Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan untuk meningkatkan keberlanjutan usaha pertanian Kelompok Petani Muda Keren di Desa Buahan Kaja melalui integrasi pelatihan pencatatan keuangan sederhana, analisis biaya eksternalitas, dan penguatan strategi pemasaran. Metode yang digunakan berupa pendampingan berbasis partisipatif, pelatihan, dan bimbingan teknis yang melibatkan dosen dan mahasiswa. Hasil pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan pemahaman peserta pada aspek pencatatan keuangan dari 42% menjadi 81%, analisis biaya eksternalitas dari 38% menjadi 76%, dan strategi pemasaran dari 45% menjadi 84%. Petani mulai menerapkan sistem pencatatan keuangan manual, memahami dampak lingkungan dari input kimia, serta membangun kemitraan distribusi dengan koperasi dan pasar lokal. Program ini memberikan kontribusi terhadap penguatan kapasitas manajerial petani muda, peningkatan efisiensi usaha, serta pergeseran menuju praktik pertanian yang lebih berkelanjutan. Secara umum, kegiatan ini mendukung pencapaian SDG 1, 2, 8, 12, dan 13. Selain itu, implementasi program juga mendukung kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi. Model pemberdayaan yang terintegrasi ini dapat direplikasi di wilayah lain sebagai praktik baik penguatan petani muda berbasis keuangan, lingkungan, dan distribusi. Community Empowerment of Young Farmers in Buahan Kaja through Financial Management, Sustainability Assessment, and Local Market Strategies Abstract This Community Service Program (PKM) was implemented to improve the sustainability of the farming enterprise of the Petani Muda Keren Group in Buahan Kaja Village through the integration of basic financial record-keeping training, externality cost analysis, and marketing strategy development. The program utilized a participatory mentoring model involving lecturers and students through training and technical guidance. Pre-test and post-test results showed increased participant understanding in financial record-keeping (from 42% to 81%), externality cost analysis (from 38% to 76%), and marketing strategy (from 45% to 84%). Farmers began applying manual bookkeeping systems, recognized the environmental impact of chemical inputs, and initiated distribution partnerships with local markets and cooperatives. This program contributed to strengthening the managerial capacity of young farmers, improving business efficiency, and fostering a shift toward more sustainable agricultural practices. Overall, the program supported the achievement of SDGs 1, 2, 8, 12, and 13. Moreover, the implementation aligns with the Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) policy and the Key Performance Indicators (IKU) of higher education institutions. This integrated empowerment model is replicable in other rural areas as a best practice for youth farmer development based on finance, environment, and distribution systems.