Ery Agus Kurnianto, Ery Agus
Balai Bahasa Jawa Tengah

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KETIDAKBERDAYAAN PEREMPUAN ATAS PERSOALAN KEHIDUPAN DALAM NOVEL GARIS PEREMPUAN KARYA SANIE B. KUNCORO Kurnianto, Ery Agus
Aksara Vol 28, No 2 (2016): Aksara, Edisi Desember 2016
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.094 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v28i2.128.157-170

Abstract

Masalah ketidakberdayaan tokoh perempuan dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro menjadi persoalan yang dibahas dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap, mendeskripsikan, dan mengintepretasikan subalternasi yang menimpa tokoh Ranting dan Gending dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah metode pustaka dengan teknik catat. Metode kualitatif deskriptif digunakan dalam menyajikan analisis data dengan teknik analisis kontens. Teori yang digunakan adalah partiarki Walby (1990) dengan pendekatan subalternasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh perempuan yang dimunculkan dalam novel Garis Perempuan ini merupakan bentuk perempuan yang selama ini tersubalternasi oleh oleh kaum penganut sistem patriarkat. Perempuan menempati posisi sebagai golongan subalternasi yang tidak diberi suara untuk menyampaikan pandangan dan hasratnya dalam dunia kuasa. Dari hasil pembahasaan tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan dapat diabaikan dalam hubungannya dengan persoalan publik, perkerjaannya berkaitan dengan hal-hal domestik, khususnya kehidupan rumah tangga.  
EKSPLORASI NILAI-NILAI LUHUR TRADISI LISAN NGONI CANGKINGAN DALAM ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KAYUAGUNG Kurnianto, Ery Agus
METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra Vol 9, No 1 (2016)
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26610/metasastra.2016.v9i1.25-36

Abstract

Ngoni Cangkingan adalah salah satu tradisi lisan adat perkawinan yang dimiliki oleh masyarakat Kayu Agug, Sumatera Selatan. Ngoni Cangkingan atau yang disebut juga dengan istilah Juluk (pemberian gelar) merupakan salah satu rangkaian kegiatan adat perkawinan yang diberikan kepada kedua  mempelai melalui garis keturunan kakek atau buyut. Masyarakat Kayu Agung berkeyakinan bahwa dengan pemberian gelar ini, yang merupakan salah satu rangkaian dalam adat perkawinan, perkawinan akan selamat sejahtera serta akan mendatangkan kebahagiaan bagi kedua mempelai di masa yang akan datang. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan unsur-unsur kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi lisan Ngoni Cangkingan.  Selain itu, penelitian ini dilakuakan sebagai bentuk nyata dari suatu usaha guna mengeksplorasi, menginventarisasi, dan mendokumentasikan tradisi lisan masyarakat Kayu Agung .Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk menunjukkan dan memaparkan nilai kearifa lokal yang terdapat dalam tradisi lisan Ngoni Cangkingan. Analisis data dilakukan dengan cara menggunakan pendekatan kualitatif dengan memberikan perhatian yang lebih pada faktor etnografis, yaitu menghimpun informasi sebanyak dan sedalam mungkin untuk mengetahui kebiasaan dan nilai masyarakat Kayu Agung. Penelitian ini bersifat eksplanasi, yaitu menjelaskan makna-makna yang terdapat dalam tradisi lisan, baik makna kata, makna bahasa maupun makna simbol. Objek penelitian ini adalah tradisi lisan Ngoni Cangkingan.  Teori yang digunakan adalah teori tentang tradisi lisan, dan kearifan lokal. Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis terhadap tradisi lisan ini adalah Ngoni Cangkingan  merupakan media untuk memberikan wejangan kepada pengantin sebelum acara pemberian gelar dilaksanakan. Dari hasil analisis dan intepretasi terhadap data dapatlah disimpulkan bahwa ada beberapa nilai-nilai luhur warisan leluhur yang terkandung dalam tradisi lisan ini,yaitu kerendahan hati, menghormati atau menghargai orang lain, gotong royong, kepatuhan istri kepada suami, dan ketegasan dalam bertindak.
REPRESENTASI TUBUH DAN KECANTIKAN DALAM TIGA CERPEN INTAN PARAMADITHA: SEBAGAI SEBUAH TATANAN SIMBOLIK DALAM DUNIA PEREMPUAN (Representation of Body and Beauty in Intan Paramaditha’s Three Short Stories: as a Symbolic Order in Women World) Kurnianto, Ery Agus
METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra Vol 7, No 1 (2014)
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26610/metasastra.2014.v7i1.23-34

