Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Mangrove Forest Tourism Development Strategy: A Study Case of Nai Nang Village Thailand worrapot treesuk; Aldi Wisnumurti Sarwono; Weavy Kherenhapukh; Annisa Rachma
International Journal Of Tourism Vol 1, No 2 (2022): International Journal of Tourism
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47256/ijt.v1i2.183

Abstract

Abstract: Nai Nang Village Mangrove Forest is one of the tourist attractions in Krabi Thailand. The destination of this mangrove forest area is very wide and has a variety of trees with a considerable number, especially mangrove trees and even some species of animals present in it. In addition, in this mangrove forest has a beekeeping farm where honey can be processed as a typical souvenir and used as an educational tour of beekeeping. But at the time the author conducted this mangrove forest research in a quiet situation and not widely known by foreign tourists. Mangrove forest is also not managed to the maximum. Purpose: This research aims to answer how tourism development strategies can be done so as to reduce the number of tourist visits and answer how the role of the community to the development of Nai Nang Village Mangrove Forest. Research methods: The research method used is Qualitative Research. Data collection techniques by means of observation, interview, and documentation. Then the data is analyzed using SWOT analysis. Results and discussions: The results of this study the manager needs to improve the quality of cleanliness, promotion, exploring the potential of tourism either from the cultural, social, natural or community elements itself so as not to lose to other competitors. As well as taking care of mangrove forest regulation in order to get full support from the local government that will have a big impact on tourism development in Nai Nang Mangrove Debt. Conclusion: The role of the community in the development of mangrove forests is quite large from participating in the organization of management, group workshops with the manufacture of value-added products such as hand soap, shampoo, and conditioner with honey as souvenirs typical of the local area where as a promotional media. The local community also accompanies and mentors people who want to do bee education tours
Penerapan Konsep Pariwisata Hijau di Gunung Dempo Kota Pagar Alam Sumatera Selatan Muhammad Rais Al Qusyairi; Tonny Hendratono; Aldi Wisnumurti Sarwono
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 2 No. 4: Juni 2023
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v2i4.1712

Abstract

Kota Pagar Alam menjadi salah satu sektor pariwisata yang unggul, diprediksi meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan serta diprediksi juga meningkatnya perekonomian daerah kota Pagar Alam, diharapkan menjadi indikator keberhasilan dampak pariwisata Kota Pagar Alam. Akan tetapi di khawatirkan jika meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan bisa terjadi kerusakan lingkungan maka perlu diterapkan konsep Pariwisata Hijau supaya menjaga kelestarian lingkungan daerah wisata. Hal ini berlaku juga di Gunung Dempo dalam mewujudkan konsep Pariwisata Hijau sebagai acuan dalam pengembangan wisata di Gunung Dempo dengan tujuan untuk memahami penerapan dengan menggunakan konsep Pariwisata Hijau dalam pengelolaan objek wisata Gunung Dempo kota Pagar Alam dan mengetahui peran pemerintah daerah setempat dalam melakukan koordinasi perencanaan pengembangan dengan menerapkan konsep Pariwisata Hijau sebagai pengembangan pariwisata Gunung Dempo kota Pagar Alam. Metode penelitian yang digunakan berupa deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi untuk melihat, mengamati dan mendengarkan kondisi di lapangan. Adapun data yang diperoleh dilakukan analisis berupa reduksi data, penyajian data, triangulasi dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh di objek wisata Gunung Dempo. Hasil yang didapatkan konsep Pariwisata Hijau di kawasan wisata Gunung Dempo dapat dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat lokal dan pelaku usaha karena dalam pengembangan Pariwisata Hijau peran serta dukungan dari masyarakat lokal dan para pelaku usaha yang disekitar kawasan wisata Gunung Dempo memiliki elemen penting dalam pembangunan Pariwisata Hijau dan Peran Pemerintah Kota Pagar Alam khususnya Dinas Pariwisata dalam pengembangan atau pembangunan pariwisata masih belum maksimal dikarenakan terbatasnya anggaran daerah namun pihak pemerintah juga telah bekerja keras dalam merealisasikan pembangunan yang belum selesai.
Museum Wayang Kekayon Dalam Kajian Manajemen Destinasi Pariwisata Parjiati Parjiati; Aldi Wisnumurti Sarwono; Sarbini Sarbini
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 2 No. 5: April 2023
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v2i5.1500

