hasil penelitian ini Persepsi masyarakat Lhoknga terhadap pemekaran. sudah berjalan dengan baik, karena didukung oleh faktor peran setiap elemen yang terlibat, masyarakat sebagai elemen paling penting memberika respon yang baik, dan itu sangat baik, melihat proses pemekaran yang sangat lama dan berliku-liku, dari hasil beberapa wawancara dengan informan, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat sudah yakin akan terwujud pemekaran, tetapi memang estimasi waktu masih beberapa tahun lagi, masyarakat juga sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh panitia dan berharap pemekaran segera terwujud, yang membuat masyarakat lebih antusias adalah sudah ditentukan ibukota dalam rapat anggota kepanitiaan yang diwakili oleh semua daerah, dan juga pemasukan berkas sudah dalam tahap akhir, ini yang kemudian menimbulkan harapan bagi masyarakat, mereka berharap secepatnya dapat terlaksanan pemekaran, tetapi kembali lagi semua butuh proses dan juga harus mengikuti prosedur hukum yang berlaku, tetapi sejauh ini progress yang ditunjukan sangat positif, Kata Kunci : Persepsi, Pemekaran, Masyarakat
Seminar Edukasi Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat terhadap Dampak Pernikahan Dini di Desa Naga Kesiangan Andika Saputra; M. Wahyu; Widya Amelita Dewi Asri Harahap; Khairan Nur Panggabean; Nadya Kartika; Anggun Salsabila Samosir; Rina Filia Sari
Nusantara: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2025): November: NUSANTARA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/nusantara.v5i4.6757

Abstract

The purpose of this education is to increase public awareness, especially among teenagers, of the impacts of early marriage through educational seminars and Service-Learning-based outreach in Naga Kesiangan Village. Early marriage remains a critical issue in Indonesia, often associated with health risks, psychological stress, and limited educational and social opportunities for young people. The Service-Learning approach was chosen because it not only provides knowledge transfer but also actively engages participants in reflection and discussion, ensuring that the learning process is more contextual and sustainable. The method used was Service-Learning, involving 30 teenagers aged 15–19 years, 15 parents, and 5 community leaders who were purposively selected for their direct relevance to the issue. Activities included seminars, small group discussions, interactive question-and-answer sessions, and collective reflection. The results of the activity showed a significant increase in participants’ understanding, from 42% (pre-test) to 81% (post-test). Participants gained a deeper understanding of the health, psychological, social, and educational risks of early marriage and were encouraged to delay marriage by choosing positive alternatives through education and skill development. This program also strengthened the role of families and community leaders as preventive agents by fostering collective awareness and support. Thus, educational seminars integrated with Service-Learning prove to be effective and replicable strategies to prevent early marriage practices, while also empowering communities to build healthier, more resilient generations.