Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGAWETAN KAYU KARET MENGGUNAKAN BAHAN ORGANIK DENGAN TEKNIK PERENDAMAN PANAS Vachlepi, Afrizal; Suwardin, Didin; Hanifarianty, Sherly
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 33, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v33i1.171

Abstract

Kebutuhan kayu terus mengalami peningkatan. Sementara itu, ketersediaan kayu hutan semakin berkurang dan terbatas. Kayu karet dapat menjadi salah satu alternatif pengganti kayu alam. Untuk meningkatkan ketahanan kayu karet dari organisme perusak kayu seperti serangga dan jamur, perlu dilakukan pencegahan dan pengawetan. Penggunaan pengawet kimia diduga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu perlu alternatif pengawet organik yang lebih ramah lingkungan. Aplikasi bahan pengawet pada kayu karet alam dapat menggunakan teknik perendaman panas. Faktor perlakuan terdiri atas jenis bahan pengawet dan lama perendaman. Bahan pengawet yang digunakan berupa asap cair 5%, ekstrak kunyit 5%, formalin 5% dan boraks 5%. Sedangkan waktu perendaman kayu karet terdiri dari 0 (kontrol), 1, 3, dan 5 jam. Parameter yang diamati yaitu retensi bahan pengawet, penyusutan berat, warna dan derajat proteksi terhadap kerusakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet kayu karet lebih baik dibandingkan ekstrak kunyit. Retensi dan derajat proteksi asap cair sebagai bahan pengawet tidak berbeda dibandingkan dengan bahan pengawet kimia, boraks dan formalin. Penggunaan asap cair hanya akan mempengaruhi warna kayu karet menjadi cokelat muda setelah perendaman. Warna ini akan berubah selama proses penyimpanan menjadi cokelat sangat pucat. Aplikasi terbaik bahan pengawet asap cair adalah perendaman selama 1 jam. Diterima : 12 Maret 2015; Direvisi : 28 April 2015; Disetujui : 7 Mei 2015  How to Cite : Vachlepi, A., Suwardin, D., & Hanifarianty, S. (2015). Pengawetan kayu karet menggunakan bahan organik dengan teknik perendaman panas. Jurnal Penelitian Karet, 33(1), 57-64. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/171 
POLA SEBARAN KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI BERBASIS METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTING (STUDI KASUS KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH) Nasrullah, Andi Dibya Widadi; Hanifarianty, Sherly; Fauzi, Ihwan
JURNAL PENDIDIKAN ILMU SOSIAL Vol 28, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpis.v28i2.14715

Abstract

Kota Palu merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia. Tingginya tingkat aktivitas kegempaan di kawasan ini tidak lepas dari lokasinya yang berada pada zona benturan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kerusakan bangunan pun menjadi salah satu masalah yang diakibatkan gempa bumi dan likuifaksi. Banyaknya bangunan seperti gedung pemerintah, fasilitas pendidikan, fasilitas ibadah dan kesehatan menjadi dampak yang diakibatkan gempa. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis ata terhadap assessment kondisi kerusakan bangunan. Data bangunan yang telah diambil akan diolah menggunakan metode Inverse Distance Weighting (IDW). Pola Sebaran kerusakan bangunan yang dianalisis menggunakan metode Inverse Distance Weighting (IDW) dapat dipetakan. Nilai klasifikasi kerusakan yang tersebar merata akan memberikan hasil yang lebih mendekati kondisi sebenarnya. Penilaian Cepat Visual dipengaruhi oleh tingkat kerusakan sesuai standar nilai klasifikasi kerusakan yang ditetapkan
REVIEW BIJI KARET SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL Pranata, Dina Eka; Hanifarianty, Sherly; Wijaya, Andi
Warta Perkaretan Vol. 42 No. 1 (2023): Volume 42, Nomor 1, Tahun 2023
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v42i1.896

Abstract

Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam, telah menjadi sumber utama energi global selama bertahun-tahun. Namun, ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya ini dan dampak negatifnya terhadap lingkungan telah memicu penelitian dan pengembangan untuk mencari solusi alternatif yang lebih berkelanjutan. Pada tahun 2022, sebanyak 93,45% kebutuhan energi primer nasional disuplai oleh energi fosil. Namun jumlah pasokan energi fosil terus berkurang karena eksplorasi secara terus-menerus. Sejak tahun 2019 produksi minyak bumi menurun dari 781.000 menjadi 644.000 barel per hari. Oleh sebab itu diperlukan diversifikasi energi alternatif untuk menjaga ketahanan energi nasional. Salah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah pengembangan bioenergi yakni biodiesel yang dihasilkan dari sumber-sumber alami, seperti tanaman dan mikroorganisme. Salah satu tanaman yang potensial untuk dijadikan bioenergi adalah biji karet (Hevea brasiliensis). Biji karet memiliki kandungan minyak nabati yang dapat dikonversi menjadi biodiesel. Ada beberapa opsi teknologi dalam proses konversi minyak nabati menjadi biodiesel. Proses trans-esterifikasi menjadi pilihan yang paling umum digunakan dalam proses produksi biodiesel karena kesederhanaan proses dan ester asam lemak yang diperoleh memilki karakteristik yang mirip dengan petrodiesel. Selain itu juga, reaksi ini menghasilkan produk samping gliserol yang memiliki nilai tambah produk dari proses ini.
POTENSI BIODIESEL SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DI PABRIK PENGOLAHAN KARET REMAH Eka Pranata, Dina; Hanifarianty, Sherly
Warta Perkaretan Vol. 42 No. 2 (2023): Volume 42, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v42i2.951

