Raymond Ch Tarore, Raymond Ch
Unknown Affiliation

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search
Journal : SPASIAL

ANALISIS PEMETAAN KAPASITAS ADAPTASI MASYARAKAT KELURAHAN KINILOW SATU DAN KAKASKASEN SATU TERHADAP ANCAMAN BENCANA VULKANIK GUNUNG LOKON Walandouw, Daniel; Tilaar, Sonny; Tarore, Raymond Ch
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu gunung berapi yang aktif di provinsi Sulawesi Utara adalah Gunung api Lokon yang terletak di Kota Tomohon dengan tinggi 1.580 meter di atas permukaan laut. Bahaya primer atau bahaya langsung akibat latusan, adalah seperti luncuran awan panas, lontaran piroklastik dan aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder atau bahaya tidak langsung adalah lahar hujan yang terjadi setelah erupsi apabila turun hujan lebat di sekitar puncak gunung Lokon. Dampak dari letusan gunung Lokon adalah bahaya primer dan bahaya sekunder. Kondisi ini menggambarkan bahwa bila terjadi erupsi letusan gunung api Lokon, di kelurahan Kinilow Satu dan Kakaskasen Satu berpotensi mengalami kerusakan secara fisik, bahkan mengancam keselamatan jiwa. Kapasitas adaptasi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu sistem untuk mengubah wataknya untuk dapat lebih baik mengatasi tekanan yang sudah ada maupun yang akan terjadi (Adger et al. 2004). Adanya penelitian ini diharapkan dapat menganalisis dan memetakan tingkat kapasitas adaptasi masyarakat di kelurahan Kinilow Satu dan Kakaskasen Satu terhadap bencana vulkanik Gunung Lokon. Dengan demikian penelitian ini berguna dalam memberikan rekomendasi untuk memperbaiki, merencanakan kembali dan mengembangkan kapasitas daerah Kota Tomohon. Penelitian ini menggunakan metode analisis Deskriptif kuantitatif dengan melakukan analisis spasial. Berdasarkan hasil analisis, lingkungan yang teridentifikasi memiliki tingat kapasitas adaptasi yang tinggi di kedua kelurahan berjumlah 5 (lima) lingkungan sedangkan tingat kapasitas adaptasi sedang berjumlah 9 (sembilan) lingkungan, dan tingat kapasitas adaptasi yang rendah berjumlah 7 (tujuh) lingkungan. Kata Kunci : Kapasitas Adaptasi, Gunung Lokon
ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI DI KECAMATAN MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD (STUDI KASUS: KORIDOR JALAN KAMPUNG BARU KECAMATAN MELONGUANE) Kalungan, Trifena Rany; Timboeleng, James; Tarore, Raymond Ch
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan Negara Berkembang, dalam Menunjang perkembangan di Indonesia, maka diperlukan transportasi yang Memadai. seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan semakin kompleksnya kegiatan penduduk di perkotaan maka kebutuhan sarana transportasi semakin meningkat. Infrastruktur wilayah, termasuk jaringan jalan sangat penting dalam menunjang pembangunan, perkembangan ekonomi wilayah. Khususnya Kabupaten Kepulauan Talaud, yang merupakan Kabupaten termuda dengan infrastruktur wilayah yang masih sangat terbatas. Kabupaten Kepulauan Talaud marupakan bagian integral dari propinsi Sulawesi utara, dengan ibukota Melonguane. Berada diantara Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao (Republik Philipina), sehingga Kabupaten Kepulauan Talaud bersama dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe, di sebut “Daerah Perbatasan“.Dengan demikian Kecamatan Melonguane berkembang sebagai pusat utama perdagangan dan jasa karena fasilitas yang ada lebih lengkap. Di pusat kota sendiri menjadi pusat sentral kegiatan perdagangan karena terdapat beberapa pertokoan dan pasar di dalamnya sehingga mobilitas orang, kendaraan, dan barang begitu tinggi yang menimbulkan bangkitan dan tarikan perjalanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif berupa data perhitungan yang terdiri dari volume kendaraan, kecepatan kendaraan, kapasitas jalan dan hambatan samping. