Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Rancangan Perbaikan Tunjangan Struktural Pada Tenaga Penunjang Akademik (tpa) Universitas Telkom Berdasarkan Evaluasi Jabatan Menggunakan Metode Cullen Egan Dell Prantia Amanda; Litasari Widyastuti Suwarsono; Atya Nur Aisha
eProceedings of Engineering Vol 7, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak : Saat ini Universitas Telkom sedang mengalami permasalahan yang berkaitan dengan tunjangan stuktural yang diberikan kepada karyawannya, yaitu sistem pemberian tunjangan stuktural yang berlaku saat ini di Universitas Telkom belum berdasarkan nilai relatif jabatan dan disama ratakan untuk masing-masing level jabatan.Hal ini dirasakan tidak memberikan keadilan kepada karyawan Tenaga Penunjang Akademik (TPA) di Universitas Telkom, karena pada setiap tingkat pekerjaan memiliki deskripsi pekerjaan yang berbeda, tingkat kesulitan yang berbeda dan isu-isu yang beragam. Untuk merancang sistem kompensasi yang dibutuhkan oleh Universitas Telkom, yang harus dilakukan pertama adalah melakukan evaluasi jabatan. Evaluasi pekerjaan harus dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat, sehingga menghasilkan formula yang tepat dalam pemberian tunjangan stuktural karyawan. Metode evaluasi jabatan yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Universitas Telkom saat ini adalah metode Cullen Egan Dell. Metode Cullen Egan Dell memiliki tiga faktor utama dan delapan subfaktor yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem kompensasi berdasarkan evaluasi jabatan pada perusahaan. Hasil evaluasi jabatan dengan menggunakan metode Cullen Egan Dell adalah nilai relatif jabatan dari berbagai posisi yang akan dinilai. Maka nilai relatif jabatan ini menjadi salah satu variabel yang digunakan dalam perancangan formula menghitung tunjangan stuktural yang merupakan tujuan dari dilakukannya penelitian ini. Kata Kunci : Evaluasi Jabatan, Tenaga Penunjang Akademik, Tunjangan Struktural, Cullen Egan Dell. Abstract : Telkom University is currently experiencing problems relating to structural benefits provided to its employees, namely the system of providing structural benefits that is currently in effect at Telkom University is not based on the relative value of the position and is equalized for each level of position. to Academic Support Staff employees at Telkom University, because at every level of work they have different job descriptions, different levels of difficulty and various issues. To design the compensation system needed by Telkom University, the first thing to do is to evaluate the position. Job evaluation must be carried out using the right method, so as to produce the right formula in providing employee structural allowances. Position evaluation method that is suitable for solving existing problems at Telkom University is the Cullen Egan Dell method. The Cullen Egan Dell method has three main factors and eight subfactors that must be considered in determining a compensation system based on job evaluation at the company. The result of job evaluation using the Cullen Egan Dell method is the relative position value of the various positions to be assessed. Then the relative value of this position is one of the variables used in the design of a formula to calculate structural benefits which is the purpose of this research. Keywords: Job Evaluation, Academic Support Staff, Structural Allowances, Cullen Egan Dell.
