Claim Missing Document
Check
Articles

EKSTRAKSI KANDUNGAN AIR KANOPI DAUN TANAMAN PADI DENGAN DATA HYPERSPECTRAL Wibowo, Agus; Ratnasari, Dian; Sukojo, Bangun Muljo; Harianto, Teguh; Djajadihardja, Yusuf S.
GEOMATIKA Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.784 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2010.16-1.12

Abstract

The spectral reflectance of leaves from several paddy stumps in irrigated rice area of Indramayu - West Java Province was measured with field spectrometer which has wavelength range 350-2500 nm and spectral resolution of 1 nm. The measurement was performed from a distance of 10 cm (FS10) and 50 cm (FS50) of rice leaf canopy surface. Measurement point is selected such that represent different stages of rice growth i.e. vegetative, reproductive and ripening. Meanwhile, a airborne survey with hyperpectral mapper (HYMAP) sensor is done over the same area. The HYMAP sensor has wavelength length from 400-2500nm, 128 channels, 10-20 nm spectral resolution, and 4.5 m spatial resolution. Clumps of rice that has been measured withdrawn and separated into the leaf, stem and panicle. Those sample are weighed as fresh weight and then dried in the laboratory until the temperature of 60 ° C. The canopy water content is the difference between fresh weight and dry weight. Linear regression modeling is performed to find the relationship between canopy water content (CWC) with water index (R900/R970) and the normalised difference water index (R860-R1240)/(R860-R1240). To obtain a good model of cross-validation process is carried out by separating 30% of data randomly for validation and the remaining 70% is used to build the regression model. Furthermore, the resulting model is validated with 30% of data, good model selected by the criteria of a maximum of R2 model and the RMSE of cross validation (RMSEVC) minimum. Selected regression model was applied to the data HYMAP to create distribution maps of canopy water content. Results show that both spectral indices shows a positive correlation and also sensitive to changes in water content that make the detection of canopy water content is possible. Selected model that can be used are (1) CWC = 13078.0 * WI - 13183.00 (R2 = 0:58, RMSECV = 499.13) and (2) CWC = 7157.4 * NDWI + 396.26 (R2 = 0:51, RMSECV = 640.84). Selected model is implemented with HYMAP data to produce a canopy water content distribution map. The result shows that both spectra indices has a negative value that represent a dry land. High spectral indices value also identified in a vegetative growth stage which is sparse rice canopy and mixed with water or soil background. Wider implementation should be done cautiously and need improvements to accommodate the level of the leaf canopy cover.Keywords: Remote Sensing, Hyperspectral, Paddy/Rice, Canopy Water Content, HYMAP, Field Spectrometer.
PENENTUAN MODEL MATEMATIS YANG OPTIMAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PANTAI UTARA GRESIK BERBASIS NILAI REFLEKTAN CITRA SATELIT AQUA MODIS Wibisana, Hendrata; Sukojo, Bangun Muljo; Lasminto, Umboro
GEOMATIKA Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.912 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2018.24-1.771