Abstract

Subjek penelitian ini adalah cerpen “Misteri Polaroid”, “Cerpen Perempuan Tanpa Ibu Jari”, dan Cerpen “Darah” karya Intan Paramaditha yang terdapat dalam antologi cerpen Sihir Perempuan. Dalam bingkai strukturalisme, yaitu mengidentifikasi perilaku, pola pikir tokoh-tokoh, dan mitos seputar kecantikan yang terdapat pada ketiga cerpen tersebut, peneliti menggunakan teori Levi Strauss dan Roland Barthes. Teori Foucault  tentang seksualitas dan kekuasaan dipergunakan untuk mengidentifikasi dominasi kaum patriarki terhadap tubuh dan kecantikan perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan objektif. Analisis data dilakukan berdasarkan fakta yang ada secara empiris dalam ketiga cerpen yang dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan tidak memiliki kekuasaan atas dirinya sendiri. Konstruksi patriarki tentang cantik dan tidak cantik membuat perempuan menjadi liyan. Konstruksi tersebut diperkuat juga oleh sifat ambivalen perempuan tentang tubuh dan kecantikan yang ada dalam diri perempuan.Abstract:The research centers on Paramaditha’s short stories of “Misteri  Polaroid”,  “Perempuan Tanpa Ibu Jari”, and “Darah” taken from the anthology of “Sihir Perempuan”. The writer applies Levi Strauss and Roland Barther’ theory to identify behaviour, characters’ way of thinking, and myth on beauty in three short stories in structural way. Foucault’s theory on sexuality and power was used to identify patriachal domination toward women’s body and beauty. The method used in this research is descriptive analysis with objective approach. Data analysis is empirically conducted based on the fact in three short stories. The result of the research shows that women have no power over themselves. Patriarchal construction on being  and not being beautiful makes them turn into other person. The construction is also reinforced  by their ambivalent nature about body and beauty that exist in their perception.
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI LISAN WARAG-WARAH DAN RINGGOK-RINGGOK SUKU KOMERING, SUMATERA SELATAN (VALUES OF LOCAL WISDOM IN ORAL TRADITION OF WARAH WARAH AND RINGGOK-RINGGOK OF KOMERING TRIBE, SOUTH SUMATRA) Kurnianto, Ery Agus
ALAYASASTRA Vol 13, No 1 (2017): Alayasastra
Publisher : Balai Bahasa Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.831 KB) | DOI: 10.36567/aly.v13i1.80

Abstract

The focus of the problem in this study is the values of local wisdom within two oral traditions of Warag-Warah and Ringgok-Ringgok of Komering Tribe, South Sumatra. This study aimed to identify and to describe elements of local wisdom within those oral traditions. In addition, this study was established as a real effort to explore, to inventorize, and to document the oral traditions of Komering society. A descriptive method was applied in this study. The data were analyzed by applying qualitative approach on ethnographic elements to demonstrate and explain the value of local wisdom within those oral traditions. The theory applied in this study were oral literature and local wisdom. The conclusion from the analysis proved that there was a concept of social relations among individuals, among individuals and society, among social groups, and among individuals and their God. The value of local wisdom that had been identified were: 1) belief in God, 2) deliberation, 3) responsibility and 4) helping each other. The actualization of the value of local wisdom within the oral traditions of Warag-Warah and Ringgok-Ringgok was in form of behaving in ways that help each other, solving problems by means of deliberation and responsibility. Keywords: Oral tradition, warah-warah, ringgok-ringgok, local wisdom values.
KEGAGALAN TOKOH RIANO DALAM MEMPERTAHANKAN KESTATISAN IDENTITAS GENDER The Failure of Riano in Maintaining The Static of Gender Identity Kurnianto, Ery Agus
Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Vol 1, No 2 (2019): DESEMBER 2019
Publisher : Kantor Bahasa NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.328 KB) | DOI: 10.26499/jl.v1i2.30