Perancangan Key Results Prioritas Di Inagri Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dita Ayu Wandira; Litasari Widyastuti Suwarsono; Atya Nur Aisha
eProceedings of Engineering Vol 8, No 5 (2021): Oktober 2021
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

INAGRI menggunakan Objective and Key Results (OKR) untuk mengukur kinerja. Pengukuran OKR yang sudah dilakukan oleh INAGRI, masih belum mencapai target key results yang telah ditetapkan. Hal itu, menyebabkan target perusahaan yang tidak tercapai. Key Results yang digunakan oleh INAGRI juga memiliki jumlah yang cukup banyak sehingga sulit untuk di capai dalam satu kuartal. Tugas akhir ini menggunakan framework Objective and Key Results (OKR) yang terdiri atas tiga tahap, yaitu memberikan ulasan pada OKR pada tahapan ini penulis melakukan evaluasi kriteria relevance dan effieciency dan melakuakan evaluasi terhadap OKR eksisting, tahapan kedua yaitu menetapkan objective dari hasil evaluasi OKR eksisting dan tahapan ketiga menentukan key results. Dalam tahap penentuan key results penulis akan menghitung bobot prioritas dari key results yang telah dievaluasi untuk menentukan bobot proritas atas key results terhadap target perusahaan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Penggunaan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menghasilkan rancangan OKR dengan key results prioritas. Objective prioritas yang didapatkan adalah meningkatkan awareness agen dan warung INAGRI B2C dengan empat key results, akuisisi market baru INAGRI B2C agen dan warung dengan tiga key results, B2B market dengan dua key results. Kata kunci : : Performance Management, Objective and Key Results, Analytical Hierarchy Process, Key Results Prioritas.
Pengukuran Kompetensi Aspek Personal Manajer Proyek Dengan Acuan Project Manager Development Framework (pmcdf®) (studi Kasus : Pt Xyz) Nindytha Salsabila Kara Noor; Devi Pratami; Litasari Widyastuti Suwarsono
eProceedings of Engineering Vol 7, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang layanan konstruksi dan pengelolaan jaringan infastruktur. Pada perusahaan ini terdapat dua proyek yaitu proyek Shift To The Front (STTF) Batch II dan proyek digitalisasi SPBU. Namun kedua proyek tersebut belum mencapai target yang diharapkan. manajer proyek memiliki peranan penting dalam keberhasilan proyek dan tugas seorang manajer proyek mencakup berbagai aktivitas yang membutuhkan suatu kompetensi. Untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki dari manajer proyek dapat dilakukan dengan penilaian berbasis kompetensi. Penilaian eksisting yang terdapat pada perusahaan memiliki kelemahan karena aspek competency kurang spesifik dan detail untuk menggambarkan kemampuan karyawan maka dilakukan pengukuran kompetensi aspek personal karena kompetensi personal lebih banyak digunakan saat mengelola proyek dengan menggunakan suatu kerangka yaitu Project Manager Competency Development (PMCD)® Framework. Penilaian dilakukan secara 360 derajat kepada atasan, peer, bawahan dan diri sendiri. Selain itu juga dlakukan bobot kepentingan kompetensi untuk mengetahui kompetensi yang diprioritaskan terhadap manajer proyek dengan menggunakan kuesioner Analytical Hierarhcy Process pada direktur dan manajer proyek. Hasil yang didapatkan pada rata-rata kompetensi pada manajer proyek memiliki nilai terkecil pada kompetensi effectiveness dan pada tingkat kepentingan effectiveness memiliki bobot tertinggi kedua Kata Kunci : Kompetensi Personal, metode umpan balik 360 derajat, AHP, PMCDF® Abstract PT XYZ is a company engaged in construction services and infrastructure network management. In this company there are two projects, namely the Shift To The Front (STTF) Batch II project and the SPBU digitization project. However, the two projects have not achieved the expected targets. The project manager has an important role in the success of the project and the task of a project manager includes various activities that require a competency. To find out the extent to which the project manager's competencies can be carried out with a competency-based assessment. The existing assessment in the company has weaknesses because the competency aspect is less specific and detailed to describe the employee's ability, so the personal aspect competency measurement is carried out because personal competence is mostly used when managing projects using a framework, namely the Project Manager Competency Development (PMCD) ® Framework. Assessment is carried out in 360 degrees to superiors, peers, subordinates and yourself. In addition, competency importance weights are applied to determine prioritized competencies for project managers using the Analytical Hierarchy Process questionnaire for project directors and managers. The results obtained on the average competency of the project manager have the lowest value on effectiveness competence and on the level of importance of effectiveness has the second highest weight. Keywords : Personal competence, 360 degree feedback method, AHP, PMCDF®
