Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

CONCERT HALL DI MANADO ‘ANALOGI MEKANIKAL AKUSTIK’ Lumbaghi, Angela C.; Makainas, Indrajaja; Rengkung, Michael M.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 2 (2015): Volume 4 No.2 November 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado sebagai kota yang berkembang dalam segi entertainment khususnya di bidang musik, memiliki penggemar yang cukup banyak terbukti dengan antusiasme warga kota akan pagelaran dan pertunjukan musik baik berskala nasional maupun internasional. Namun, dari sekian banyak konser musik yang diadakan hanya dilakukan di convention, ballroom hotel, lapangan olahraga bahkan café-café yang peruntukannya bukan untuk sebuah pertunjukan musik yang layak dalam segi akustika bangunan maupun fasilitas-fasilitas di dalamnya. Concert Hall di Manado, dihadirkan untuk mewadahi kebutuhan masayarakat kota akan sebuah gedung konser yang layak secara fasilitas dan akustika bangunan dengan Analogi Mekanikal Akustik sebagai tema perancangannya. Dengan menganalogikan mekanisme dari akustik itu sendiri dapat menyajikan bangunan gedung konser yang layak secara fungsi, akustika ruang dalam maupun ruang luar dan peruntukannya bagi warga Kota Manado. Kesimpulannya, Analogi Mekanikal Akustik dalam Concert Hall di Manado mampu menyajikan bangunan modern yang menarik dari segi visualisasi dan berorientasi terhadap kenyamanan akustika bangunan. Kata kunci: Concert Hall, mekanikal, akustik.
PUSAT PENELITIAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DI CAGAR ALAM TANGKOKO “PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK” Polii, Rendi C.; Wuisang, Cynthia E. V.; Rengkung, Michael M.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 5, No 1 (2016): Volume 5 No.1 Mei 2016
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Provinsi Sulawesi Utara memiliki beberapa kawasan konservasi salah satunya adalah Cagar Alam Tangkoko yang dimana terdapat flora dan fauna dengan keunikannya. Hal ini mengundang banyak peneliti dari lokal maupun mancanegara untuk datang meneliti dan melihat keanekaragaman flora dan fauna yang ada di Cagar Alam Tangkoko. Pusat Penelitian Konservasi adalah suatu wadah atau tempat kegiatan-kegiatan untuk meneliti, menemukan, mengembangkan suatu disiplin ilmu, pengamatan secara sistematis terhadap tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya. Dan dalam hal ini sebagai jembatan dalam merancang objek arsitektural ini “Pendekatan Arsitektur Organik” dijadikan tema perancangan, dimana fungsi dari objek yang berkaitan dengan konservasi alam. Maka diharapkan dapat menjadi suatu bangunan yang menyatu dengan alam, sehingga terjadi keharmonisan antara manusia, bangunan dan lingkungan sekitar. Kata Kunci : Cagar Alam Tangkoko, Pusat Penelitian Konservasi, Organik, Arsitektur
Taman Doa Di Tondano “Ekspresi Doa Dalam Arsitektur” Pratasik, Alan; Poluan, Roosje J.; Rengkung, Michael M.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 3, No 1 (2014): Volume 3 No.1 Mei 2014
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Taman Doa Di Tondano adalah sebuah objek wisata rohani yang menyediakan fasilitas kegiatan Ibadah alam terbuka dan fasilitas Retreat indoor serta hiburan rekreasi alam Danau Tondano. Sebagai Ibukota dari daerah pekabaran injil Minahasa, Tondano adalah kota dengan penduduk Kristen yang besar. Banyak kegiatan-kegiatan Kristen yang dilaksanakan di Tondano, seiring berkembangan aktifitas yang ada sehari-hari, banyak anggota jemaat yang melaksanakan kegiatan ibadah tamasya atau kegiatan ibadah padang di hari-hari libur sebagai wujud untuk menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. Kegiatan ini sering dilaksanakan diluar kota atau tempat yang jauh dari suasana yang sibuk. Tondano sebagai ibukota kabupaten Minahasa sebenarnya merupakan daerah yang memiliki kriteria yang cocok sebagai tempat palaksanaan ibadah padang karena memiliki kaeindahan alam Danau Tondano yang luar biasa, selain itu tingkat kepadatan kendaraan juga masih sangat kurang dan belum adanya fasilitas yang mewadahi kegiatan ibadah padang dan retreat dengan pemanfaatan alam Danau Tondano. Dari profil inilah kota Tondano layak untuk dipilih sebagai lokasi hadirnya objek rancangan “Taman Doa”. Dengan Menggunakan Suatu pendekatan tematik yaitu “Ekspresi Doa Dalam Arsitektur” Objek rancangan dapat mengaplikasikan tampat berdoa dan beribadah yang bersifat privasi, aman, dan nyaman dengan acuan dalam ayat Alkitab Matius 6:6-7 “(6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan”. Maksud kamar dalam ayat ini diaplikasikan pada objek Taman Doa yang Terpisah dari aktifitas diluar site dengan cara pengorganisasian tapak dengan acuan teori Landscape Architecture. Kata Kunci : Rekreasi, Ibadah Padang, Danau Tondano, Ekspresi Doa.