Abstract

ABSTRAKSuhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang banyak dipakai untuk mendeteksi perubahan iklim salah satunya adalah perubahan ekosistem yang terjadi di perairan pesisir pantai. Perubahan suhu yang ekstrim akan menyebabkan biota yang ada di pesisir pantai mengalami gangguan, dan akibat dari perubahan ini akan merubah tatanan ekosistem yang ada, salah satunya adalah perubahan area dari posisi perikanan tangkap akibat migrasi dari ikan-ikan yang terkena dampak secara tidak langsung dari perubahan suhu tersebut. Dalam kaitannya dengan fenomena alam tersebut peranan penginderaan jauh sangat menentukan karena teknologi ini mampu untuk menjawab permasalahan tersebut, dan teknologi ini memiliki keunggulan dalam mengcover area yang cukup besar serta ditunjang dengan kemampuan multi temporal sehingga teknologi ini merupakan jawaban yang tepat untuk dipakai dan dikembangkan. Penelitian ini dilakukan menggunakan citra satelit Aqua Modis level 2 dengan tujuan untuk mendapatkan algoritma yang terbaik dalam upaya memodelkan suhu permukaan laut. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa algoritma yang paling optimal berasal dari kanal 667 nm, dimana bentuk model algoritma adalah polinomial kubik dengan persamaan : T = -4E+09(Rrs_667)3 + 1E+07(Rrs_667)2 – 14356(Rrs_667) + 30,934 dengan nilai R = 0,901. 
EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN DAN PREDIKSI PERKEMBANGAN SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER PADA WILAYAH KOTA SURABAYA BERDASARKAN PDRB I Putra, I Nyoman Dita Pahang; Anwar, Nadjadji; Utomo, Christiono; Sukojo, Bangun Muljo; Setiawan, Nanang
Kern : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2011): Jurnal Ilmiah Teknik Sipil KERN
Publisher : Kern : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makalah ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan lahan di Kota Surabaya bila dikaitkan dengan tata guna lahan dalam RTRW tahun 2007 dan menganalisa prediksi PDRB Kota Surabaya bila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2006-2010 pada masing-masing sektor primer, sekunder dan tersier pada tahun 2011 dan 2012. Metodologi analisa dilakukan dengan mengkaji data sekunder yang diterbitkan oleh Pemkot Surabaya dan BPS Kota Surabaya dengan kondisi realita yang terjadi di kota Surabaya. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan yakni: 1. a). Sampai dengan sepuluh tahun ke depan diprediksikan 85% peruntukkan lahan semuanya terbangun sedangkan lahan tak terbangun 15% hanya berupa RTH, harus diupayakan lebih intensif dan konsisten untuk mencapai proporsi luas ruang terbuka hijau sebesar 20%, b). Cluster dengan fungsi utama rekreasi pada UP VI Tunjungan yang meliputi Kecamatan Genteng dan Tegalsari, terutama di kawasan sempadan sungai Kalimas harus tertulis dengan jelas agar dapat konsisten dalam pengembangan dan pengelolaannya, c). Zona pengembangan wilayah laut harus ada pembatas yang jelas pada areal pengembangan, sehingga luas areal yang dikembangkan dan dikelola dapat tetap dipertahankan, 2. Potensi PDRB ADHB dan ADHK 2000 Kota Surabaya terjadi yang paling besar (dominan) pada sub sektor: Perdagangan Hotel dan Restoran, Industri Pengolahan, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa-jasa, Konstruksi, Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan, Listrik, Gas dan Air bersih, Pertanian, Pertambangan dan Penggalian.Kata kunci: RTRW, PDRB, ADHB, ADHK.
Ground motion vulnerability analysis on road geometric based on remote sensing Kaffa, Niswah Selmi; Sukojo, Bangun Muljo
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Vol 19, No 3: June 2021
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/telkomnika.v19i3.14796

Abstract

Based on spatial plans document of South Sumatera in 2005 – 2019, the study area (South Ogan Komering Ulu, South Sumatera) was categorized as middle–high ground motion vulnerability. This analysis was aimed to determine ground motion vulnerable points along the Sukabumi Sub-district, South Ogan Komering Ulu District, South Sumatera to Tigadihaji Damsite road geometric plan based on remote sensing. The contribution of this research is to determine the location on road geometry that needs slope reinforcement as a mitigation effort. The method used in this analysis was the deterministic method based on ground motion parameters issued by Center for Volcanology and Geological Disaster Mitigation (PVMBG) in 2015 stated in the National Disaster Management Agency (BNPB) Indonesian Disaster Risk (RBI) document in 2016. The eight parameters used were the justification of remote sensing–based processing methods. The data used in this analysis were Hydrology and Geology Final Reports issued by PT Virama Karya (Persero) consultant, Landsat 8 Satellite Imagery band 5 6 7, Digital Elevation Model (DEM), and Geographic Information System (GIS) of South Sumatera. Based on the analysis, it was proven that the study area was categorized as middle–high ground motion vulnerability with the points classified having high ground motion were station 1+225, 1+250, 1+325, 1+350, 1+375, 1+425, 1+450, 1+700, 1+750, 1+775, 1+800, 1+950, and 1+975.
ANALISIS PERUBAHAN KAWASAN TERBANGUN KOTA SURABAYA BERDASARKAN METODE MULTI TEMPORAL CITRA LANDSAT THEMATIC MAPPER Nurdin Nurdin Nurdin; Bangun Muljo Sukojo
Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.964 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13256