Abstract

Museum wayang Kekayon didirikan pada tanggal 23 Juli 1990 oleh KPH Soejono Prawirohadikusumo adalah guru besar kedokteran di UGM dan seorang budayawan Jawa yang memelihara dan memamerkan koleksi lebih dari 5.000 wayang .Penelitian yang digunakan untuk membatasi dan memenuhi kriteria suatu informasi yang diperoleh selama di lapangan sehingga mendukung adanya penelitian Menurut Sarbini (2018), ilmu pariwisata dipisahkan dari ranah positivis dan kuantitatif melalui pendekatan filosofis ilmu pariwisata, didorong oleh perkembangan ilmu pariwisata dengan beberapa metode atau paradigma. Oleh karena itu, sangat penting untuk membangun landasan filosofis khususnya bagi manajemen atau tata kelola Museum Wayang Kekayon agar museum berperan strategis dalam destinasi pariwisata dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat.Penelitian ini memberikan solusi tata kelola Museum Wayang Kekayon. Hasil penelitian yang penulis uraikan mengenai penulis dapat menyimpulkan bahwa destinasi wisata ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan karena koleksi wayang yang unik dan beragam koleksi ,museum wayang kekayon sehingga menambah destinasi wisata museum wayang kekayon, melakukan pengelolaan destinasi wisata masih kurang pelaksanaan promosi kebijakan dilakukan pihak yayasan belum optimal, keterbatasan SDM yang tersedia untuk mengelola dan mengembangkan destinasi wisata tersebut membuat museum wayang kekayon menjadi lambat dalam hal pelaksanaan kebijakan, pemeliharaan tetap dilakukan setiap tahun adanya anggaran sesuai dengan tri wulannya anggaran dilaksanakan
COLLABORATION IN THE APPLICATION OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE-BASED TECHNOLOGY IN HERITAGE TOURISM DESTINATIONS CASE STUDY: TAMAN SARI YOGYAKARTA Yuliyanto Nugroho, Agung; Antonius Dwi Putranto Prasetyo; Aldi Wisnumurti Sarwono
Multidisciplinary Indonesian Center Journal (MICJO) Vol. 2 No. 3 (2025): Vol. 2 No. 3 Edisi Juli 2025
Publisher : PT. Jurnal Center Indonesia Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62567/micjo.v2i3.1057

Abstract

This study explores the integration of Artificial Intelligence (AI) in the development of the heritage tourism destination Taman Sari Yogyakarta. As a cultural site with rich historical and architectural values, Taman Sari has great potential to become a leading historical tourism destination through the application of modern digital technologies. This research is highly relevant in the context of the Society 5.0 era, where digital transformation and multi-stakeholder collaboration through the pentahelix model (government, academia, business sector, community, and media) are key approaches in sustainable tourism governance. The objectives of this research are: (1) to identify the potential of AI application in enhancing the attractiveness of Taman Sari as a heritage tourism site, (2) to analyze the role of local communities in the digital transformation of the destination, and (3) to formulate a structured collaborative strategy for the development of AI based heritage destinations. The research employs a qualitative method using data collection techniques including observation, in-depth interviews, and documentation. Informants included representatives from government, local communities, academia, tourism businesses, and tourists. Thematic analysis was used to interpret the data and identify patterns and meanings related to stakeholder participation and partnership. The findings indicate that AI can serve as a tool for cultural preservation and enhancement of tourist experiences, through features such as historical chatbots and augmented reality. However, challenges remain, including limited infrastructure, low digital literacy among local communities, and weak inter-stakeholder collaboration. The study also finds that local communities have the potential to act as agents of digital literacy if actively involved in training programs and AI-based tourism management. The research concludes that developing heritage tourism destinations like Taman Sari requires strong synergy among stakeholders through the formation of inclusive digital collaboration forums. AI technology can be a valuable medium for cultural preservation when implemented in a contextual, participatory, and sustainable manner.