Achmad Satori Ismail
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Ṣu’ūbāt al-Tarjamah min al-Nāḥiyah al-Dalāliyyah Achmad Satori Ismail
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies Vol 41, No 1 (2003)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2003.411.171-182

Abstract

The main problem in the proses of language transfer is to find the precise word between two languages. To transfer a word of a language into another language require some conditions, i.e., word classification, socio-cultural background, metaphor, etc. It is mistaken to say that the meaning of words in any language lies in the pattern of the word used t0 express particular purpose. Instead, the meaning of a word we used as a mean to construct our knowledge is the meaning that suit to the culture of a country. Therefore, the concept of a word in a culture may not be able to be found in other cultures. It is also the cases of Indonesian language in relation to other languages. In particular, the difficulties of translating Arabic words into bahasa Indonesia or vice versa, from the semantic point of view, could be classified into some categories: (1) the semantic difference of two similar words, (2) the differences in using an expression, (3) the classification differences of words, (4) the differences in using taboo words and the softness of expression, and finally (5) the socio-cultural differences between two nations/ countries.
PROSPEK PENGAJARAN BAHASA ARAB DI INDONESIA Achmad Satori Ismail
Al Qalam Vol 21 No 102 (2004): September - December 2004
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.26 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v21i102.1642

Abstract

Adalah suatu kenyataan yang belum terbantahkan bahwa Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar diseluruh dunia. Sementara itu, bahasa utama Islam terutama dalam doktrin dan ritual adalah bahasa Arab. Dengan demikian prospek pengajaran bahasa Arab di Indonesia nampaknya sangatlah besar dan menjanjikan sekaligus menantang. Di lain pihak, pendekatan dan metode pengajaran bahasa pada umumnya juga berkembang dan bermunculan dengan sangat cepat sehingga pada titik tertentu membingungkan para pemakainya untuk menetukan pilihan. Hal tersebut juga berlaku bagi para pengajar bahasa Arab. Namun demikian, di antara sekian banyak pendekatan dan metode tersebut, nampaknya pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang paling sesuai, setidaknya ia merupakan metode yang dalam dua dasawarsa terakhir ini sangat dianjurkan pemakaiannya dalam pengajaran bahasa asing di Indonesia. Pendekatan komunikatif ini, terutama dalam pengajaran bahasa Arab, nampaknya baru bisa diterapkan apabila peserta didik sudah memiliki dasar-dasar bahasa Arab dan mampu menggunakannya dalam muhadatsah yaumiyah. Tingkatan kemampuan seperti itu setidaknya baru dimiliki oleh peserta didik di tingkat perguruan tinggi seperti mahasiswa jurusan bahasa Arab, di Fakultas Adab dan Tarbiyah.
PERKEMBANGAN PENGAJARAN BAHASA ARAB DARI MASA KE MASA Achmad Satori Ismail
Al Qalam Vol 20 No 97 (2003): April - June 2003
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (855.168 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v20i97.644

Abstract

Perhatian terhadap pengajaran bahasa Arab telah dimulai sejak lahirnya Islam di semenanjung Arabia. Metoda pengajarannya pun berkembang dari masa ke masa. Setelah adanya perhatian tentang hakekat bahasa maka pengajaran bahasapun semakin berkembang karena pemahaman tentang bahasa ini akan mempengaruhi bagaimana metoda itu harus diwujudkan dalam mengajar anak didik. Makalah ini membahas tentang perkembangan pengajaran bahasa Arab setelah berkembanganya linguistik modern.Kesimpunan makalah ini menyatakan bahwa perkembangan di bidang metode pengajaran bahasa dapat kita lihat dengan munculnya metode yang menitikberatkan pada penguasaan kemahiran berbahasa bukan lagi menekankan pada penghafalan dan memperdengarkan bahasa saja. Juga muncul metode yang mendahulukan pengajaran muhadatsah dan istima' yang telah menggeser metoda yang mendahulukan pengajaran membaca dan menulis yang banyak digunakan sebelumnya. Sebagaimana juga muncul metoda yang merealisir integralitas antara semua kemahiran berbahasa dan merealisir integritas semua cabang-cabang bahasa dan tidak lagi melihat cabang-cabang tersebut secara parsial.Kata Kunci: Metode pengajaran bahasa, Kompetensi berbahasa
OPTIMALISASI DAN PERAN LINGUISTIK DALAM PENGAJARAN BAHASA ARAB DI INDONESIA Achmad Satori Ismail
Al Qalam Vol 19 No 95 (2002): October - December 2002
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1258.076 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v19i95.463

