Ipranta Ipranta, Ipranta
Pusat Survey Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Plagioclase Fractionation On The Holocene Volcanic Rocks Evolution In West Halmahera Regency Ipranta, Ipranta; Irzon, Ronaldo
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol 20, No 3 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.547 KB) | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.20.3.%p

Abstract

The tectonic complexity in the Maluku region is caused by the interaction of the three main platesin this area, namely: the Philippine Plate, the Australian Plate, and the Eurasian Plate. The origin of volcanic rock-forming material from Jailolo Mount., Sahu Mount., Gamkonora Mount., and Ibu Mount. in West Halmahera Regency is the aim of this study. Petrographic, trace elements, rare earth elements analysis are also used to study rock formation processes and correlations between sample groups. Bipolar microscope and Inductively Coupled Plasma - Mass Spectrometry of the Center for Geological Survey Laboratory are the analytical devices used in this study. Almost all samples are classified as andesite based on the comparison of the quartz, K-feldspar, and plagioclase compositions. There is a possibility of mixing between oceanic crust and continental crust of the studied Holocene volcanic which is indicated by La/Yb versus Nb/La diagrams. Fractional crystallization is considered more influential in rock formation compared to partial melting. The effect of plagioclase fractionation on the four volcanic rock groups is shown by the Y versus Sr/Y diagram and rare earth spider diagram patterns. Increased levels of rare earths in samples from G. Gamkonora and G. Sahu are strongly influenced by crystallization of plagioclase during rock formation.Key words: volcanic rocks, petrography, geochemistry, West Halmahera
Karakteristik Kawasan Pesisir Pantai Cilamaya (Teluk Blanakan dan Teluk Ciasem), Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat Ipranta, Ipranta; Mawardi, Soni; Hanafi, Mustafa; Christiana, Immaculata
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.1.2021.667

Abstract

Kawasan pesisir utara Pulau Jawa merupakan kawasan yang sering mengalami perubahan akibat proses hidrometeorologi termasuk pesisir Cilamaya. Paling tidak ada 4 sungai yang mengalir bermuara antara lain Citarum (lama), Blanakan, Cilamaya dan Ciasem. Secara geomorfologi relatif datar yang tersusun dari proses proses fluvial dan proses asal laut sebagai endapan dataran banjir, endapan alur sungai, endapan estuari dan endapan laut. Endapan limpah banjir tersusun oleh lempung lanauan dan lempung kadang dijumpai adanya kerakal dan brangkal, dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai Sawah, tanaman padi. Pasir, karekal dan berangkal merupakan material penyusun endapan alur sungai. Estuari terdiri dari material organik dan lempung. Daerah ini tertutup oleh hutan mangrove dan tambak. Endapan laut didominasi endapan yang berukuran halus lempung dan pasir (halus – kasar) dengan dibeberapa tempat kadang dijumpai pecahan cangkang.Kata kunci: Cilamaya, Kawasan Pesisir, estuariCoastal area in the northern of Java island is part of the always changes caused by hidrometeorogy aspect include the Cilamaya costal area. At least there are four river flow are (old) Citarum, Blanakan, Cilamaya and Ci Asem river. Geomorphologically the relief ralatively flat from the fluvial and marine proccesses, as floodplain, river (channel), estuaries (wet land), marine deposits. The floodplain deposits consists of silty clay and clay some time with pebble, use for the paddy field and some urban area. Sand, pebble and coble are from the river (channel). Estuary consists of organic material and clay, very weak. In the estuary cover by mangrove forest and fish pond. The marine deposits dominantly clay and sand (fine to coarse) with some place found broken shell. The hazards relation with the condition should be mitigate are subsidance, flood from the river and tide (rob).Keyword: Cilamaya, coastal area,  estuaries
GEOMORFOLOGI SESAR AKTIF DI PULAU RUMBERPON, PAPUA Pamumpuni, Astyka; Sapiie, Benyamin; Ipranta, Ipranta; Sadisun, Imam Achmad
Bulletin of Geology Vol 6 No 1 (2022): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2022.6.1.4