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja sistem transportasi di Kecamatan Melonguane. Berdasarkan hasil studi Volume kendaraan tertinggi pada segmen jalan (titik 2) dengan jumlah kendaraan tertinggi yaitu 7.224 smp/jam, sedangkan volume kendaraan terendah pada segmen jalan (titik 1) dengan jumlah kendaraan 5.462 smp/jam. Kinerja Ruas Jalan Kampung Baru pada saat ini, nilai derajat kejenuhan (DS) pada umumnya masih sesuai standar kategori 0.35 (MKJI, 1997) dengan tingkat pelayanan jalan pada kategori A kondisi arus lalu lintasnya bebas antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya, besarnya kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh keinginan pengemudi dan sesuai dengan batas kecepatan yang telah ditentukan. Dan kecepatan rata-rata pada umumnya berada di bawah persyaratan kolektor yaitu 20 km/jam, yang dipengaruhi oleh volume lalu lintas, kondisi jalan dan hambatan samping. Kondisi aktivitas lalu lintas pada segmen jalan ini yaitu kendaraan parkir di badan jalan, naik turun penumpang bentor, dan pejalan kaki/penyeberang jalan pada pusat perbelanjaan dan perdagangan dan jasa. Kata Kunci : Sistem Transportasi, Lalu Lintas, Kinerja Jalan, Kabupaten Kepulauan Talaud
KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN PESISIR KOTA MANADO (Studi Kasus: Kecamatan Malalayang, Sario, dan Wenang) Rondonuwu, Carolina Veny; Tarore, Raymond Ch; Mastutie, Faizah
SPASIAL Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurut UU Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang di pengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Kawasan pesisir Kota Manado membawa pengaruh besar bukan hanya pada bertumbuhnya perekonomian Kota Manado, peningkatan aktivitas masyarakat di kawasan pesisir, tapi juga membawa pengaruh terhadap lingkungan alam dan kelangsungan ekosistem kawasan pesisir. Batasan masalah dari penelitian ini adalah Kecamatan Malalayang, Kecamatan Sario, dan Kecamatan Wenang karena tiga kecamatan ini merupakan daerah reklamasi yang memiliki banyak perubahan. Kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam lingkup penelitian yaitu: Kecamatan Malalayang: Kelurahan Malalayang I, Malalayang II, Malalayang I Timur, Bahu Kecamatan Sario: Kelurahan Sario Tumpaan, Sario Utara, Titiwungen Selatan, Titiwungen Utara, Kecamatan Wenang: Kelurahan Wenang Selatan, Wenang Utara, Calaca. Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif serta mengoverlay peta penggunaan lahan pada tahun 2009 dan 2019. Kawasan ini memiliki banyak perubahan penggunaan lahan oleh sebab itu perlu adanya analisis perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir kota manado sehingga bisa mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kawasan tersebut.Kata Kunci: Kawasan Pesisir, Penggunanaan Lahan, Perubahan Lahan
ANALISIS TINGKAT LAHAN KRITIS BERBASIS SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) DI KABUPATEN BANGGAI Basuki, Andreyanus; Takumansang, Esli D; Tarore, Raymond Ch
SPASIAL Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lahan kritis merupakan tanah yang mengalami atau dalam proses kerusakan kimia, fisik, dan biologi yang dapat mengganggu atau kehilangan fungsinya di dalam lingkungan. Kondisi ini dapat merusak tata air dan lingkungan sekitarnya. Dampak dari lahan kritis adalah penurunanan tingkat kesuburan tanah, berkurangnya ketersediaan sumber air pada musim kemarau serta banjir pada musim hujan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Banggai tahun 2012-2032, Luasan lahan kritis di Kabupaten Banggai sebesar 116.076 Ha atau 12,35% dari luas wilayah kabupaten secara keseluruhan dan pada hasil analisis Tahun 2019 luas lahan kritis mencapai ±378439.20 Ha atau 42% dengan kenaikan 30% dan rata-rata kenaikan pertahun 2012-2019 adalah 5%. Keberadaan lahan kritis ini disebabkan oleh penggundulan hutan dan dapat berdampak pada rawan bencana longsor dan kekeringan. Dari aspek penggunaan lahan Kabupaten Banggai didominasi penggunaan lahan berupa hutan lebat dengan luas ±585987 ha, dan hutan belukar dengan luas ±94154.64 ha, Penyebab utama lahan kritis pada daerah penelitian adalah karena aktivitas pertanian yang tidak memperhatikan aspek-aspek kelestarian lahan. Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode skoring dapat digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai pengelolaan lahan secara tepat untuk menghindari kerusakan ekosistem yang ada. Peta tingkat lahan kritis dihasilkan dari overlay peta kemiringan lereng, penutupan Lahan, bahaya erosi, dan manajemen lahan yang sesuai dengan peraturan Departemen Kehutanan No. P.4/V-SET/2013. Berdasarkan hasil penelitian maka diketahuilah penyebab lahan kritis di Kabupaten banggai diantaranya di pengaruhi oleh kemiringan lereng dengan klasifikasi kemiringan 15–25 % yaitu agak curam dengan luas ±228890.63 ha atau 25%, dan tingkat bahaya erosi dengan klasifikasi erosi cukup tinggi dengan luas ±181647.32 ha atau 20% dari luas wilayah Kabupaten, dan sering terjadinya kebakaran hutan yang di sebabkan oleh alih fungsi lahan seperti pembukaan lahan pertanian dan perkebunan kelapa. persebaran tingkat lahan kritis yang ada di Kabupaten Banggai terdiri atas 23 Kecamatan dengan luas lahan kritis yaitu Kecamatan Toili Barat ±104526.15 ha atau 12%, Kecamatan Toili ±70932.84 ha atau 8%, Kecamatan Moilong ±30646.46 ha atau 3%, Kecamatan Batui Selatan ± 42504.56 ha atau 5%, Kecamatan Batui ±53228.33 ha atau 6%, Kecamatan Kintom ±47749.36 ha atau 5%, Kecamatan Nambo ±17139.13 ha atau 2%, Kecamatan Luwuk Selatan ±13012.46 ha atau 1%, Kecamatan Luwuk ±9363.79 ha atau 1%, Kecamatan Luwuk Utara ± 20573.62 ha atau 2%, Kecamatan Luwuk Timur ±20637.56 ha atau 2%, Kecamatan Masama ±21047.79 ha atau 2%, kecamatan Lamala ± 15306.97 ha atau 2%, Kecamatan Mantoh ±18114.26 ha atau 2%, Kecamatan Balantak Selatan ± 6834.70 ha atau 1%, kecamatan Balantak ±12947.52 ha atau 1%, Kecamatan Balantak Utara ± 17783.47 ha atau 2%, kecamatan Bualemo ± 98833.17 ha atau 11%, Kecamatan Pagimana ±68051.81 ha atau 8%, Kecamatan Lobu ±15777.14 ha atau 2%, Kecamatan Bunta ±54993.55 ha atau 6%, Kecamatan Simpang Raya ±14361.97 ha atau 2%, Kecamatan Nuhon ±119928.15 ha atau 13%.Kata kunci: Sistem Informasi Geografis, Tingkat Lahan Kritis
ANALISIS SPASIAL SEBARAN LAHAN KRITIS DI KAWASAN DANAU MOOAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR Makalalag, Mira Fara Mutiara; Takumansang, Esli D; Tarore, Raymond Ch
SPASIAL Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurut Rencana Tata Ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Danau Mooat merupakan kawasan suaka alam.  Kawasan suaka alam di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur adalah kawasan yang harus dilindungi dan di jaga keberadaannya oleh pihak – pihak terkait serta masyarakat yang tinggal atau bermukim dalam kawasan tersebut. Pemetaan lahan kritis pada kawasan Danau Mooat diperlukan untuk perencanaan penggunaan tata guna lahan dan pengelolaan Danau Mooat untuk menunjang kehidupan masyarakat dengan adanya identifikasi dan pemetaan ini dapat diketahui perubahan kondisi lahan dilihat dari lahan kritis yang terjadi di wilayah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sebaran lahan kritis pada kawasan Sekitar Danau Mooat dan menganalisis kondisi pemanfaatan ruang di Kawasan Sekitar Danau Mooat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian, luas lahan kritis di Kawasan Danau Mooat adalah ± 6.454 Ha, dengan luas lahan kritis terbesar berada di Desa Tobongan dengan luas ± 3.413 Ha. dan paling rendah luasan lahan kritis adalah Desa Bongkudai Baru ± 332 Ha. Penggunaan lahan di kawasan Danau Mooat terdiri dari Perkebunan/Kebun, Danau/ Situ, Hutan Lahan Kering, Tegalan/Ladang, Permukiman dan Tempat Kegiatan, dan Semak Belukar. Penggunaan Lahan terbesar berada Hutan Lahan Kering dengan luas ± 4.836 Ha sedangkan yang paling terkecil yaitu penggunaan lahan Danau/Situ ± 37 Ha.Kata Kunci : Lahan Kritis, Danau Mooat