Abstract

Identitas gender seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, menjadi dinamis karena faktor lingkungan yang ada di sekitarnya. Kedinamisan identitas gender menunjukkan bahwa identitas diri seseorang bukanlah sesuatu yang bersifat absolut. Hal tersebut terepresentasi dalam novel Boy-Boy Love Story karya Salsa Ivy. Makalah ini akan membahas kegagalan tokoh Riano pada novel Boy-Boy Love Story karya Salsa Ivy dalam mempertahankan kestatisan identitas gendernya. Tujuan makalah ini adalah mendeskripsikan kegagalan tokoh Riano dalam mempertahankan kestatisan identitas gendernya. Teori identitas Stuart Hall, yaitu identitas sebagai proses being dan becoming yang tidak pernah statis dan akan selalu berubah, akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengungkapkan kegagagalan tokoh  Riano dalam mempertahankan kestatisan identitas gendernya. Hasil kajian terhadap novel ini menunjukkan bahwa kegagalan tokoh Riano dalam mempertahankan identitas gendernya karena faktor lingkungan. Kegagalan tersebut juga disebabkan tokoh Riano tidak memiliki keberanian untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan yang ada di sekitarnya lingkungannya. The gender identity of a person, both male and female, becomes dynamic because of the surrounding environmental factors. The dynamic of gender identity shows that one's identity is not absolute. It is represented in Salsa Ivy's Boy-Boy Love Story. This paper will discuss the failure of Riano, one of the characters, in the Salsa Ivy's Boy-Boy Love Story in maintaining the static of his gender identity. The purpose of this paper is to describe the failure of Riano in maintaining the static of his gender identity. The theory of identity by Stuart Hall, that is identity as a process of being and becoming which is never be static and always change, is used as a starting point to reveal the failure of Riano in maintaining the static of his gender identity. The result of this research shows that Riano's failure to defend her gender identity is due to environmental factors. The failure is also happened because Riano does not have the courage to fight against the powers in his surrounding environment.
RESISTENSI PEREMPUAN TERHADAP WACANA RATU RUMAH TANGGA DALAM CERPEN INTAN PARAMADITHA Kurnianto, Ery Agus
ATAVISME Vol 19, No 1 (2016): ATAVISME, EDISI JUNI 2016
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.945 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v19i1.188.88-101

Abstract

Tulisan ini membahas masalah resistensi perempuan terhadap konstruksi budaya yang telah dibumikan oleh kaum patriarkat dalam cerpen karya Intan Paramaditha yang berjudul ?Mak Ipah dan Bunga-Bunga? dan ?Sejak Porselin Berpipi Merah Itu Pecah?. Tujuan tulisan ini adalah menunjukkan dan mendeskripsikan resistensi yang dilakukan oleh kaum perempuan terhadap kemapanan konstruksi budaya patriarkat, khususnya tentang wacana ratu rumah tangga. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori kritik sastra feminis. Hasil analisis terhadap cerpen ini adalah tokoh perempuan yang dimunculkan dalam cerpen ini merupakan bentuk perempuan yang selama ini terbungkam oleh sistem budaya yang dikonstruksi oleh kaum patriarkat. Teks digunakan oleh pengarang untuk meresistensi mitos ratu rumah tangga yang ?dibumikan? oleh kaum patriakat. Kata-Kata Kunci: resistensi, wacana, ratu rumah tangga. Abstract: This study is discussing women's resistance against cultural construction that has been proposed by the patriarchal community in Intan Paramaditha?s short stories: ?Mak Ipah dan Bunga-Bunga? and ?Sejak Porselin Berpipi Merah itu Pecah?. This paper is aimed at showing and describing women?s resistance against the established patriarchal culture construction, particularly on a discourse of women as the queen of the house. Descriptive method was applied in this study. The theory applied in this study was feminist literary criticism. The conclusion of the analysis on the two short stories was that a female character presented in these short stories was representing the women voice that had been silenced by a cultural system of patriarchal construction. Texts were employed by the author to resist against a myth of women as the queen of the house 'proposed' by the patriarchal community. Key Words: resistance, discourse, queen of the household
The Resemblances between Silvia Plath's Life and Her "The Bell Jar" Kurnianto, Ery Agus
SIGEH ELT : Journal of Literature and Linguistics Vol 4, No 1 (2024): SIGEH ELT : Journal of Literature and Linguistics
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/sigeh.v4i1.2437

