Boyke H. Toloh, Boyke H.
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Avicennia marina Leaf Morphometric Digital Data Visualization In Tongkaina And Bintauna Coastal Areas Robot, Rianto; Sangari, Joudy R. R.; Toloh, Boyke H.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): ISSUE JANUARY-JUNE 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.17878

Abstract

The development of biology has been a major step in explaining variations in form. Information on the morphometric characteristics of A. marina leaves can be collected, managed, calculated and displayed visually using the current emerging technologies. The emerging technology is image processing software. In this study, the leaf identification was performed automatically on digital image data to measure variations and make morphometrics leaf digitalization using the software. Measurement and visualization on the morphometric s of the shape based on digital image data is still rare. To know the comparison of morphometric characters of leaf based on location difference, the research was done by comparing morphometric of A. marina leaves in Bintauna and Tongkaina using digital image processing technology and object analysis. A. marina leaf samples were collected and imaged with the camera. Furthermore, the image is processed with ImageJ to obtain the results of morphometric character and leaf landmark data. The results of the length ratio and width of the leaf were tested by t test, while the landmark data was visualized with PAST software. Image data also analyzed and visualized using elliptic Fourier descriptors (EFDs) method, plus visualization of the size and overall shape of leaf contours using Photoshop. The results showed that the size of A. marina leaves in Tongkaina are greater than that of Bintauna. A. marina leaves at Tongkaina have a length of 65,36 mm, width 36,02 mm, wide by 169,24 mm2 and circle 178,78 mm, While in Bintauna have a length of 63,76 mm, width 31,82 mm, width 149.63 mm2 and circle 166.50 mm. Visualization applied directly on A. marina leaf shape using the technique of point of coordinates of leaf (landmark) and leaf edge contour detection technique using Photoshop, the result of a whole analysis indicates that A. marina leaves in Tongkaina have symmetrical mean (morphometric) which is slightly different than those in Bintauna. Based on the result of EFDs method calculation and statistical t test, the result shows that leaf size of both populations of A. marina in Tongkaina and Bintauna has no difference.Keywords: Digital Imagery, Visualization, Morphometrics, Avicennia marina, Bintauna, TongkainaABSTRAKPerkembangan biologi telah menjadi langkah besar dalam menjelaskan variasi bentuk. Informasi mengenai data karakteristik morfometrik daun A. marina dapat dikumpulkan, dikelola dan dihitung serta ditampilkan secara visual menggunakan teknologi yang berkembang saat ini. Teknologi yang sedang berkembang adalah perangkat lunak pengolah gambar. Identifikasi daun dapat dilakukan secara otomatis pada data citra digital untuk mengukur variasi dan membuat digitalisasi morfometrik daun menggunakan perangkat lunak.Pengukuran dan penggambaran (visualisasi) mengenai bentuk morfometrik berdasarkan data citra digital masih belum banyak dilakukan. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik morfometrik daun berdasarkan perbedaan lokasi, dilakukan penelitian dengan membandingkan morfometrik daun A. marina yang ada di Bintauna dan Tongkaina menggunakan teknologi digital image processing dan analisis objek untuk melakukan visualisasi data. Sampel daun A. marina dikumpulkan dan dicitrakan dengan kamera. Selanjutnya citra diproses dengan ImageJ untuk mendapatkan hasil pengukuran karakter morfometrik dan data landmark daun. Hasil pengukuran rasio panjang dan lebar daun diuji dengan uji t, sedangkan data landmark divisualisasi dengan perangkat lunak PAST. Data citra juga dianalisis dan divisualisasi dengan metode elliptical fourier descriptors (EFDs), ditambah dengan visualisasi ukuran dan bentuk keseluruhan dari kontur daun menggunakan Photoshop. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran daun A. marina yang ada di Tongkaina lebih besar dibandingkan dengan yang ada di Bintauna. Daun A. marina di Tongkaina memiliki ukuran panjang 65,36 mm, lebar 36,02 mm, luas 169,24 mm2 dan lingkaran 178,78 mm, Sedangkan di Bintauna memiliki ukuran panjang 63,76 mm, lebar 31,82 mm, luas 149,63 mm2 dan lingkaran 166,50 mm. Visualisasi secara langsung dari bentuk daun A. marina dengan teknik menggunakan titik koordinat daun (landmark) serta menggunakan teknik pendeteksian tepi bentuk kontur daun menggunakan Photoshop, hasil analisis keseluruhan menunjukan bahwa daun A. marina yang ada di Tongkaina memiliki bentuk rata-rata kesimetrisan (morfometrik) yang sedikit berbeda dibandingkan dengan yang berada di Bintauna. Berdasarkan hasil uji statistik dengan metode (EFDs) kemudian dilanjutkan dengan uji t, menunjukan hasil bahwa ukuran daun kedua populasi A. marina yang di Tongkaina dan Bintauna adalah tidak berbeda.Kata kunci : Citra digital, Visualisasi, Morfometrik, Avicennia marina, Bintauna, Tongkaina 
Development Of Community Based Ecotourism In Bahoi Village, West Likupang District, North Minahasa Regency Asari, Ayu; Toloh, Boyke H.; Sangari, Joudy R. R.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): EDISI JANUARI-JUNI 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.17877