TERMINAL PENUMPANG PELABUHAN UMUM DI KOLONODALE (Ekspresi Budaya Mori ‘Tepo Asa Aroa’ dalam Arsitektur) Hermawan, Randi; Rengkung, Michael M.; Makarau, Vecky H.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 No.1 Mei 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam suatu perkembangan kota di Indonesia terutama dalam sektor laut, sangatlah penting. Mengingat  Indonesia adalah Negara Maritim yang otomatis mempunyai kekayaan alam di bidang kelautan. Dengan melonjaknya arus penumpang masyarakat terutama dalam hal transpotasi laut, sangatlah dibutuhkan akses kapal-kapal laut baik yang berskala besar maupun kecil. Oleh karena itu, dalam prospek perancangan di ambil suatu objek Terminal Penumpang Pelabuhan Umum di Kolonodale. Yang merupakan terminal penumpang dalam hal ini masih belum memenuhi kriteria terminal penumpang pada umunya dengan standar kepelabuhanan di Indonesia. Adapun pendekatan tema perancangan pada objek ini yaitu, Ekspresi Budaya Mori ‘Tepo Asa Aroa’ dalam Arsitektur. Tentunya sangat membantu dalam membuat gagasan-gagasan sketsa ide. Didalamnya akan diterapkan berbagai macam kosnep-konsep nilai budaya, norma-norma, dan perilaku dari masyarakat suku Mori. Kata Kunci :Terminal, pelabuhan, ekspresi, budaya, tepo asa aroa
ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DAN SARANA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI DI PULAU MAITARA KOTA TIDORE KEPULAUAN Gamtohe, Febriyanti; Poli, Hanny; Rengkung, Michael M.
SPASIAL Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pulau Maitara merupakan salah satu pulau di Kota Tidore Kepulauan yang berfungsi sebagai kawasan wisata bahari, namun ketersediaan daya tarik wisata tersebut belum dapat membantu dalam mewujudkan fungsi Pulau Maitara sebagai kawasan pengembangan wisata bahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik prasarana sarana wisata dan mengetahui kebutuhan prasarana sarana wisata di Pulau Maitara. Identifikasi karakteristik ketersediaan prasarana dan sarana wisata dilakukan dengan pengumpulan data sekunder berupa survei instansional, data primer sebagai penguat data sekunder berupa observasi dan penyebaran kuesioner ke beberapa pihak terkait, selanjutnya untuk mengetahui kebutuhan prasarana dan sarana wisata data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik untuk melihat kebutuhan prasarana dan sarana wisata. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ketersediaan akses jalan 74,75%, dermaga 77,25%, listrik 31,25%, air bersih 32,5%, 67,25%, 27,5%, pos keamanan 33,75%, pusat informasi wisata 60,5%, petunjuk arah 74%, papan selamat datang 70,5%, transportasi umum 64,25%, penginapan 43,25%, masjid 65%, rumah makan 41,75%, area parkir 65,25%, kamar ganti 68,75%, tempat duduk 72%, toilet umum 72,75%, tempat sampah 58,5% dan dive center 25,25%, untuk itu dalam pengembangan kawasan wisata bahari di Pulau Maitara masih sangat membutuhkan tambahan penyediaan prasarana dan sarana wisata dalam menunjang kegiatan wisata di Pulau Maitara.Kata Kunci: Prasarana dan Sarana Wisata, Pulau Maitara
KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PADA KAWASAN PINGGIRAN KOTA (PERI-URBAN) DI KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Luntungan, Rachel D.I.; Rengkung, Michael M.; Tarore, Raymond Ch.
