Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

POLA POLA PERMUKIMAN SUKU BAJO DI PULAU BUNGIN KABUPATEN SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Verry Lahamendu; Michael M. Rengkung; Hendriek H. Karongkong
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 1 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 1, Mei 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pulau Bungin terkenal sebagai pulau terpadat di dunia. Pulau ini terletak di Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pulau Bungin tidak mempunyai garis pantai dan lahan hijau. Bangunan di Pulau Bungin berdiri di atas tumpukan batu karang. Mayoritas penduduk yang mendiami pulau tersebut adalah Suku Bajo yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Suku Bajo memiliki budaya yang unik dan berpengaruh terhadap pola permukiman di pulau tersebut. Budaya tersebut adalah bila seorang pemuda hendak menikah, diharuskan mengumpulkan karang mati yang diambil dari dasar laut sebagai tempat untuk membangun rumah. Proses pengambilan karang mati ini sudah berlangsung lama dan turun temurun. Sehingga menyebabkan luas daratan Pulau Bungin dan penduduknya semakin bertambah dari tahun ke tahun. Luas pulau ini awalnya hanya 3 hektar namun pada tahun 2014 bertambah menjadi 8 hektar dengan jumlah penduduk sekitar 3.184 jiwa atau 939 KK. Jarak antara rumah satu dengan rumah lainnya saling berdekatan dan semakin menurun kualitas lingkungannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola permukiman Suku Bajo di Pulau Bungin dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling dengan menetapkan kriteria sampel tertentu agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola permukiman Suku Bajo di Pulau Bungin Kabupaten Sumbawa terbentuk akibat perkawinan antar generasi yang masih mempertahankan dan melestarikan adat istiadat Suku Bajo di Pulau Bungin. Kata Kunci : Pola, Permukiman, Suku Bajo, Pulau Bungin.
ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Verry Lahamendu
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 7 No. 1 (2015)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v7i1.8272

Abstract

Pemanfaatan lahan di pulau Bunaken sebagai kawasan wisata taman nasional terus meningkat. Hal ini terlihat dari pembangunan sarana dan prasarana pariwisata yang kecenderungannya berdampak kurang baik bagi kelestarian lingkungan karena pembangunannya tidak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang wilayah yang ada. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah bahkan bila sudah melebihi daya dukungnya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang tidak segera diatasi dapat berdampak pada masyarakat yang tinggal di pulau Bunaken juga terhadap keberadaan Taman Laut Bunaken sebagai salah satu taman laut terindah di dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesesuaian pemanfaatan lahan yang berkelanjutan di pulau Bunaken Manado berdasarkan rencana fungsi kawasan sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis overlay yaitu pendekatan pemanfaatan lahan atau landscape dalam bentuk grafis yang dibentuk dari berbagai peta individu yang memiliki informasi/data base yang pesifik. Peta yang dioverlay yaitu peta rencana pemanfaatan lahan berdasarkan RTRW dengan peta kondisi eksisting pemanfaatan lahan di pulau Bunaken. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan fungsi lahan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Lahan untuk kebun, permukiman dan manggrove sebagian telah  berubah fungsi menjadi lahan untuk kawasan pariwisata. Sedangkan sebagian lahan kebun telah berubah fungsi menjadi lahan permukiman dan sebagian lahan manggrove sudah berubah fungsi menjadi lahan kebun. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukungnya akan menyebabkan kerusakan lahan dan lingkungan serta berdampak pada ekosistem Taman Laut Bunaken sebagai kebanggaan masyarakat Sulawesi Utara.
FASILITAS WISATA BUNGA di KOTA TOMOHON. Analogi Biologis Organik Tulus J. Joni; Roosje J. Poluan; Verry Lahamendu
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.18385