Abstract

ABSTRAK Perkembangan kawasan terbangun yang objektif dalam wilayah perkotaan dengan pengukuran secara langsung di lapangan akan mendapatkan banyak kesulitan, membutuhkan waktu panjang dan memerlukan biaya yang besar. Untuk itu diperlukan suatu cara yang lebih praktis, lebih murah, sehingga tingkat perkembangan kawasan terbangun dapat terdeteksi. Teknik penginderaan jauh berdasarkan data citra Landsat TM multi temporal adalah salah satu cam yang dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi terjadinya perubahan kawasan terbangun pada periode tertentu, di antaranya perubahan kawasan terbangun kota Surabaya dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999. Cakupan wilayah penelitian pada citra Landsat TM, berpedoman dari hasil digitasi pets rupabumi Kota Surabaya tahun 1999. Untuk mendapatkan citra yang mempunyai sistem koordinat, dilakukan koreksi geometrik dengan bantuan titik kontrol di darat. Dari pembuatan contoh latihan citra Landast TM tahun 1993 dan tahun 1999 diklasifikasi dengan jenis klasifikasi terbimbing. Untuk meyakinkan kebenaran hasil klasifikasi itu, dilakukan pengecekan langsung di lapangan. Perubahan yang terjadi pada kawasan terbangun, didapat dari proses tumpang susun antara citra Landsat TM hasil klasifikasi tahun 1993 dan tahun 1999. Perubahan Kawasan terbangun dari tahun 1993 dan 1999 di Kota Surabaya,adalah seluas 2.822,487 hektar (6,844 %) dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,141 % pertahun.
Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo) Nurul Aini; Bangun Muljo Sukojo
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1177.586 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17155

Abstract

Kebakaran hutan dan lahan merupakan masalah serius yang kerap terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Kebakaran terjadi akibat faktor alam atau bahkan karena unsur kesengajaan manusia. Salah satu contoh kasus kebakaran adalah kebakaran hutan savana di kawasan Gunung Bromo pada tanggal 20 sampai 23 Oktober 2014. Kebakaran yang berlangsung selama empat hari tersebut telah menghanguskan kurang lebih 1.487 Ha. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebakaran merupakan ancaman serius karena kerugian yang ditimbulkannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya penanganan pasca kebakaran. Salah satu caranya adalah penyediaan informasi spasial daerah bekas terbakar dalam bentuk peta. Peta dibuat dengan memanfaatkan data penginderaan jauh yaitu citra Landsat-8 dan citra MODIS sebelum dan sesudah kebakaran. Daerah bekas terbakar diidentifkasi dengan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). NDVI memanfaatkan kanal inframerah dekat dan kanal merah untuk menganalisa kerapatan vegetasi. Suatu piksel diklasifikasi sebagai daerah bekas terbakar jika nilainya melebihi nilai threshold. Model threshold yang digunakan dalam penelitian ini adalah µ - 1σ, µ, dan µ + 1σ. Berdasarkan hasil identifikasi daerah bekas terbakar pada kedua citra, didapat nilai akurasi terbesar citra Landsat-8 adalah 48,394% dari model µ - 1σ sedangkan citra MODIS adalah 57,089% dari model µ. Luas daerah bekas terbakar untuk citra Landsat-8 sebesar 1.354,5 Ha sedangkan untuk citra MODIS sebesar 1.005,209 Ha.
Analisis Ketelitian Geometrik Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan) Andreas Kelvin Pujianto; Bangun Muljo Sukojo
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (831.689 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17160

