Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EFEK PREVENTIF EKSTRAK DAUN KENTUT (Paederia foetida L.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN-6 PADA MENCIT MODEL SEPSIS YANG DIINDUKSI Escherichia coli Lisa Savitri; Elfred Rinaldo Kasimo
Indonesian Journal of Natural Science Education Vol 5, No 2 (2022): November
Publisher : Universitas Tidar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31002/nse.v5i2.2778

Abstract

Sepsis adalah keadaan darurat medis yang menggambarkan respons imunologis sistemik tubuh dan perubahan nukleotida pada gen yang mengkodekan interleukin-6 (IL-6) yang menghasilkan polimorfisme sehingga meningkatkan faktor risiko kematian karena sepsis. Terapi berbasis imunoterapi yang ditargetkan sebagian besar belum terbukti efektivitasnya sejauh ini. Sehingga, diperlukan tindakan yang lebih mengarah pada tindakan preventif, salah satunya dengan daun kentut (Paederia foetida L.). Mencit yang telah diadaptasikan diberikan perlakuan selama 14 hari dengan variasi sebagai berikut: 1) kelompok mencit yang tidak diberikan sonde lambung (N), 2) kelompok mencit diberikan aquades, 3) kelompok mencit diberikan ciprofloxacin, 4) kelompok diberikan ekstrak daun kentut dengan dosis 100 mg/kgBB, 5) kelompokmencit diberikan ekstrak daun kentut dengan dosis 300 mg/kbBB, 6) kelompok mencit diberikan ekstrak daun kentut dengan dosis 500 mg/kgBB. Mencit yang telah diberikan perlakuan diinjeksi pada bagian peritoniumnya dengan E. coli dengan dosis 1x105 CFU/mL. Mencit setelah 24 jam pasca pemaparan polimikroba sepsis akan memperlihatkan kejadian apoptosis. Berdasarkan hasil ELISA didapatkan kadar IL-6 N sebesar 1625,83 pg/mL, K- sebesar 2656,17 pg/mL, K+ sebesar 2033,21 pg/mL, P1 sebesar 2272,67 pg/mL, P2 sebesar 2175,83 pg/mL, P3 sebesar  2064,83 pg/mL. Mekanisme antiinflamasi pada sepsis diduga disebabkan adanya kandungan saponin, flavonoid, dan minyak atsiri yang terdapat di dalam ekstrak daun kentut. Mekanisme antiinflamasi yang paling mungkin adalah diduga saponin mampu berinteraksi dengan banyak membran lipid, seperti fosfolipid yang merupakan prekursor prostaglandin dan mediator inflamasi lainnya.
PENGGALAKAN KEBIASAAN HIDUP BERSIH DAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAH PENYEBARAN COVID-19 DI KELURAHAN TAMANAN, KOTA KEDIRI Lisa Savitri; Elfred Rinaldo Kasimo; Rochmad Krissanjaya
Jurnal Abdimas Ilmiah Citra Bakti Vol 4 No 2 (2023)
Publisher : STKIP Citra Bakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38048/jailcb.v4i2.1598

Abstract

Wabah COVID-19 telah menjadi pandemi global yang memengaruhi banyak negara, termasuk Indonesia. Pemerintah dan lembaga kesehatan telah melaksanakan berbagai langkah untuk mencegah penyebaran COVID-19. Salah satu langkah penting adalah menggalakkan kebiasaan hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di kelurahan Tamanan, Kota Kediri. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebiasaan hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah pendekatan partisipatif dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengumpulan data dan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan, demonstrasi, dan penyediaan fasilitas sanitasi. Aktivitas ini diikuti oleh 50 ibu rumah tangga selama 3 bulan, terdiri dari tiga kegiatan utama penyuluhan kesehatan tentang pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan COVID-19. Data untuk penilaian kebiasaan hidup sehat menggunakan instrumen kuesioner dan checklist sebelum dan sesudah pelatihan. Pengetahuan, sikap dan psikomotor ibu rumah tangga dalam penyebaran penularan COVID-19 setelah diberikan pelatihan kebiasaan hidup sehat selama 3 bulan mengalami peningkatan. Penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test pelatihan peserta. Setelah mengikuti pelatihan, sebagian besar kemampuan peserta masuk kategori tinggi pada aspek pengetahuan (76%), aspek sikap (82%) dan aspek aspek psikomotor (92%). Berdasarkan hasil pengabdian ini, dapat disimpulkan bahwa penggalakan kebiasaan hidup bersih dan sehat dapat menjadi upaya efektif dalam pencegahan penyebaran COVID-19 di kelurahan Tamanan, Kota Kediri.
PENGGALAKAN KEBIASAAN HIDUP BERSIH DAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAH PENYEBARAN COVID-19 DI KELURAHAN TAMANAN, KOTA KEDIRI Lisa Savitri; Elfred Rinaldo Kasimo; Rochmad Krissanjaya
Jurnal Abdimas Ilmiah Citra Bakti Vol. 4 No. 2 (2023)
Publisher : STKIP Citra Bakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38048/jailcb.v4i2.1598