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Kalawat adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Minahasa Utara dengan luas wilayah sebesar 47.42 km2. Kecamatan Kalawat merupakan kecamatan yang berada di pinggiran kota (peri-urban) yang berbatasan langsung dengan Kota Manado hal ini menyebabkan sebagian dari luas wilayah di Kecamatan Kalawat mengalami perubahan penggunaan lahan yang disebabkan oleh aktivitas kegiatan manusia dan beberapa faktor lainnya. Desa Maumbi, Desa Watutumou, Desa Watutumou II, Desa Watutumou III, Desa Kolongan Tetempangan, Desa Kawangkoan Baru, dan Desa Kalawat yang merupakan kawasan pinggiran kota (peri-urban). Penggunaan lahan dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga pada kawasan pinggiran kota mengalami perubahan penggunaan lahan yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kawasan pinggiran kota di Kecamatan Kalawat, Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di kawasan pinggiran kota di Kecamatan Kalawat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis overlay GIS dan metode analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Hasil Penelitian ini yaitu perubahan penggunaan lahan pada kawasan pinggiran kota ini di Kecamatan Kalawat dalam kurun waktu 2009 sampai dengan pada tahun 2019, menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan yang paling dominan yaitu lahan perkebunan yang berkurang 257.27 ha, dan lahan untuk permukiman & tempat kegiatan bertambah 203.72 ha, sedangkan untuk faktor yang paling mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan yaitu faktor perekonomian dan pertumbuhan jumlah penduduk. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perubahan penggunaan lahan yang paling dominan yaitu perubahan lahan perkebunan ke lahan permukiman dengan bertambahnya luas lahan sebesar 203.72 Ha dan faktor-faktor yang paling mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan adalah faktor demografi dan faktor ekonomi.Kata Kunci: Penggunaan Lahan, Perubahan Penggunaan Lahan, Peri-urban
EVALUASI SEBARAN KAWASAN PERUMAHAN BERDASARKAN POLA RUANG DI KOTA PALU Prayitno, Gunawan Adhi; Kindangen, Jefrey I.; Rengkung, Michael M.
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 28, bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap Warga Negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Permintaan perumahan dan permukiman berkaitan dengan dinamika kependudukan yang mencakup pertumbuhan, persebaran, mobilitas penduduk dan perkembangan aspek sosial penduduk. Di Kota Palu perumahan dan permukiman juga menghadapi permasalahan dinamika penduduk. Kebutuhan rumah yang terus meningkat di Kota Palu, menyebabkan banyak pengembang yang membangun perumahan terancana untuk mencukupi kebutuhan para konsumen perumahan. Namun pembangunan perumahan terencana tersebut ada pula yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan untuk kawasan perumahan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis spasial dengan teknik overlay. Dalam penelitian ini digunakan peta citra satelit dan peta rencana pola ruang di overlay, sehingga menghasilkan peta sebaran perumahan terencana berdasarkan pola ruang. Selanjutnya dilakukan analisis lokasi perumahan ? perumahan yang ada. Dalam analisis tersebut dilakukan proses overlay dari peta sebaran kawasan perumahan. Sehingga dapat diketahui sebaran lokasi kawasan perumahan berdasarkan rencana pola ruang. Hasil akhir dari penelitian ini mengetahui persebaran perumahan di Kota Palu yang berdiri sampai tahun 2018 yaitu sebanyak 86 perumahan terencana, dan dari 86 perumahan terencana itu terdapat 8 perumahan terencana yang lokasinya tidak sesuai dengan rencana pola ruang. Kata kunci: Perumahan Terencana, Kota Palu, Rencana Pola Ruang.