Abstract

Morfologi di bagian Leher Burung, Papua didominasi oleh bentuk morfologi sesar naik dan lipatan. Morfologi yang menunjukkan lipatan ideal yang masih muda, bentukan antiform merepresentasikan antiklin. Namun demikian, data kegempaan di daerah Leher Burung, Papua menunjukkan banyaknya gempa dengan mekanisme sesar normal dan sesar mendatar.Observasi geomorfologi di lokasi Leher Burung, di Pulau Rumberpon dilakukan pada studi ini dengan menggunakan data DEM (digital elevation model) dengan resolusi 8m dari DEMNAS (digital elevation modelnasional). Analisis geomorfologi ditekankan pada identifikasi sesar aktif. Data kegempaan yang berupa lokasi gempa (epicenter dan hipocenter), magnitudo, dan waktu kejadian didapatkan dari katalog kegempaan yang telah direlokasi. Mekanisme fokal gempa didapatkan dari katalog CMT (centroid moment tensor). Data kegempaan digunakan untuk melihat hubungan data kegempaan dan hasil analisis geomorfologi.Hasil analisis geomorfologi menunjukkan adanya sesar normal yang aktif berkorelasi dengan arah jurus dari mekanisme fokal yang ada di area ini. Observasi menunjukkan adanya bukti-bukti sesar normal dengan arah jurus utara-selatan (N-S) dan timur laut-barat daya (NE-SW). Fitur-fitur geomorfologi yang terpetakan antara lain adalah laguna yang memanjang, lembah paralel, penampang topografi yang menunjukkan seri rangkaian sesar normal, gawir sesar, dan relay-ramp. Fitur geomorfologi yang ada menunjukkan adanya seri sesar normal aktif memiliki kemiringan ke barat dengan jurus ke utara-selatan sesuai dengan arah jurus dari mekanisme fokal kegempaan yang ada. Kesesuaian antara mekanisme fokal gempa dan bukti morfologi menunjukkan adanya sesar normal aktif di area Leher Burung, terutama di Pulau Rumberpon. Mekanisme pembentukan sesar di Pulau Rumberpon ini terkait erat dengan Sesar Yapen-Sorong dan adanya pembelokan ke kanan zona sesar tersebut. Kata kunci: geomorfologi, sesar normal, Papua, sesar aktif
Analisa Hasil Pengolahan Citra Terrasar-X dan Landsat 8 untuk Pemetaan Geologi Lembar Mojokerto (1508-62) Jawa Timur Sukojo, Bangun Muljo; Ipranta, Ipranta
Jurnal Geosaintek Vol. 2 No. 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peta geologi merupakan peta yang sangat dibutuhkan dalam berbagai hal seperti perencanaan dan pembangunan contohnya waduk, jembatan, jalan, terowongan dan lainnya. Peta yang dibutuhkan dalam hal ini tentunya adalah peta dengan skala menengah yaitu skala 1:50.000 (Noor,2011). Namun karena saat ini peta geologi yang tersedia masih skala kecil yaitu skala 1:250.000 sampai 1:100.000, tentu harus dilaksanakan proses pemetaan untuk menghasilkan skala menengah. Jika pemetaan geologi dilakukan secara manual untuk memetakan dengan skala 1:50.000, bukan hanya membutuhkan waktu yang sangat lama namun juga membutuhkan sumberdaya manusia yang banyak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memetakan geologi menggunakan metode dan data penginderaan jauh. Data yang digunakan adalah citra Landsat 8 yang memiliki resolusi spektral sedang, citra TerraSAR-X Ortho Rectifiied Radar Image dan Digital Surface Model yang memiliki resolusi spasial tinggi. Data tersebut dilakukan proses pengabungan dan dilakukan analisis untuk mendapatkan formasi batuan di wilayah penelitian. Analisa tersebut menggunakan unsur interpretasi citra (rona/warna, tekstur, pola, bentuk) ditambah dengan unsur morfologi dan pola aliran sungai. Analisa ini juga membutuhkan data tambahan berupa peta geologi 1:100.000 dan data lapangan berupa titik pengamatan. Hasil dari penelitian ini berupa peta geologi hasil interpretasi citra skala 1:50.000 yang berisi formasi batuan. Hasil interpretasi dari citra Landsat dan citra TerraSAR-X menghasilkan formasi-formasi batuan di antaranya: Formasi Ledok (Tml), formasi Lidah (Qtl), Formasi Mundu (Tpm), formasi Kabuh (Qpk), Endapan Aluvium (Qa), formasi Notopuro (Qpn), formasi Sonde (Tpso), formasi Kalibeng (Tmpk), formasi Pucangan (Qtp).