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KEPULAUAN SIAU KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO Lamanongko, Nadya G; Tarore, Raymond Ch; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Soemarno, 2006). Kondisi topografi Kepulauan Siau pada umumnya memiliki bentuk wilayah yang berbukit dan bergunung, dan memiliki kemiringan lereng yang curam. Meskipun curam, daerah ini masih dimanfaatkan penduduk untuk ditanami dengan tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh dan pala. Daerah yang datar relatif sempit dan umumnya hanya terdapat di pesisir pantai yang dijadikan tempat pemukiman penduduk, seperti di Ulu, Ondong (P.Siau). BAB 5 Tentang Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Pasal 37 Menetapkan bahwa Kawasan peruntukkan permukiman sebagaimana dimaksud pada Pasal 33   huruf d di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pemukiman yang sehat, nyaman dan aman dari bahaya bencana alam, yang terdiri dari permukiman perkotaan meliputi permukiman di Kawasan Perkotaan Ulu, Kawasan Perkotaan Ondong dan Kawasan Perkotaan Buhias dan permukiman perkampungan meliputi permukiman yang terbentuk di kawasan perkampungan sebagai sentra produksi yang tersebar di seluruh wilayah Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.  Undang-Undang No 1 Tahun 2011 menjelaskan bahwa permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana , utilitas umum , serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan pedesaan. Penelitian ini bertujuan Mengidentifikasi eksisting penggunaan lahan permukiman di kepulauan siau dan Menganalisis kesesuaian lahan permukiman di kepulauan siau. Dengan manfaat Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman dalam menganalisis kesesuian lahan permukiman di kepulauan siau kabupaten siau tagulandang biaro, Merekomendasi untuk pemerintah dalam menangani masalah yang terjadi dalam kesesuaian lahan permukiman di kepulauan siau dan Hasil penelitian ini dapat juga memberikan pemahaman terhadap masyarakat dan pihak lainnya.Kata Kunci: Kemampuan Lahan ,Kesesuaian Lahan ,Kesesuaian Lahan Permukiman
IDENTIFIKASI TINGKAT KERAWANAN BENCANA LONGSOR DI KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA, KABUPATEN MINAHASA Umaternate, Adhitya N; Tarore, Raymond Ch; Karongkong, Hendriek H
SPASIAL Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu faktornya karena wilayah Indonesia terletak di garis khatulistiwa sehingga menjadikan Indonesia beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu dapat menyebabkan bencana sangat mudah terjadi. Khususnya bencana longsor terjadi akibat curah hujan yang tinggi. Kawangkoan Utara adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kecamatan Kawangkoan Utara adalah Kiawa Dua Timur, berjarak sekitar 26 km dari Tondano, ibukota Kabupaten Minahasa. Dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analisis spasial dengan bantuan alat analisis GIS (Geography Information system) dan analisis skoring. Proses overlay menggabungkan peta digital beserta data-data empat peta parameter yang digunakan memiliki hasil yaitu Kecamatan Kawangkoan Utara memiliki tingkat kerawanan longsor yang tinggi dengan seluas 1018,822 Ha atau 63% dari luas total wilayah.Kata Kunci: Rawan longsor, Bencana,Geography Information system.
EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN HALMAHERA TENGAH, MALUKU UTARA Zanuddin, Rian; Rogi, Octavianus H. A.; Tarore, Raymond Ch
SPASIAL Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Halmahera Tengah merupakan salah satu Kabupaten di luar pulau jawa dimana salah satu kecamatannya telah ditetapkan sebagai kawasan industri terpadu pertama di dunia, yang direncanakan bakal menyerap enam belas ribu karyawan, hal ini cukup berpengaruh terhadap lahan. Bila ditinjau dari keadaan lahan, Kabupaten Halmahera Tengah tidak seluruh lahannya bisa dikembangkan selaku tanah bermukim. Sebab kondisi morfologi yang dominan di Kabupaten Halmahera Tengah ialah kondisi morfologi perbukitan. Adapun riset ini yaitu mengenali keadaan serta kesesuaian lahan yang terdapat di Kabupaten Halmahera Tengah dan membandingkan arahan kesesuaian lahan dengan lahan yang menjadi tanah permukiman di Kabupaten Halmahera Tengah, bersumber pada rencana pola ruang dalam buku rencana tata ruang wilayah Kabupaten Halmahera Tengah 2012-2032. Tata cara riset menggunakan deskriptif kuantitatif, dengan memakai metode analisis spasial dengan dorongan SIG (sistem data geografis). Metode informasi ini memakai PP PU Nomor. 20/PRT/ Meter/2007 mengenai metode analisis wujud serta area, ekonomi dan sosial budaya dalam penataan tata ruang. Metode penilitian yang digunakan merupakan metode superimpose/overlay (Tumpang tindih) serta analisis scoring buat pemberian nilai tiap parameter. Hasil yang diperoleh, diperoleh jika tanah yang dominan merupakan tanah sangat rendah serta kesesuaian lahan yang mendominasi merupakan kesesuaian lahan buat perkebunan. Buat tanah jadikan kawasan bermukim yang direncanakan ada penyimpangan dengan hasil analisis kesesuaian lahan. Sebab tanah yang cocok untuk dijadikan lahan permukiman dengan analisis kesesuaian lahan sekitar 915.04 Hektare /54 % sedangkan yang melenceng karena terjadi penyimpangan terhadap peruntukan sebagai tanah permukiman ialah84.330 Hektare /46 % dari total keseluruhan perencanaan peruntukan untuk tanah permukiman yang direncanakan seluas 183.189 Hektare. dari total keseluruhan luas Kabupaten Halmahera Tengah.Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Kemampuan Lahan, Peruntukan Lahan, Permukiman.
PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL TERHADAP TATA GUNA LAHAN DAN SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN SONDER Abisiswondo, Indah Dewi; Poluan, Roosye J.; Tarore, Raymond Ch
SPASIAL Vol 8, No 3 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan suatu industri kecil di Kecamatan Sonder sangat berdampak bagi penduduk di wilayah Kecamatan Sonder, lebih khususnya berdampak pada sosial dan ekonomi masyarakat. Karena dapat meningkatkan dan memajukan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Namun seiring berkembangnya industri kecil tersebut sehingga membutuhkan lahan untuk dijadikan lokasi industri kecil , maka terjadilah ahli fungsi lahan. Penelitian tentang Pengaruh Perkembangan Industri Kecil terhadap Tata Guna Lahan dan Sosial Ekonomi di Kecamatan Sonder bertujuan untuk menganalisis pengaruh perkembangan industri kecil terhadap tata guna lahan dan menganalisis pengaruh perkembangan industri kecil terhadap sosial ekonomi di Kecamatan Sonder. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif kuantitatif. Dimana metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengukur dan menganalisis gambaran perkembangan industri kecil di Kecamatan Sonder. Kemudian untuk menganalisis pengaruh perkembangan indsutri kecil metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Path. Hasil uji korelasi menunjukan adanya hubungan antara perkembangan industri kecil terhadap tata guna lahan dan sosial ekonomi dan hasil uji regresi menunjukan apabila terjadi pertambahan industri kecil maka hal ini akan mempengaruhi nilai tata guna lahan dan sosial ekonomi secara positif.Kata Kunci : Perkembangan Industri Kecil, Tata Guna Lahan, Sosial Ekonomi