Abstract

Penggunaan citra satelit resolusi tinggi lebih tepat dan akurat dibanding citra satelit resolusi rendah. Pada saat ini, beberapa satelit dapat menghasilkan citra dengan resolusi spasial kurang dari 1 m. Selain itu, salah satu keuntungan dari data citra satelit resolusi tinggi untuk deteksi dan inventarisasi sumber daya alam adalah setiap lembar (scene) citra ini mencakup wilayah yang sangat luas yaitu sekitar 60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha) [5]. Interpretasi visual pada citra Pleiades 1A dan survei lapangan telah membuktikan bahwa mayoritas daerah Kecamatan Socah memiliki tutupan lahan berupa lahan pertanian yang lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bangkalan. Alasan tersebut menjadikan Kecamatan Socah sebagai lokasi penelitian. Proses rektifikasi citra menggunakan koordinat titik horizontal (X,Y) dari Ground Control Point (GCP) yang didapatkan dari pengukuran lapangan menggunakan GPS geodetik dengan metode static dengan lama pengukuran 45 menit tiap baseline. Sedangkan untuk uji ketelitian citra menggunakan pengukuran titik Independent Control Point (ICP) yang didapatkan dari pengukuran GPS geodetik dengan metode static dengan lama pengukuran 15 menit. Nilai Root Mean Square Error (RMSE) titik ICP dari transformasi affine sebesar 0,645 m, sedangkan polynomial orde-2 sebesar 0,533 m. Masing-masing nilai RMSE titik ICP kemudian dikalikan dengan koefisien Circular Error 90% (CE90) dari Perka BIG no. 15 tahun 2014 maka didapatkan nilai ketelitian geometric sebesar 0,979 m pada affine dan 0,809 m pada polynomial orde-2. Hasil ketelitian geometric dari kedua metode transformasi menunjukkan nilai ≤ 1 m, sehingga citra Pleiades 1A memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai peta dasar skala 1:5.000 dengan kategori kelas 1.
Studi Penentuan Aliran Hidrologi Metode Steepest Slope dan Lowest Height Dengan Aster GDEMV2 dan Alos Palsar (Studi Kasus: Gunung Kelud, Jawa Timur) Akhmad Sigit Aisandy; Bangun Muljo Sukojo
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (884.349 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17162

Abstract

Gunung Kelud memiliki ketinggian 1.731 mdpl dengan kemiringan lebih dari 40º. Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur memiliki tipe erupsi stratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosit. Mempunyai nilai volcanic explosive index 4, dengan durasi letusan ± 12 menit. Letusan Gunung Kelud salah satunya menghasilkan aliran hidrologi yaitu berupa lahar dan lava yang dapat memberikan ancaman tinggi bagi masyarakat sekitar. Data yang digunakan untuk penentuan aliran hidrologi (lahar dan lava) tersebut adalah DEM ASTER GDEMV2 dan ALOS PALSAR. DEM memiliki informasi data ketinggian yang dapat digunakan untuk memodelkan penentuan arah aliran hidrologi. Hasil pemodelannya menyerupai bentuk di lapangan, sehingga dapat digunakan untuk mitigasi bencana. Teknik penentuan aliran hidrologi pada penelitian ini menggunakan metode steepest slope dan lowest height berdasarkan teori aliran hidrologi. Dari hasil arah pemodelan aliran metode steepest slope, arah aliran hidrologi yang dominan dari puncak Gunung Kelud adalah menuju ke arah barat (21%), utara (19%), dan selatan (16%). Sedangkan untuk metode lowest height lebih dominan menuju ke arah barat (19%), barat laut (18%), dan barat laut (19%). Dapat disimpulkan bahwa aliran dominan menuju arah barat, barat laut, barat daya, selatan dan utara. Sedangkan hasil perbandingan akumulasi aliran yang di-overlay dengan data BNPB, pada metode steepest slope dari data DEM ASTER GDEMV2 memiliki kesalahan hasil aliran sebesar 9,81% sedangkan data DEM ALOS PALSAR 7,29%. Sedangkan metode lowest height dari data DEM ASTER GDEMV2 memiliki kesalahan hasil aliran sebesar 12,18% sedangkan data DEM ALOS PALSAR 11,25%. Desa yang terdampak letusan Gunung Kelud yaitu untuk Kabupaten Kediri 29 desa, Blitar 26 desa dan Malang 2 desa.
Analisa Ketelitian Geometrik Citra Pleiades 1A dan Worldview-2 untuk Pembuatan Peta Dasar Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Pusat) Ricko Buana Surya; Bangun Muljo Sukojo
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.69 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17166