Perancangan Work Design Sesuai Job Role Di Industri It Berdasarkan Hasil Clustering Safitri , Anissa; Suwarsono , Litasari Widyastuti; Yogasswara, Budhi
eProceedings of Engineering Vol. 11 No. 4 (2024): Agustus 2024
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pandemi covid-19 telah memberikan banyak sekali dorongan akan perubahan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Salah satu perubahan akibat pandemi ialah munculnya regulasi Flexible Working Arrangement (FWA) di perusahaan. Metode kerja FWA ini merubah cara kerja karyawan di perusahaan, yang semula didominasi kegiatan rutin di kantor menjadi lebih fleksibel di luar kantor. Perusahaan XYZ merupakan perusahaan bidang IT yang bergerak di marketplace online pertama di Indonesia, yang memberikan solusi bagi masyarakat untuk memperoleh produk dan jasa kebutuhan rumah yang berkualitas dengan beragam pilihan. Selama masa pandemi, perusahaan XYZ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik job role tertentu dikaitkan dengan jenis tipe fwa tertentu. Uji beda dengan menggunakan Kruskal Walis dilakukan untuk melihat hubungan antar dua variabel, dan pengelompokan karakteristik dilakukan dengan metode clustering K-Means. Terdapat 83 responden yang menjadi subyek penelitian berasal dari 6 karakteristik job role di bidang IT yang berbeda (Project Manager, Software Designer, Software Engineer, Software Tester, System Analyst, dan IT Consultant). Data diambil dengan menggunakan metode survey (purposive sampling). Sejumlah data demografis seperti Jenis Kelamin, Usia, Status Pernikahan, dan Pengalaman Kerja juga diambil untuk menjelaskan karakteristik responden. Hasil uji beda antara dua variabel menunjukkan hasil yang tidak ada perbedaan yang siginifikan antara job role dengan jenis tipe FWA. Dapat di artikan bahwa penerapan FWA pada Industri IT tidak terkait pada job rolenya. Sedangkan berdasarkan clustering dengan K-Means menghasilkan bahwa job role yang lebih dominan menggunakan jenis tipe FWA yaitu job role Sytem Analyst, IT Consultan dan Softwere Designer dan Hasil clustering juga menunjukkan bahwa hanya laki-laki yang memiliki preferensi menggunakan FWA, sementara perempuan tidak memiliki preferensi tersebut dalam penelitian ini.Berdasarkan hasil penelitian yang ada dapat diusulkan rancangan kerja yaitu work desgin. Dalam merancang work design terhadap job role perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti faktor demografi, dan jenis tipe FWA. Dapat dilihat juga dalam merancang tidak terdapat perbedaan preferensi antara gender, status pernikahan, tipe pekerjaan, pengalaman kerja, dan job role. Berdasarkan hasil penelitian yang mencatat preferensi responden dari job role Sytem Analyst lebih memilih jenis tipe FWA Work form home , Flexible Time, Job sharing dan Teleworking dengan karakterstik seperti jenis kelamin laki-laki, tipe pekerjaan project, usia rentang 21-3o tahun, status menikah dan pengalaman >8 tahun. Job role It Consultan lebih memilih jenis tipe FWA Work form home, Flexible Time, dan Teleworking dengan karakterstik seperti jenis kelamin laki-laki, tipe pekerjaan project, usia rentang 21-3o tahun, status belum menikah dan pengalaman < 3 tahun. dan Software Designer lebih memilih jenis tipe Work form home, Flexible Time, Job sharing, Reduce Working Time Comprresed Work Time, Comprresed Work Week, dan Teleworking dengan karakterstik seperti jenis kelamin laki-laki, tipe pekerjaan Hybrid, usia rentang 21-3o tahun, status belum menikah dan pengalaman < 3 tahun. Selanjutnya dalam melakukan sistem Flexible Working Arrangement, tentu diperlukan adanya monitoring untuk memastikan karyawan yang melakukan sistem tersebut tetap produktif dan mencapai target. Kata Kunci : Flexible Working Arrangement, Job Role, Uji Kruskal-Wallis.