HOTEL RESORT TEPI PANTAI di LIKUPANG TIMUR. “PENDEKATAN DESAIN ARSITEKTUR BIOMORFIK” Todingan, Ripka T.; Rengkung, Michael M.; Rompas, Leidy M.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 6, No 1 (2017): Volume 6 No.1 Mei 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Likupang Timur merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten Minahasa Utara dan menjadi satu dari sebelas Kabupaten di Minahasa Utara.Pariwisata di Likupang Timur mempunyai prospek yang baik dan masih dapat dikembangkan secara lebih optimal. Objek wisata yang beragam menjadi salah satu potensi dalam sektor pariwisata di Likupang Timur sehingga tergolong primadona dalam menghasilkan devisa Negara. Keindahan yang menakjubkan dari pulau-pulau dan pantai-pantai yang terdapat di Sulawesi Utara diprediksi akan semakin diminati wisatawan domestik maupun mancanegara. Penekanan desain pada hotel resort ini adalah arsitektur biomorfik yang mengambil ide-ide bentukan dari makhluk hidup di alam yang kemudian diterapkan pada denah, ornament, bentuk jendela atau pintu, bentuk atap, material dan warna. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai Hotel Resort, tipe dan syarat hotel, sejarah dan perkembangan hotel, pedoman perencanaan hotel resort dan tinjauan arsitektur biomorfik.Akhirnya, seluruh hasil kajian dituangkan dalam bentuk program ruang dan konsep-konsep perancangan yang diaplikasikan ke dalam desain yang dipresentasikan ke dalam bentuk gambar-gambar arsitektur. Kata Kunci : Biomorfik, Hotel, Likupang Timur, Resort.
GELANGGANG REMAJA / YOUTH CENTER DI TAHUNA ARSITEKTUR POSTMODERN DOUBLE CODING OLEH C.JENCKS Makatumpias, Rivanly; MT, Suryono; Rengkung, Michael M.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 1 (2015): Volume 4 No.1 Mei 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Sangihe termasuk dalam Provinsi Sulawesi Utara yang dalam pemekaran menjadi Provinsi Nusa Utara. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pemekaran wilayah ini adalah faktor pendidikan, khususnya pendidikan pada remaja. Jika ditinjau kembali pendidikan remaja sangatlah penting dalam pembentukan karakter suatu daerah. Pendidikan remaja di Kota Tahuna yang semakin lama semakin mengalami penurunan mempengaruhi perkembangan karakter remaja dari segi kepribadian dan sifat yang lebih mengarah ke arah yang negatif, padahal remaja di Kota Tahuna banyak yang memiliki bakat dan minat dalam bidang-bidang kesenian ataupun olahraga. Permasalahan perkembangan remaja di Kota Tahuna yang terbilang masih tertinggal jika ditinjau dari kota-kota besar lainnya seperti di Jakarta ataupun Manado, serta kebutuhan sarana-sarana untuk menunjang bidang minat dan bakat remaja di kota Tahuna yang masih belum ada, maka hal ini menjadi acuan untuk menghadirkan Youth Center atau Gelanggang Remaja di kota Tahuna. Lokasi yang dipilih juga mudah untuk diakses. Selain itu juga lokasi yang dipilih sesuai dengan RTRW sebagai pengembangan kawasan pendidikan. Perancangan Youth Center di Tahuna mengangkat tema Arsitektur Postmodern Double Coding oleh Charles Jencks. Penggunaan tema ini diharapkan mampu mempresentasikan bentuk dengan menyatukan 2 unsur arsitektur yang berbeda seperti arsitektur modern dan tradisional. Hal ini dikarenakan supaya unsur arsitektur tradisional yang ada tidak ditinggalkan dan menghadirkan serta memperkenalkan arsitektur modern yang baru. Diharapkan dengan pemaknaan tema serta analisa berbagai aspek perancangan dapat menghadirkan Youth Center yang dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahan remaja di kota Tahuna, serta menghadirkan objek arsitektur yang dapat menyatukan 2 unsur, mulai dari bentuk, pemakai, dan fungsi bangunan.   Kata kunci : Youth Center, Remaja, Double Coding, Tahuna
GELANDANGAN SHELTER DI MALANG GAGASAN “ORDER AND DISORDER” DALAM ARSITEKTUR Tamboto, Helsi M.; Rengkung, Michael M.; Tinangon, Alvin J.