Abstract

Wabah COVID-19 telah menjadi pandemi global yang memengaruhi banyak negara, termasuk Indonesia. Pemerintah dan lembaga kesehatan telah melaksanakan berbagai langkah untuk mencegah penyebaran COVID-19. Salah satu langkah penting adalah menggalakkan kebiasaan hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di kelurahan Tamanan, Kota Kediri. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebiasaan hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah pendekatan partisipatif dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengumpulan data dan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan, demonstrasi, dan penyediaan fasilitas sanitasi. Aktivitas ini diikuti oleh 50 ibu rumah tangga selama 3 bulan, terdiri dari tiga kegiatan utama penyuluhan kesehatan tentang pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan COVID-19. Data untuk penilaian kebiasaan hidup sehat menggunakan instrumen kuesioner dan checklist sebelum dan sesudah pelatihan. Pengetahuan, sikap dan psikomotor ibu rumah tangga dalam penyebaran penularan COVID-19 setelah diberikan pelatihan kebiasaan hidup sehat selama 3 bulan mengalami peningkatan. Penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test pelatihan peserta. Setelah mengikuti pelatihan, sebagian besar kemampuan peserta masuk kategori tinggi pada aspek pengetahuan (76%), aspek sikap (82%) dan aspek aspek psikomotor (92%). Berdasarkan hasil pengabdian ini, dapat disimpulkan bahwa penggalakan kebiasaan hidup bersih dan sehat dapat menjadi upaya efektif dalam pencegahan penyebaran COVID-19 di kelurahan Tamanan, Kota Kediri.
Pemberian Monosodium Glutamat Selama Masa Organogenesis Meningkatkan Perkembangan Embrio Cacat pada Mencit Lisa Savitri; Elfred Rinaldo Kasimo; Rochmad Krissanjaya
Jurnal Veteriner Vol 24 No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/jveteriner.2023.24.3.328

Abstract

Monosodium glutamate (MSG) biasanya berbentuk kristal halus dan berwarna putih. Senyawa MSG dibuat melalui proses fermentasi dari bahan dasar pati (gandum) dan gula molasses (tetes tebu) yang diberi nama sebagai garam natrium dan asam glutamat. Pemberian MSG selama induk mencit bunting bersifat embriotoksik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksik MSG pada perkembangan embrio selama masa organogenesis. Penelitian pemberian MSG terhadap mencit dimulai pada kebuntingan hari ketujuh yaitu pada tahap organogenesis. Perlakuan dosis MSG yang diberikan adalah dosis 528 mg/kg BB, 696 mg/kg BB, dan 872 mg/kg BB. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah fetus hidup atau mati dalam rahim pada kebuntingan hari ke-18, di samping morfologi fetus, bobot fetus dan perkembangan tulang rangka fetus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian MSG yang dilakukan secara terus menerus sejak kebuntingan hari ke-7 hingga 16 membuat MSG tersebut masuk ke dalam tubuh induk mencit yang tidak memiliki kemampuan untuk menetralisir dan mendetokfikasi senyawa-senyawa kimia sehingga terakumulasi pada embrio mencit. Zat-zat tersebut mencapai embrio melalui pembuluh darah dan memengaruhi perkembangan fetus mencit. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh MSG terhadap perkembangan fetus mencit (Mus musculus) selama periode organogenesis di antaranya yaitu kecacatan pada mata (mikropthalmia dan anoftalmia), hidrosefalus ringan, jumlah metakarpal, jumlah metatarsal, dan ruas cervikal vertebrae tidak sama panjang. Abnormalitas perkembangan fetus mencit selama periode organogenesis meningkat sejalan dengan peningkatan dosis MSG yang diberikan dan bervariasi antar perlakuan. Semakin tinggi dosis MSG yang diberikan pada induk mencit bunting, maka semakin sedikit jumlah fetus yang hidup. Dapat disimpulkan bahwa MSG memengaruhi perkembangan fetus mencit selama masa organogenesis.