Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Interpretasi Hasil CPTu Untuk Menghitung Penurunan Konsolidasi Primer dan Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Lunak Kevin Kristiadi; Clifford Charmen Wijaya; Maria Wahyuni; Rinda Karlinasari
G-SMART Vol 6, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v6i2.4809

Abstract

Proyek Perumahan Mutiara Arteri yang terletak di Jalan Gajah Raya, Kecamatan Gayam Sari, Kota Semarang merupakan lokasi penelitian. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa tanah tersebut dahulunya merupakan sawah dan rawa-rawa dengan kondisi tanah yang kurang layak dijadikan lokasi pembangunan. Hal ini disebabkan kondisi tanah yang dilunakkan dan jenuh air sehingga berdampak adanya perubahan kondisi tanah menjadi tanah lunak. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui karakterisitik tanah di lokasi penelitian, jangka waktu dan besar penurunan konsolidasi primer, daya dukung pondasi pada lokasi penelitian sebelum dan sesudah konsolidasi berdasarkan hasil uji CPTu dengan menggunakan program PLAXIS. Dalam penelitian ini pengujian tanah dibagi menjadi 2 kondisi yaitu dengan muka air pada kedalaman 2 meter (muka air asli) dan kedalaman 1,5 meter (saat kondisi hujan). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa karakterisitik tanah di lokasi penelitian pada kedalaman 0 – 2 meter merupakan tanah timbunan, 5 – 9 meter merupakan tanah pasir, sedangkan pada kedalaman 9 meter merupakan tanah lempung berlanau dengan konsistensi soft to medium. Dengan kondisi muka air tanah pada kedalaman 2 meter sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengalami konsolidasi 50% (U50) adalah 1856 hari dengan penurunan lokal sebesar 64,07 cm, dan penurunan pondasi sebesar 4,65 cm. Saat terkonsolidasi 90% (U90), sehingga waktu yang dibutuhkan sebesar 3919 hari dengan penurunan lokal sebesar 70,96 cm, dan penurunan pondasi sebesar 6,3 cm. Saat terkonsolidasi 100% (U100), waktu yang dibutuhkan sebesar 6333 hari dengan penurunan lokal sebesar 72,21 cm, dan penurunan pondasi sebesar 6,74 cm. Saat sebelum dikonsolidasi besar daya dukung ijin sebesar 73 kN/m2, daya daya dukung ultimate sebesar 270 kN/m2 dan faktor kemanan sebesar 3,6; sedangkan setelah di konsolidasi besar daya dukung ijin sebesar 88 kN/m2, daya daya dukung ultimate sebesar 300 kN/m2 dan faktor kemanan sebesar 3,4. Pada kondisi muka air tanah pada kedalaman 1,5 meter  waktu yang dibutuhkan untuk mengalami konsolidasi 50% (U50) adalah 1877 hari dengan penurunan lokal sebesar 63,35 cm, dan penurunan pondasi sebesar 5 cm. Saat terkonsolidasi 90% (U90), waktu yang dibutuhkan sebesar 4009 hari dengan penurunan lokal sebesar 71,57 cm, dan penurunan pondasi sebesar 6,97 cm. Saat terkonsolidasi 100% (U100), waktu yang dibutuhkan sebesar 6385 hari dengan penurunan lokal sebesar 73,02 cm, dan penurunan pondasi sebesar 6,74 cm. Saat sebelum dikonsolidasi besar daya dukung ijin sebesar 50 kN/m2, daya daya dukung ultimit sebesar 248 kN/m2 dan faktor kemanan sebesar 4,96; sedangkan setelah di konsolidasi besar daya dukung ijin sebesar 75 kN/m2, daya daya dukung ultimate sebesar 290 kN/m2 dan faktor kemanan sebesar 3,8. Semakin tinggi muka air tanah beban ijin akan turun, dan jangka waktu konsolidasi akan semakin lama.
Kajian Interpretasi Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Menggunakan Hasil Uji Beban Statis Aksial Tekan Dan Uji Beban Dinamis (Studi Kasus: Proyek Queen City, Jalan Pemuda Kota Semarang) Hendry Herman Jaya; Maria Wahyuni; Aksan Kawanda
G-SMART Vol 7, No 1: Juni 2023
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v7i1.4263

