Pengabdian ini bertujuan mengetahui permasalahan pengelolaan pendidikan inklusi Sekolah Dasar di Kutai Kartanegara dan merumuskan model pengelolaan sekolah inklusi. Saat ini tercatat 2400 sekolah yang tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. Hampir semua sekolah di wilayah Jakarta dan Jawa Barat sudah diminta pemerintah menerapkan konsep pendidikan inklusi, juga beberapa sekolah di daerah lain yang telah menerima anak berkebutuhan khusus. Berbagai permasalahan timbul, dan sudah dirasa perlu dicarikan solusi atas permasalahan tersebut. Secara khusus penelitian ini menjawab 3 pertanyaan yakni “Apa saja faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn pada anak Inklusif”. Hasil menjelaskan bahwa setiap anak inklusi mempunyai kelebihan atau modalitas belajar nya masing-masing, sehingga layanan pembelajaran dan management yang di berikan oleh sekolah menyesuaikan dengan kebutuhan anak. Kemudian untuk para pendidik di sekolah inklusi juga tidak perlu ditakutkan karna untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus sudah mempunyai standar kualifikasi akademik dan kompetens. Faktor penghambat yang terjadi dalam pelakasanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn pada siswa inklusi yaitu ada faktor internal ( berasal dari siswa dan manajement sekolah), serta faktor eksternal (berasal dari kebijakan pemerintah dan pelaksanaan pendidikan inklusif). upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter dalam mata pelajaran PPKn pada siswa Inklusif yaitu : (1) sekolah dengan tetap berlabel ABK, layanan diberikan oleh guru kelas dan guru khusus bekerja secara tim; (2) sekolah tanpa berlabel ABK, layanan diberikan oleh guru kelas/maple dibekali kompetensi ke-PLB-an dan bekerja secara tim tetap; (3) pembelajaran di kelas dilakukan secara individual, meskipun ada beberapa anak mempunyai kebutuhan belajar yang sama; dan (4) pembelajaran berbasis multimodalitas dengan kurikulum multilevel.