Abstract

In the spatial development of North Sulawesi Province, Bahoi Village is one of the coral reef conservation development areas developed into community based ecotourism village. One area that has the potential is Bahoi Village District West Likupang North Minahasa District with the concept of marine community-based ecotourism. This potential is supported by Regional Regulation No. 1 of 2014 in North Sulawesi Province Spatial Planning. This study aims to determine the status of ecotourism development in Bahoi Village and evaluate the principles and concepts of ecotourism using a qualitative descriptive method. In this research, the data were taken by conducting literature study, verification, field survey, and an interview. Interviews were conducted using questionnaires as many as 18 questions/statements containing topics on the management of ecotourism in Bahoi Village, ecotourism concepts, and principles. Questions are presented and analyzed using R and SPSS programs. R is an integrated software unit with several facilities for manipulation, calculation, and reliable graphics performance. SPSS is an application that has a high enough statistical analysis capability and data management systems in the graphical environment by using descriptive menus in simple dialog boxes and easy to understand how to operate. Based on the results of the analysis, there are several problems concerning the management of ecotourism that still overlap, ecotourism principles that have not been reached, especially on economic principles, and the lack of community empowerment. Through this research it can be concluded that ecotourism of Bahoi Village has not given full impact, ecotourism management which is not good can, in turn, forget the economic interest of the local community, and there is urgent need to make Standard Operational Procedure (SOP) of ecotourism for community-based ecotourism management. Furthermore, the concept and principles of ecotourism that has not been applied thoroughly then need to be reviewed for better future.Keywords: development, marine ecotourism, ecotourism management, Bahoi villageABSTRAKDalam pengembangan tata ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Desa Bahoi merupakan salah satu kawasan pengembangan koservasi terumbu karang yang dikembangkan menjadi Desa Ekowisata Berbasis Masyarakat.Salah satu wilayah yang memiliki potensi tersebut yaitu Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara dengan konsep ekowisata bahari berbasis masyarakat. Potensi ini didukung dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara yaitu Desa Bahoi merupakan salah satu kawasan pengembangan konservasi terumbu karang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status pengembangan ekowisata yang ada di Desa Bahoi dan mengevaluasi prinsip-prinsip dan konsep ekowisata menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini data di ambil dengan studi literature, verifikasi, survei lapangan dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebanyak 18 Pertanyaan/pernyataan yang berisisi tentang pengelolaan ekowisata di Desa Bahoi, konsep dan prinsip-prinsip ekowisata. Pertanyaan disajikan dan di analisis menggunakan program R dan SPSS. R adalah suatu kesatuan software yang terintegrasi dengan beberapa fasilitas untuk manipulasi, perhitungan dan penampilan grafik yang handal. SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat beberapa masalah mengenai pengelolaan ekowisata yang masih tumpang tindih, peinsip-prinsip ekowisata yang belum tercapai terutama pada prinsip ekonomi, kurangnya pemberdayaan masyarakat .Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan ekowisata Desa Bahoi belum memeberi dampak secara menyeluruh, pengolaan ekowisata yang kurang baik dapat melupakan kepentingan ekonomi masyarakat lokal untuk itu perlu di buat Standar Operasional Prosedur ekowisata yang mengatur manajemen ekowisata,. Kosep dan prinsip-prinsip ekowisata yang belum diterapkan secara menyeluruh  maka perlu di kaji kembali.Kata Kunci: Kajian pengembangan, ekowisata bahari, pengelolaan Ekowisata, Desa Bahoi 
Growing Pattern of Blue Swimming Crab, Portunus pelagicus at Two Different Locations in Manado Bay Makahinda, Frank Rijkaard; Mantiri, Rose O.S.E; Toloh, Boyke H.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): EDISI JANUARI-JUNI 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.19545