Abstract

AbstractThe Bell Jar is a novel written by Sylvia Plath. It is searing semi autobiographical with mental illness character described by Esther which is believed to be the resemblance of Plath’s life. In this study, there are aspects which drew the writers’ attention through the mirrored lives of two women, the fictional one Esther Greenwood and Plath as the author of The Bell Jar. Specifically, the writers focus on women’s writing and woman’s psyche in gaining the answer about the narrative life of Sylvia Plath through Esther character. This study used library study to find any related data and descriptive qualitative method in the analysis. At the end, the study reveals that The Bell Jar novel reflects the the life of Plath through Esther character. Those are life as a writer, about her love relation and family relation. 
FUNGSI TOKOH SUPERNATURAL DAN WACANA TENTANG PEREMPUAN CERPEN “PINTU MERAH” DAN “JERITAN DALAM BOTOL” KARYA INTAN PARAMADITHA (Supernatural Characters and Discourse about Woman in Short Stories “Pintu Merah” and “Jeritan dalam Botol” Written by Intan Paramadita) Kurnianto, Ery Agus
Salingka Vol 11, No 02 (2014): SALINGKA, EDISI DESEMBER 2014
Publisher : Balai Bahasa Sumatra Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/salingka.v11i02.20

Abstract

This paper focuses on strategic issues in the text display function supernatural figure inbreaking down the discourse about women in short stories “Pintu Merah” dan “Jeritan dalamBotol” written by Intan Paramaditha. The purpose of this article is to show how the strategyfunction displays text in a supernatural figure in breaking down the discourse on women whoalready grounded by the patriarchy. The method used in this research is descriptive method.The theory used is the theory of gender categories. The conclusion is that supernatural figuresshown by the diamonds in the short story “Pintu Merah” dan “Jeritan dalam Botol” has thefunction to urge all civility and patriarchal norms to be dismantled. Women’s issues rosethrough the dark silence as a form of business worrisome to escape the pressure. Femaleresistance to patriarchal norms that appear in the short story Pintu Merah dan Jeritan dalamBotol tends to be closed, silent, silent and tend to be inward.Keywords: supenatural character, discourse about women.
Implikatur Percakapan dalam Acara Bincang-Bincang Rumah Uya Trans7 Istriwati, Enita; Kurnianto, Ery Agus; Utami, Rini Esti
DISASTRA: PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Vol 5, No 2 (2023): JULI
Publisher : Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/disastra.v5i2.3252

Abstract

Pada saat ini acara bincang-bincang di berbagai televisi sangat disenangi oleh pemirsa. Tayangan ini tentu sangat berpengaruh terhadap perilaku positif atau negatif masyarakat yang menonton acara tersebut.. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran kepada masyarakat adanya penggunaan implikatur percakapan yang patut ditiru atau tidak patut ditiru oleh pemirsa televisi pada program acara televisi bincang-bincang Rumah Uya Trans7. Dalam acara ini ditemukan adanya pelanggaran prinsip percakapan yaitu implikatur percakapan. Implikatur percakapan adalah makna yang timbul sebagai implikasi pragmatis akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. yang membicarakan bentuk, makna tuturan, dan konteks. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah mengamati penggalan tuturan yang diduga mengandung implikatur percakapan periode November 2018. Metode yang digunakan ialah simak bebas libat cakap (SBLC). Adapun Tekniknya ialah rekam dan catat. Data kemudian dianalisis melalui metode deskriptif. Hasil analisis menunjukkan adanya implikatur percakapan yang digunakan berupa maksim kualitas dan cara.  Maksim kualitas dan cara sengaja digunakan untuk menggiring pemirsa televisi untuk tetap mengikuti acara tersebut. Terdapat dua fungsi implikatur percakapan yaitu memberikan penjelasan secara eksplisit kepada mitra tutur berdasarkan fakta kebahasaan dan menjelaskan berbagai fakta dan gejala kebahasaan meski tidak berkaitan.