Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Rejected Produk Dalam Proses Return Di PT. Gunawan Fajar Menggunakan Metode FMEA Dyan Putra Pradana; Sri Rahayuningsih; Heribertus Budi Santoso
JURMATIS (Jurnal Manajemen Teknologi dan Teknik Industri) Vol 2, No 1 (2020): January
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jurmatis.v2i1.863

Abstract

Business is an activity carried out by individuals or organizations that involve production, marketing, or service activities intending to make a profit or profit. In business-related activities, product defects will also occur due to human error and faulty production equipment used. Product defects that occur at PT. Gunawan Fajar has product defect codes determined by the company with RPN assumptions from the FMEA method, which is used to find out product defects by identifying and carrying out preventive activities against production failures to errors in raw materials and equipment, including machines used. From the research using this method, the results showed that on average, there were 14.3742 pieces of defects during the study with a total production per month of 44,943,473 sheets, while for RPN 294 ≥200 in number one printing block while for RPN 150 <200 at number one that is, the Weight does not match. From the Pareto diagram that occurs at the highest defect according to the measurement of the Severity, Occurrence and Detection values for PN (Printing Block), BU (Under Weight), KKC (Defective Sack Condition), KR (Renggang Sack) reaches the Risk Number Priority (RPN).   Bisnis merupakan kegiatan yang dilakukan individu maupun organisasi yang melibatkan aktivitas produksi, marketing, atau jasa dengan tujuan mendapat keuntungan atau laba. Dalam kegiatan terkait bisnis, juga akan terjadi kecacatan produk dikarenakan kesalahan faktor manusia, maupun faktor kesalahan peralatan produksi yang digunakan. Kecacatan produk yang terjadi pada PT. Gunawan fajar, memiliki kode- kode cacat produk yang sudah ditentukan oleh perusahaan dengan asumsi – asumsi RPN dari penggunaan metode FMEA, yang digunakan untuk mengetahui kecacatan produk dengan cara mengidentifikasi dan melakukan aktivitas pencegahan terhadap kegagalan produksi dikarenakan kesalahan bahan baku maupun peralatan termasuk mesin yang digunakan. Dari penelitian menggunakan metode tersebut didapat hasil bahwa dimana rata-rata terjadi cacat 14.3742 lembar selama penelitian berlangsung dengan total produksi tiap bulan sebesar 44.943.473 lembar, sedangkan untuk RPN 294 ≥200 pada nomor satu printing ngeblock sedangkan untuk RPN 150 <200 pada nomor satu yaitu berat tidak sesuai. Dari diagram pareto yang terjadi pada cacat tertinggi sesuai dengan pengukuran pada nilai Severity, Occurrence dan Detection untuk PN (Printing ngeblock), BU (Berat Under), KKC (Kondisi Karung Cacat), KR (Karung Renggang) mencapai Risk Number Priority (RPN). 
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO GUNA MENGETAHUI TINGKAT KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJAAN PIGGING DI AREA SISI NUBI TOTAL E & P INDONESIE Wahyudi Wahyudi; Heribertus Budi Santoso; Ana Komari
JURMATIS (Jurnal Manajemen Teknologi dan Teknik Industri) Vol 1, No 2 (2019): August
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jurmatis.v1i2.439

Abstract

According to BPJS of Employment throughout 2015, there were 105,182 work accidents, with 2,375 deaths. By looking at the high number of work accidents and the number of victims who died, it is necessary to make an effort to prevent and control the risks posed by a job. This research discusses the risk value of pigging work in the side of the Nubi Total E & P Indonesie area. The purpose of this research is to determine the type and level of risk at each stage of work so that the highest risk can be identified. This research is a descriptive-analytic study using a semi-quantitative risk analysis method based on AS / NZS 4360: 2004. The results state that the level of risk that each stage of work has from the lowest is acceptable, priority 3, and substantial. In the preparation stage of a career, the highest risk is being hit by hand tools. At the material transfer stage, the most increased risks are falling loads, bad weather, and visibility. Meanwhile, in the pigging work process, the highest risk is high-pressure hydrocarbon gas. In implementing the Occupational Safety and Health Management System (SMK3), the company has carried out various controls and improvements to reduce the risk value in pigging work, including providing training to employees, providing personal protective equipment, and carrying out technical and administrative controls.Menurut data BPJS Ketenagakerjaan sepanjang tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 dengan korban meninggal 2.375 orang. Dengan melihat masih tingginya angka kecelakaan kerja dan banyaknya korban yang meninggal dunia, maka perlu dilakukan sebuah usaha untuk mencegah dan mengendalikan risiko yang ditimbulkan oleh suatu pekerjaan. Penelitian ini membahas tentang nilai risiko yang dimiliki oleh pekerjaan pigging di area Sisi Nubi Total E & P Indonesie. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis serta tingkat risiko pada masing-masing tahapan pekerjaan pigging sehingga nantinya level risiko tertinggi bisa diketahui. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode analisis risiko semi-kuantitatif berdasarkan AS/NZS 4360:2004. Hasil penelitian menyatakan bahwa level risiko yang dimiliki setiap tahapan pekerjaan pigging mulai dari yang terendah yaitu acceptable, priority 3 dan substantial. Pada tahapan persiapan pekerjaan pigging, risiko tertinggi adalah terpukul handtools. Pada tahapan transfer material, risiko tertinggi adalah beban terjatuh, cuaca buruk dan jarak pandang. Sedangkan pada proses pekerjaan pigging, risiko tertinggi adalah gas hidrokarbon bertekanan tinggi. Dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), perusahaan telah melakukan berbagai pengendalian dan perbaikan untuk mengurangi nilai risiko pada pekerjaan pigging, diantaranya adalah memberikan pelatihan kepada karyawan, menyediakan alat pelindung diri, serta melakukan pengendalian engineering dan administrasi.