Abstract

Perkembangan teknologi penginderaan jauh mulai banyak diterapkan untuk berbagai keperluan, misalnya pembuatan peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dengan skala 1:5000. Saat ini, ada beberapa satelit yang dapat menghasilkan citra resolusi tinggi dengan resolusi spasial kurang dari 1-2 m. Namun data citra yang diperoleh dari satelit-satelit tersebut harus diolah sedemikian rupa untuk meminimalisasi adanya kesalahan, terutama kesalahan geometrik. Data citra Pleiades 1A tahun 2015 dan citra Worldview-2 tahun 2012. Kedua citra tersebut dikoreksi secara geometrik menggunakan dua metode transformasi yaitu affine dan polynomial orde-2. Proses koreksi geometrik dengan menggunakan 8 titik kontrol tanah (GCP) tersebar merata pada keseluruhan area studi yaitu Surabaya Pusat. Koordinat GCP diukur langsung di lapangan menggunakan GPS geodetik dengan metode statik dan lama pengamatan untuk setiap titik sekitar 40 menit. Kemudian citra terkoreksi dilakukan uji ketelitian koordinat dengan menggunakan ICP sebanyak 12 titik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai RMSE menggunakan metode transformasi polynomial orde-2 lebih baik dibandingkan dengan metode affine. Citra Worldview-2 menghasilkan nilai RMSE lebih kecil dibandingkan dengan citra Pleiades 1A pada kedua metode transformasi yang digunakan. Untuk kelayakan citra sebagai peta dasar, citra Pleiades 1A memenuhi syarat peta skala 1:5000 dan citra Worldview-2 memenuhi syarat peta skala 1:5000.
Analisa Ketelitian Orthorektifikasi Citra Pleiades untuk Pembuatan Peta Rencana Detail Tata Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Kota Surabaya) Meika Sumarsono; Bangun Muljo Sukojo
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.06 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17167