Abstract

Portunus pelagicus (blue swimming crab) is one of the important economical marine commodities produced from Indonesian coastal waters that has increasing market demand among fishery commodities. The purpose of this research is to reveal the relationship of carapace width and weight, the growth pattern and the carapace width-weight ratio of P. pelagicus crabs at two different research sites in Manado Bay. The benefits of this study, can be a reference for further studies on blue swimming crabs, P. pelagicus, and information obtained in this study could become important information needed for the maximum sustainable utilization of blue swimming crab, P. pelagicus.This research was conducted at two locations, namely Kelurahan Bahu, Sub-district of Malalayang with coordinates of 1 ° 27'49.86 "North and 124 ° 49'35.79" East and second location in Tumumpa Dua, Sub-district of Tuminting with coordinates 1 ° 31'14.51"North - 124 ° 50'28.67"East. Samples of blue swimming crabs were collected by deploying traps which are placed at 5-7 meters with the distance between traps 10 meter. Traps were placed at 17.00 pm and lifted on the next day at 06.00 am. Measurement of the width of the carapace conducted by using the ruler with 0.1 cm accuracy and weight measurement using the scales with 0.1 gram accuracy.The correlation value obtained for the wide and weight relationship of blue swimming crabs in the Sub-district of Malalayang is 0.953 for males and 0.898 for females. In Kelurahan Tumumpa Dua, Sub-dis ittrict of Tuminting 0.829 for males and 0.920 for females respectively. Based on these values the increase in the width of the carapace will affect the weight gain of the crab. The growth pattern of P. pelagicus crab in Kelurahan Bahu, Sub-district of Malalayang and Tumumpa Dua Sub-district Tuminting showed negative allometric growth pattern with b <3 value which means faster carapace growth compared to the weight of crab. From the result of chi square test on wide body and weight relationship analysis, is found same for both locations with value x2 table = 7.815 <x2 count = 112.3134. This is presumably due to one of the external factors is the availability of food.Keywords: Rajungan, growth pattern, Manado Bay AbstrakPortunus pelagicus merupakan salah satu komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Indonesia dengan permintaan pasar terhadap komoditas rajungan yang terus meningkat. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan lebar berat rajungan P. pelagicus, pola pertumbuhan rajungan P. pelagicus dan perbandingan lebar berat rajungan P. pelagicus di dua lokasi penelitian yang berbeda di Teluk Manado. Manfaat penelitian ini, dapat menjadi bahan acuan untuk studi lebih lanjut mengenai rajungan P. pelagicus serta infomasi yang didapat dalam penelitian ini bisa menjadi bahan kajian untuk pemanfaatan rajungan P. pelagicus secara maksimal serta berkelanjutan.Penelitian ini dilaksanakan pada dua lokasi yakni di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang dengan koordinat 1°27'49.86"LU - 124°49'35.79"BT dan lokasi kedua di Kelurahan Tumumpa Dua Kecamatan Tuminting dengan koordinat 1°31'14.51"LU - 124°50'28.67"BT. Pengambilan sampel dilakukan dengan alat tangkap bubu yang diletakan pada kedalam 5-7 meter dengan jarak antara bubu 10 meter. Bubu diletakan pada pukul 17.00 wita dan diangkat pada esok harinya pukul 06.00 wita. Pengukuran lebar karapas menggunakan mistar dengan ketelitian 0,1 cm dan pengukuran berat tubuh menggunakan timbangan 0,1 gr.Nilai korelasi yang didapat untuk hubungan lebar berat rajungan P. pelagicus di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang 0,953 untuk jantan dan 0,898 untuk betina. Di Kelurahan Tumumpa Dua Kecamatan Tuminting 0,829 untuk jantan dan 0,920 untuk betina. Berdasarkan nilai tersebut pertambahan lebar karapas akan berpengaruh pada kenaikan berat tubuh dari rajungan. Pola pertumbuhan rajungan P. pelagicus di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang dan di Kelurahan Tumumpa Dua Kecamatan Tuminting menunjukan pola pertumbuhan yang bersifat allometrik negatif dengan nilai b < 3 yang berarti pertumbuhan karapas lebih cepat dibandingkan pertambahan berat rajungan. Dari hasil analisis chi square lebar berat tubuh, sama untuk kedua lokasi penelitian dengan nilai x2 tabel =  7,815 < x2 hitung = 112,3134. Hal ini diduga karena salah satu faktor eksternal yakni  ketersediaan makanan.Kata  kunci : Rajungan,  Pola pertumbuhan, Teluk Manado.