Jurnal Arsitektur DASENG Vol 4, No 2 (2015): Volume 4 No.2 November 2015
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena gelandangan merupakan salah satu permasalahan serius yang ada di Kota Malang. Mereka bergelandangan serta mengemis-ngemis terhadap warga. Kehadiran mereka dapat dengan mudah ditemui di beberapa titik di kota Malang, terutama di pusat-pusat keramaian. Upaya pembinaan terhadap gelandangan atau gelandangan dan pengemis (gepeng) di kotaMalang sering terkendala oleh karena ketiadaan tempat penampungan yang cukup layak. Setiap dilakukan pembinaan, pada akhirnya mereka akan kembali berkeliaran di jalan. Hal ini disebabkan belum adanya shelter atau tempat penampungan di kota Malang yang mampu menampung mereka dengan ketersediaan fasilitas untuk gelandangan dalam jumlah yang besar sehingga upaya pembinaan tidak maksimal. Gelandangan merupakan fenomena sosial yang tidak bisa dihindari dan tak akan habisnya dalam suatu kota besar maupun kota yang berkembang. Oleh karena itu, “Gelandangan Shelter” merupakan sarana yang cocok untuk mengatasi fenomena gelandangan tersebut.Objek ini memiliki maksud yaitu untuk menghadirkan suatu shelter yang semenarik dan senyaman mungkin serta layak untuk ditempati agar para gelandangan di Kota Malang tertarik untuk tinggal dan dibina di tempat ini dan tidak berkeinginan lagi untuk kembali ke jalanan selama dalam masa pembinaan. Untuk lebih memperkuat rancangan objek ini maka digunakanlah tema Gagasan “Order and Disorder”dalam Arsitektur sebagai wujud pentrasformasian tujuan dari objek rancangan ini, yaitu memasukkan unsur keteraturan atau order ke dalam diri para gelandangan yang biasanya menggelandang dan hidupnya tidak teratur atau disorder. Dengan adanya objek ini, diharapkan potensi menjamurnya gelandangan dapat teratasi, sehingga dapat juga menopang naiknya tingkat kesejahteraan masyarakat di Kota Malang. Kata Kunci: Gelandangan, Shelter, Order, Disorder. Fenomena gelandangan merupakan salah satu permasalahan serius yang ada di Kota Malang. Mereka bergelandangan serta mengemis-ngemis terhadap warga. Kehadiran mereka dapat dengan mudah ditemui di beberapa titik di kota Malang, terutama di pusat-pusat keramaian. Upaya pembinaan terhadap gelandangan atau gelandangan dan pengemis (gepeng) di kotaMalang sering terkendala oleh karena ketiadaan tempat penampungan yang cukup layak. Setiap dilakukan pembinaan, pada akhirnya mereka akan kembali berkeliaran di jalan. Hal ini disebabkan belum adanya shelter atau tempat penampungan di kota Malang yang mampu menampung mereka dengan ketersediaan fasilitas untuk gelandangan dalam jumlah yang besar sehingga upaya pembinaan tidak maksimal. Gelandangan merupakan fenomena sosial yang tidak bisa dihindari dan tak akan habisnya dalam suatu kota besar maupun kota yang berkembang. Oleh karena itu, “Gelandangan Shelter” merupakan sarana yang cocok untuk mengatasi fenomena gelandangan tersebut.Objek ini memiliki maksud yaitu untuk menghadirkan suatu shelter yang semenarik dan senyaman mungkin serta layak untuk ditempati agar para gelandangan di Kota Malang tertarik untuk tinggal dan dibina di tempat ini dan tidak berkeinginan lagi untuk kembali ke jalanan selama dalam masa pembinaan. Untuk lebih memperkuat rancangan objek ini maka digunakanlah tema Gagasan “Order and Disorder”dalam Arsitektur sebagai wujud pentrasformasian tujuan dari objek rancangan ini, yaitu memasukkan unsur keteraturan atau order ke dalam diri para gelandangan yang biasanya menggelandang dan hidupnya tidak teratur atau disorder. Dengan adanya objek ini, diharapkan potensi menjamurnya gelandangan dapat teratasi, sehingga dapat juga menopang naiknya tingkat kesejahteraan masyarakat di Kota Malang. Kata Kunci: Gelandangan, Shelter, Order, Disorder.