Artikel ini menelusuri narasi agensi dan perjuangan kolektif komunitas transpuan dalam merespons pandemi COVID-19 di Yogyakarta. Pandemi meningkatkan kerentanan ekonomi dan sosial komunitas transpuan, memaksa mereka merespons secara kolektif. Penelitian ini berfokus pada agensi transpuan dalam memberdayakan komunitas, mengakumulasi modal sosial, dan perubahan selama pandemi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan wawancara mendalam terhadap pemimpin dan anggota berbagai komunitas transpuan: Keluarga Besar Waria Yogyakarta (Kebaya), Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, dan Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO). Dengan mengadopsi konsep navigasi sosial, kami menganalisis fleksibilitas, negosiasi, dan adaptasi komunitas transpuan untuk mengatasi dan mengendalikan situasi tak terduga akibat pandemi. Setiap gerakan dan tindakan komunitas transpuan membutuhkan kepemimpinan yang terbuka dan fleksibel untuk bertahan dalam krisis COVID-19. Proses navigasi sosial ini juga membuka jalan bagi penerimaan dan inklusi sosial yang lebih baik dari masyarakat.