Abstract

Pondasi tiang bor merupakah salah satu jenis pondasi dalam yang hingga saat ini masih banyak digunakan, tidak terkecuali pada proyek Queen City yang berlokasi di Jl. Pemuda  Semarang ini. Pada proyek Queen City yang direncanakan dibangun apartemen, hotel, mall dan perkantoran ini menggunakan pondasi tiang bor  diameter 60 cm, 80 cm dan 100 cm. Penggunaan jenis pondasi ini dipertimbangkan dari hasil penyelidikan tanah terhadap tiga (3) borlog disertai dengan Standard Penetration Test yang menunjukkan jenis tanah dominan tanah lempung serta kondisi di sekitar lokasi proyek yang cukup padat dengan bangunan – bangunan di sekitarnya.  Muka air tanah berdasarkan pengujian ini berada pada kedalaman -12.90 m dari permukaan tanah eksisting. Analisis daya dukung pondasi tiang bor menggunakan metode Meyerhof-Kullhawy dan metode Reese and Wright menunjukkan nilai daya dukung ultimit berturut – turut berkisar antara 199.67 -  344.09 ton, 271.87 - 506.55 ton dan 373.29 - 718.58 ton untuk diameter 60 cm, 80 cm dan 100 cm. Berdasarkan hasil analisis dari kedua metode ini juga menunjukkan nilai daya dukung selimut tiang lebih dominan dibandingkan dengan daya dukung ujung tiang. Verifikasi daya dukung ultimit pondasi tiang bor menggunakan uji beban aksial tekan memberikan hasil  berturut – turut sebesar 350 ton, 550 ton dan 700 ton untuk diameter 60 cm, 80 cm dan 100 cm. Verifikasi  daya dukung ultimit pondasi tiang bor diameter 80 cm menggunakan  uji beban dinamis yang telah diolah dengan program CAPWAP memberikan hasil daya dukung ultimit  tiang berkisar antara 628.7 - 784 ton dan untuk diameter 100 cm daya dukung ultimit berkisar antara  602 - 952 ton. Berdasarkan hasil uji beban dinamis juga menunjukkan bahwa daya dukung selimut tiang lebih dominan dibanndingkan dengan daya dukung ujung tiang. Hasil interpretasi uji beban statis aksial tekan pada pondasi tiang bor berdiameter 60 cm dan 80 cm didapatkan bahwa metode Chin memberikan hasil yang konservatif (hasil lebih tinggi) dibandingkan dengan metode Davisson dan metode Mazurkiewicz.
Re-Design Struktur “Encased Composite Member” (Studi Kasus: Rumah Sakit Panti Rahayu, Yogyakarta) Wiryanto Chandra; David Widianto; Maria Wahyuni
G-SMART Vol 7, No 2: Desember 2023
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v7i2.10584

Abstract

Desain konstruksi baja struktural dan beton bertulang pada kolom komposit baja terselubungi beton belum menerima tingkat perhatian yang sama dengan kolom baja atau beton bertulang. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan yang tidak lengkap dan terkadang saling bertentangan untuk kolom komposit dengan profil terselubung beton dan standar ketentuan desain masa ini. Sebagai contoh, ketentuan untuk kolom komposit beton terencas dalam Kode American Concrete Institute (ACI) (ACI 318) dan Spesifikasi AISC-LRFD telah terbukti memberikan nilai kekuatan yang berbeda secara signifikan, karena masing-masing memperlakukan kolom komposit melalui perluasan kriteria untuk anggota beton bertulang dan baja.NEHRP Recommended Provisions (NEHRP 1994, 1997) dan AISC/LRFD Seismic Provisions (Seismic 1997) menjelaskan tidak ada kriteria yang terkode dalam desain kolom komposit di Amerika Serikat untuk daerah yang memiliki tingkat kegempaan tinggi. Hal ini dikarenakan kondisi geografis yang berbeda dengan di Indonesia yang memiliki lempeng bumi yang lebih aktif. Aplikasi terbaru dari kolom komposit dengan encased composite member sebagai alternatif yang efisien secara biaya untuk kolom baja dalam bangunan tinggi dan perkembangan terkait beton kekuatan tinggi dan desain gempa mendorong ulasan perilaku kolom komposit dan ketentuan desain saat ini
Analisis Model Perencanaan Abutmen Jembatan Bendosari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Dayinta Wahya Bhyantara; Bimo Rahmanto; Maria Wahyuni; David Widianto
G-SMART Vol 7, No 2: Desember 2023
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/gsmart.v7i2.10882

Abstract

Saat ini banyak sekali pembangunan yang menggunakan lahan-lahan kosong. Namun tidak semua tanah dapat digunakan untuk pembangunan. Tanah memiliki dua kondisi yaitu tanah dalam keadaan normal dan tanah dalam keadaan khusus. Pertimbangan faktor dalam tanah yaitu jenis tanah, daya dukung tanah, parameter tanah, kedalaman tanah keras dan lainnya. Pembangunan jembatan Bendosari didesain untuk pejalan kaki, kendaraan roda 2 dan kendaraan roda 4, menggunakan jenis jembatan gelagar dengan bentang jembatan sepanjang 37,6 meter dan lebar jembatan 4 meter. Kerusakan pada struktur jembatan terindikasi muncul setelah retakan pada permukaan jalan yang lama kelamaan semakin melebar sampai tidak bisa dilewati kendaraan roda 2. Akibat terputusnya jembatan Bendosari menyebabkan delapan rumah yang tidak jauh dari jembatan mengalami rusak dan roboh karena tanah yang ikut longsor. Hasil dari pengujian tanah pada lapangan dan laboratorium mengidentifikasikan tanah silt dan meiliki karakter tanah yang apabila kering keras seperti batu dan sebaliknya apabila terkena air akan menjadi bubur. Pemodelan abutmen pada SAP 2000 yang dilakukan untuk kondisi tanah pada hasil yang sudah diuji adalah memperbesar lebar dimensi abutmen dari 0,75 m menjadi 1,8 m, dimensi balok anak dari 0,3 m x 0,45 m menjadi 0,4 m x 0,5 m, dan balok induk dari 0,4 m x 0,6 m menjadi 0,55 m x 0,6 m. Untuk bangunan tambahan lainnya untuk memperpanjang umur dari abutmen dilakukan dengan menambah wing wall yang panjang dan pemasangan pondasi sumuran yang berdiameter 2 m dengan kedalaman 5 m di bawah kaki abutmen.