Abstract

Surabaya merupakan salah satu kota besar yang mempunyai banyak penduduk sehingga perlu adanya pengembangan RTH yang cukup dalam suatu wilayah agar kondisi lingkungan tetap nyaman salah satunya dengan pembuatan peta RDTR RTH menggunakan citra satelit resolusi tinggi. Namun citra satelit resolusi tinggi perlu dikoreksi secara geometrik dengan orthorektifikasi untuk memposisikan kembali citra sesuai lokasi sebenarnya karena pada saat peliputan data terjadi pergeseran posisi. Penelitian ini mengkaji ketelitian orthorektifikasi citra Pleiades 1A dengan menggunakan metode RPC sebagai peta dasar untuk rekomendasi dalam pembuatan peta RDTR RTH di wilayah Surabaya bagian pusat. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu citra Pleiades 1A dengan resolusi spasial 0,5 m pankromatik dan 2 m multispektral, DEM ALOS PALSAR dengan ketelitian 12,5 m, Ground Control Point (GCP) hasil dari pengukuran di lapangan. Ketelitian geometrik menggunakan metode RPC di mana metode ini menggunakan informasi parameter orientasi dalam yang terdapat di metadata serta dibantu dengan titik kontrol tanah dan DEM. Hasil proses orthorektifikasi dengan menggunakan 8 titik GCP berupa RMSE sebesar 0,36 piksel dan 0,18 m yang memenuhi syarat untuk pembuatan peta dasar skala 1:5000. Hasil orthorektifikasi ini diuji dengan cara tumpang tindih (overlay) terhadap peta skala 1:25.000.
Co-Authors Afrinda Dara Kartikasari Afrinda Dara Kartikasari, Afrinda Dara Agita Setya Herwanda Agita Setya Herwanda Agung Budi Cahyono Agus Budi Agus Wibowo Aji, Pujo Akhmad Sigit Aisandy Akhmad Sigit Arisandy Alawy, Moh. Mahfudhdin Alfan Rozy Mahmudi Amalina, Nurul Chayah Andie Setiyoko Andie Setiyoko, Andie Andreas Kelvin Pujianto Antonius B. Wijanarto Anwar, Nadjadji Ardia Tiara Rahmi Ari Santoso Arifin, Irfan Samsul Arindi, Yurike Nisa Asadul Usud Asadul Usud, Asadul Awalin, Lilik Jamilatul B. Realino S. Basori Basori Bayu Aristiwijaya Bayu Aristiwijaya, Bayu Budi , Agus Budi Santoso Budisusanto , Yanto Budisusanto, Yanto Catur Paminto Laksono Chandra, Danang Surya Christiono Utomo Citra Prastika Dawamul Arifin Deni Ratnasari Dewi Masita Dewi Masita Dhanu Prihantoro Trijayanto Dhiyaulhaq Al Majid Diah Susilowati Diah Susilowati, Diah Diah Witarsih Dian Ratnasari Diya Rochima Lisakiyanto Diyah , Chali Matussa Dwipayana Kusumawardhana Erma Suryani Erma Suryani Ety Parwati Ety Parwati Eva Resti Febriani Eva Resti Febriani Farid Irawan Y. P Febriani , Eva Resti Febriani, Eva Resti Feny Arafah Filsa Bioresita, Filsa Friska Melia Ode Binta Ode Binta Hadjoe, Muhammad Nabil Hana Sugiastu Firdaus Hanansyah, Megivareza Putri Hanif Khoirul Latif Harliyanti, Novi Ika Hauzan, Naufal Shidqi Hayati, Noorlaila Hendrata Wibisana Hepi Hapsari Handayani, Hepi Hapsari Hermawan, Raihan Daffa Hernandi Kustandiyo Hernandi Kustandiyo, Hernandi Herwanda, Agita Setya Hidayat, Husnul Husnul Hidayat, Husnul I Nyoman Fegie Inggit Lolita Sari Ipranta Ipranta Ipranta Ipranta, Ipranta Irfan Samsul Arifin Iva Ayu Rinjani Iva Nurwauziyah Iva Nurwauziyah Jaelani , Lalu Muhamad Jaelani, Lalu Muhamad Jaelani, Lalu Muhammad Jefri Ardian Nugroho Kholid Noor Syamsa Kurnia Setiawan W Kustarto, Hendro Kusumawardhana , Dwipayana Laksono , Catur Paminto Lathifah , Rohmatul Latifatul Zahroh Latifatul zahroh Lisakiyanto, Diya Rochima LM. Jaelani Lukman Raharjanto Lukman Raharjanto, Lukman M. Nurcahyadi Mahmudi, Alfan Rozy Mayasari , Ratna Meika Sumarsono Meraty Ramadhini Moh. Mahfudhdin Alawy Muhammad Hanif Muhammad Taufik Muhharama Putra Prayoga Muhsi Munawar Kholil Munawar Kholil Naufal Shidqi Hauzan Niswah Selmi Kaffa Noorlaila Hayati, Noorlaila Nurdin Nurdin Nurdin Nurul Aini Nurul Aini Nurul Chayah Amalina Nurwatik, Nurwatik Nurwauziyah, Iva NYOMAN DITA PAHANG PUTRA, NYOMAN Pratomo, Danar Guruh Prayoga , Muhharama Putra Putri, Regina Verra Santiara Yahya Rahmani, Kania Hana Rahmansyah, Ferdian Zaki Rahmi, Ardia Tiara Ramadhini, Meraty Ratnasari , Dian Rauf Syafriyyin Rauf Syafriyyin, Rauf Regina Verra Santiara Ricko Buana Surya Rif’anuddin, Sep Hamdan Rinjani, Iva Ayu Risdina Trisna Wardani Rizki Ramdhani Rohmatul Lathifah Rudi Firman Setyawan Ruki Ardiyanto Ruki Ardiyanto Santoso Santoso Santoso, Romario Sep Hamdan Rif’anuddin Setiawan, Nanang Siswoyo Siswoyo Siwi , Sukentiyas Estuti Sukentiyas Estuti Siwi Sukentyas Estuti Siwi Sya’roni , Ahmad Imam Taslyanto, Chelsea Alfarelia Putri Tazkiyatunnisa , Hana Teguh Harianto Trisnawati, Agnes Rusnalia Tubagus Solihuddin Tubagus Solihuddin Tyas Eka Kusumaningrum Tyas Eka Kusumaningrum, Tyas Eka Udiana Wahyu Deviantari Udiana Wahyu Deviantari, Udiana Wahyu Umboro Lasminto Utama, Dhira Vivi Diannita Sari Vivi Diannita Sari, Vivi Diannita Wahono Wahono Wahyu Teo Parmadi Wardani , Risdina Trisna Wibowo, Agus Witarsih, Diah Yanto Budisusanto, Yanto Yudi Wahyudi Yudi Wahyudi Yulianti Puspitasari Yurike Nisa Arindi Yusuf S. Djajadihardja, Yusuf S. Zahroh, Latifatul Ziyadatul Rofita