Abstract

Bunga pada dasarnya merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan, dengan bentuk dan warna yang indah sehingga disukai banyak orang. Namun tidak bagi masyarakat Kota Tomohon. Kota Tomohon disebut kota bunga disebabkan oleh kondisi iklim dan topografi yang baik untuk bercocok tanam. Kota Tomohon bahkan menggelar festival bunga setiap tahun yang bertujuan untuk meningkatkan pariwisata kota Tomohon. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang kurang pengetahuan khususnya tentang bunga. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas wisata bunga yang bisa menjadi tempat untuk bersenang-senang ataupun belajar tentang bunga.Tujuan Penelitian yaitu untuk merancang Fasilitas Wisata Bunga di Kota Tomohon dengan pendekatan tema Analogi Biologis Organik sebagai sarana untuk pelaksanaan kegiatan dengan fungsi bersenang-senang atau memperluas pengetahuan bunga. Fasilitas wisata bunga dirancang dengan menggunakan tema Analogi Biologis Organik, dengan memperhatikan aspek lingkungan sekitarnya. Sebagai tempat wisata bunga, hendaknya bangunan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tumbuhan dalam proses perancangannya. Sehingga Analogi Biologis Organik oleh Frank Lloyd Wright, dianggap cocok untuk diterapkan pada bangunan jenis ini. Hasil penelitian yaitu Fasilitas Wisata dengan bentukan yang terinspirasi dari bunga, terpusat di tengah dan menyebar ke luar.Kata kunci : Bunga, Kota Tomohon, Wisata, Analogi Biologis Organik
REDESAIN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNATIONAL SAM RATULANGI DI MANADO. Blobitecture Lisa Runtunuwu; Rachmat Prijadi; Verry Lahamendu
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 2 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 2, November 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i2.21270

Abstract

Bandara Sam Ratulangi Manado merupakan sarana transportasi udara kelas 1B di Kota Manado yang telah melayani penerbangan skala internasional. Ini merupakan satu-satunya bandar udara internasional di provinsi Sulawesi Utara. Kebedaraannya sebagai “gerbang” dan sebagai enterprice kota Manado sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus. Terminal di dalam bandara perlu ditingkatkan kapasitas ruang serta fasilitas pendukung karena kondisi ruang dan fasilitas yang ada sekarang kurang memadai untuk digunakan beberapa tahun mendatang. Selain itu, pengembangan terminal  juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan para penumpang di masa depan yang terus menigkat jumlahnya. Konsep perancangan terminal ini menerapkan tema “Blobitecture” dimana Blobitecture sangat fleksibel, di mana salah satu kriteria bandara yang baik adalah bandara yang fleksibel, karena bandara merupakan objek yang padat sehingga sulit diprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Redesain dengan tema Blobitecture pula membuat terminal badara akan kontras dari lingkungannya. Diharapkan ini dapat meningkatkan sektor pariwisata di Sulawesi Utara terlebih lagi dapat menjawab permasalahan penumpang dalam memenuhi kebutuhan mereka dalam terminal. Kata Kunci : Terminal Penumpang, Bandara, Blobitecture
REDESAIN PASAR TRADISIONAL BEO: Arsitektur Etnik Reinaldy S. Usman; Surijadi Supardjo; Verry Lahamendu
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 13 No. 1 (2024): DASENG Volume 13 Nomor 1, Februari 2024
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasar Tradisional Beo adalah Pasar lokal yang diperuntukan melayani tingkat kecamatan, Pasar ini memiliki potensi baik buat pengembangan sektor Perdagangan dikarenakan berlokasi di wilayah yg strategis di mana Beo adalah pusat kegiatan wilayah promosi (PKWP) serta juga merupakan sentra perdagangan yg ada pada bagian Utara Pulau Karakelang. Pasar Tradisional Beo masih memiliki banyak kekurangan seperti letak pedagang yang kurang tertata, banyak pedagang yang masih berjualan di bahu jalan karena kurangnya los-los pasar, kemacetan di area pasar karena tidak memiiki lahan parkir yang memadai, kotornya sudut karena tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang baik,kurangnya akses keselamatan seperti akses pemadam kebakaran. Melihat hasil pengamatan dari objek pasar ini maka akan dilakukan “redesain” dengan penerapan tema “Arsitektur Etnik” yang akan sangat sesuai karena peneliti ingin membuat suatu rancangan yang lebih baik dan ingin memperlihatkan budaya lokal daerah tersebut. Dengan meredesain Pasar Tradisional Beo sesuai dengan fungsi dan kebutuhan dengan kualitas yang baik dan fasilitas yang menunjang kegiatan yang ada, maka akan meningkatkan kualitas pasar yang baik tentunya dari segi kenyamanan dan keamanan terhadap penjual maupun pembeli. Selain itu “redesain” Pasar Tradisional Beo mampu menciptakan kondisi pasar yang layak sehingga dapat meningkatkan pelayanan pasar kepada masyarakat sesuai dengan fungsinya sehingga mampu mendorong dan meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat khususnya menengah kebawah. Kata Kunci: Redesain, Pasar Tradisional,Arsiektur Etnik