Abstract

Untuk mengembangkan pel,qjaran bahasa Arab di Indonesia pada saat ini perlu dilakukan berbagai upaya. Di antara upaya yang perlu dilakukan tersebut adalah dengan mengoptimalkan peran linguistik, terutama linguistik terapan, dalam pengajaran bahasa Arab. Hal ini mengingat bahwa pada dasarnya proses pengajaran bahasa menuntut pengetahuan tentang prinsip-prinsip bahasa yang dipelajari. Tanpa bantuan teori-teori linguistik, guru bahasa Arab akan menemukan kesulitan dalam memberikan deskripsi yang akurat tentang bahasa dan situasi penggunnya. Untuk itulah teori-teori linguistik umum, sosio-linguistik, dan psiko-linguistik perlu mendapatkan perhatian dalam proses pengajaran bahasa Arab. Pemanfaatan linguistik dalam pengajaran bahasa Arab setidaknya dapat dilakukan dalam proses memilih bahan pelajaran, menentukan tahapan pengajaran, proses penyampaian materi pengajaran, dan pelaksanaan evaluasi pengajaran bahasa.Kata Kunci: Linguistik, Pengajaran Bahasa Arab, Error Analysis
دور اللغة العربية فى فهم وسطية الإسلام فى اندونيسيا Achmad Satori Ismail
Al Qalam Vol 34 No 2 (2017): July - December 2017
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1941.237 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v34i2.1842

Abstract

الاسلام هو دين يتسم بالوسطية. والمعالم التي تميز الاسلام الوسطى :هى:الجمع بين السلفية والتجديد. والموازنة بين الثوابت والمتغيرات.والتحذير من التجميد والتجزئة والتمييع للإسلام .والفهم الشمولي للإسلام. و للاسلام الوسطى الحنيف مصدران اساسيان. و هما القرآن الكريم و السنة النبوية. و هذان المصدران مكتوبان بالعربية , فمن اراد ان يفهمهما فهما صحيحا وسطيا فعليه ان يفهم العربية. فلذلك لا بد للاندونيسيين من نشر اللغة العربية بين اوساطهم لنشر الاسلام الوسطى و نبذ الفهم اللبرالى و الرديكالى
MENGENAL DIALEK-DIALEK BAHASA ARAB Achmad Satori Ismail
Al Qalam Vol 20 No 98-99 (2003): July - December 2003
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.927 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v20i98-99.635

Abstract

Bahasa Arab Fushha, yang dipengaruhi oleh dialek Bahasa Arab Qureisy, adalah bahasa lingua franca tidak saja bagi para sasterawan dari berbagai kabilah Arab sebagai media untuk menuangkan karya sastra yang berupa syair-syair, tetapi juga bagi masyarakat umum untuk menyampaikan pesan formal dalam khutbah dan pidato. Sementara dalam komunikasi rutinitas keseharian, kabilah-kabilah Arab menggunakan berbagai dialek yang jumlahnya tidak kurang 14 dialek, yakni: Istintha', Taltalah, Syansyanah, Thamthamaniyyah, 'Aj'ajah, 'An'anah, Fahfahah, Qith'ah, Kaskasah, Kasykasyah, Lakhlakhaaniyyah, Watam, Wakam, dan Waham. Dua dialek terakhir, Wakam, dan waham, dipandang dan diterima sebagai bagian dari bahasa Arab Fushha.Kata Kunci: Bahasa Semit, Bahasa Arab Fushha, Dialek, dan lingua franca.
Scrutinizing Integrative Learning in Arabic Instruction Pradi Khusufi Syamsu; Achmad Satori Ismail; Sukron Kamil; Muhbib Abdul Wahab
International Journal of Islamic Thought and Humanities Vol. 2 No. 1 (2023): International Journal of Islamic Thought and Humanities
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Taruna Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.928 KB) | DOI: 10.54298/ijith.v2i1.78

Abstract

This research aims to find new ideas in integrative Arabic learning. The research conducted in this article is qualitative. Extracting research sources takes one form, sources of bibliographical data in the form of authoritative books and journal articles related to integrative Arabic learning. In terms of approach, this study uses a qualitative approach and a philosophical approach. The qualitative approach is related to the quality, value, or meaning that is explained through language or words. While the philosophical approach to explaining the scientific basis and nature or wisdom of a formal object. This study confirms that integrative Arabic learning is learning Arabic that combines the four language skills (listening, speaking, reading, and writing), elements of Arabic, language competence (competence linguistics, communicative competence, and cultural competence) and integrates all aspects of learning both academic and non-academic so that all Arabic learning programs are designed and implemented in an integrated and programmed manner in every student's daily life. Integrative Arabic learning is precisely in accordance with the character of the language itself which is an inseparable unit where the breadth of language must be treated as a whole and not narrowly. Several scholars who support the above opinion include Ibn Khaldun, Tamam Hassan, Ahmad Abduh Iwadh, Muhbib Abdul Wahab, Munther Younes, Farid Khalfawi, and Balqasim Malikiyah. The conclusion of this study is different from Noam Chomsky's opinion who concluded that language ability is a natural talent, not determined by the natural environment because language is not a habit.