Abstract

Energi merupakan kebutuhan esensial dalam produksi karet remah. Baik itu untuk menggerakkan mesin dan proses pengeringan. Pabrik karet saat ini memakai listrik dari PLN dan genset solar, serta beragam sumber energi untuk pengeringan seperti genset solar, batu bara, dan cangkang sawit. Pertimbangan dalam pemilihan sumber energi meliputi biaya, ketersediaan, kemudahan operasi, dan dampak lingkungan. Batu bara murah dan tersedia tapi menghasilkan fly ash dan gas berbahaya. Biomasa cangkang sawit lebih murah dan ramah lingkungan tetapi memiliki tantangan dalam suplai dan penyimpanan. Sedangkan solar industri ketersediaannya sudah terbatas. Listrik PLN masih menjadi pilihan terbaik untuk digunakan dalam proses produksi namun di beberapa daerah sering terjadi pemadaman listrik. Oleh sebab itu, dibutuhkan energi alternatif untuk menjaga kestabilan produksi. Regulasi juga mendorong penggunaan biodiesel (B30), yang meski lebih mahal, namun lebih berkelanjutan dan mendukung upaya pengurangan emisi. Penerapan teknologi rendah karbon dan energi terbarukan di industri karet menunjukkan komitmen terhadap lingkungan dan keberlanjutan.
KAJIAN SIFAT FISIKA DAN MORFOLOGI KARET ALAM SELULAR PADA VARIASI TIPE BAHAN PENGEMBANG DAN BOBOT KOMPON Hanifarianty, Sherly; Fathurrohman, Mohammad Irfan
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 41, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v41i2.837

Abstract

Busa karet alam yang memiliki struktur mikro-seluler (karet selular) merupakan bahan berbasis biopolimer yang menarik untuk dikembangkan. Beberapa keunggulan karet selular diantaranya ringan, ergonomis karena bersifat berpori, dan ekonomis sehingga cocok digunakan sebagai produk barang jadi karet untuk berbagai keperluan mulai dari teknik hingga rumah tangga. Pada penelitian ini dibuat karet selular dengan menggunakan Azodikarbonamida (ADC) sebagai bahan pengembang (blowing agent). ADC yang digunakan divariasikan menjadi tipe A dan C. Lebih lanjut, bobot kompon karet yang akan dicetak menjadi karet selular divariasikan sebesar 8; 12; 13,5; 15; dan 17 gram. Pembuatan karet selular mengacu pada metode umum pembuatan kompon karet dilanjutkan dengan pencetakan. Evaluasi mutu karet selular dilakukan melalui pengujian visualisasi struktur morfologi, densitas, dan rasio ekspansi. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa bobot kompon terbaik adalah sebesar 13,5 gram karena menghasilkan karet seluler dengan struktur morfologi seragam. Sementara tipe bahan pengembang dipilih tipe A karena menghasilkan karet seluler dengan densitas rendah namun rasio ekspansi tinggi.
PEMANFAATAN BIODIESEL-EMULSI AIR SEBAGAI BAHAN BAKAR PENGERINGAN KARET REMAH Hanifarianty, Sherly; Handayani, Hani; Falaah, Asron Ferdian; Maspanger, Dadi Rosadi; Andriani, Woro; Farobie, Obie; Rusli, Meika Syahbana
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 43, Nomor 1, Tahun 2025
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v43i1.949

Abstract

Emulsi biodiesel-air dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk pengeringan karet remah. Biodiesel yang digunakan merupakan campuran 70% solar dan 30% FAME (B30) serta campuran 60% solar dan 40% Fatty Acid Methyl Ester (FAME) (B40) dari minyak sawit mentah (CPO). Potensi penggunaan biodiesel untuk pengeringan karet remah tidak kurang dari 90-120 juta liter per tahunnya. Namun penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar pengeringan remah karet masih perlu dikaji karena banyak mengandung NOx dan PM (partikel) yang berpotensi menurunkan kualitas karet.Penggunaan air dimaksudkan untuk ditingkatkan penghematan bahan bakar dan meminimalkan emisi Nitrogen Oksida (NOx) dan partikel udara yang berpotensi menurunkan kualitas karet. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu untuk membuat emulsi minyak-air solar dengan menggunakan surfaktan, maka pada penelitian ini dikembangkan metode preparasi emulsi biodiesel B30-air dan emulsi biodiesel B40-air dengan menggunakan campuran surfaktan Span 80 dan Tween 80, dengan rasio antara biodiesel dan air yaitu 90:10 (v/v). Emulsi biodiesel-air yang homogen dan stabil yaitu emulsi B30-air dan B40-air diperoleh dengan menambahkan emulsifier 5% yang terdiri dari campuran Span 80 dan Tween 80 sebagai surfaktan sehingga membentuk emulsi B30-air dan B40-air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Biodiesel B30-emulsi air dan emulsi B40-air dengan kadar air 10% dapat disintesis menggunakan kombinasi surfaktan SPAN 80 dan TWEEN 80 sebanyak 5% dengan cara diaduk menggunakan mixer kecepatan tinggi (23.000 rpm) selama 1-2 menit hingga menghasilkan emulsi yang stabil lebih dari 30 hari (untuk emulsi air B30) dan sampai dengan 5 hari (untuk emulsi air B40) untuk pengeringan 130 - 135ºC. Untuk emulsi B30-air dan B40-air dengan kadar air 10% layak digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengeringan karet remah. Kualitas karet remah kering yang dihasilkan memenuhi standar persyaratan sesuai SNI 1903:2017.