This Author published in this journals
All Journal Warta Perkaretan
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

REVIEW BIJI KARET SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL Pranata, Dina Eka; Hanifarianty, Sherly; Wijaya, Andi
Warta Perkaretan Vol. 42 No. 1 (2023): Volume 42, Nomor 1, Tahun 2023
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v42i1.896

Abstract

Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam, telah menjadi sumber utama energi global selama bertahun-tahun. Namun, ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya ini dan dampak negatifnya terhadap lingkungan telah memicu penelitian dan pengembangan untuk mencari solusi alternatif yang lebih berkelanjutan. Pada tahun 2022, sebanyak 93,45% kebutuhan energi primer nasional disuplai oleh energi fosil. Namun jumlah pasokan energi fosil terus berkurang karena eksplorasi secara terus-menerus. Sejak tahun 2019 produksi minyak bumi menurun dari 781.000 menjadi 644.000 barel per hari. Oleh sebab itu diperlukan diversifikasi energi alternatif untuk menjaga ketahanan energi nasional. Salah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah pengembangan bioenergi yakni biodiesel yang dihasilkan dari sumber-sumber alami, seperti tanaman dan mikroorganisme. Salah satu tanaman yang potensial untuk dijadikan bioenergi adalah biji karet (Hevea brasiliensis). Biji karet memiliki kandungan minyak nabati yang dapat dikonversi menjadi biodiesel. Ada beberapa opsi teknologi dalam proses konversi minyak nabati menjadi biodiesel. Proses trans-esterifikasi menjadi pilihan yang paling umum digunakan dalam proses produksi biodiesel karena kesederhanaan proses dan ester asam lemak yang diperoleh memilki karakteristik yang mirip dengan petrodiesel. Selain itu juga, reaksi ini menghasilkan produk samping gliserol yang memiliki nilai tambah produk dari proses ini.
PELAPIS LATEKS SEBAGAI ANTITRANSPIRAN PADA DAUN BIBIT TANAMAN KARET Cahyo, Andi Nur; Pranata, Dina Eka; Wijaya, Andi
Warta Perkaretan Vol. 42 No. 2 (2023): Volume 42, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v42i2.947

Abstract

Pengendalian laju transpirasi yang berlebihan pada tanaman karet dapat dilakukan dengan aplikasi bahan anti-transpiran untuk mengurangi konduktivitas stomata selama musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh formula anti-transpiran lateks dengan berbagai konsentrasi terhadap laju transpirasi dan nilai Performance Index (PI) selama periode cekaman kekeringan. Bahan tanam dalam penelitian ini berupa bibit karet klon PB 260 satu payung daun yang ditanam pada polibeg berukuran 15 x 35 cm. Penelitian menggunakan rancangan split-plot dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemberian anti-transpiran tanpa anti-transpiran sebagai kontrol (A0), anti-transpiran lateks 7,5% (A7,5), anti-transpiran lateks 15% (A15), dan anti-transpiran lateks 22,5% (A22,5) pada daun. Faktor kedua adalah perlakuan stress kekeringan, yaitu kontrol (K) dan terminal stress (T). Parameter yang diamati meliputi luas daun, laju transpirasi, serta fluoresensi klorofil daun. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Penggunaan anti-transpiran berbahan dasar lateks pada tanaman karet dapat menurunkan laju transpirasi oleh daun dan mempertahankan ketersediaan air dalam jangka waktu yang lebih lama. Konsentrasi anti-transpiran yang paling ideal diaplikasikan pada daun tanaman karet adalah 7,5%. Aplikasi antitranspiran dengan konsentrasi 7,5% dapat mengurangi laju transpirasi sebesar 0,05 dan 0,065 g/cm2 luas daun/hari pada perlakuan kontrol dan cekaman kekeringan (terminal stress) berturut-turut. Selain itu, perlakuan aplikasi antitranspiran dengan konsentrasi 7,5%, 15%, dan 22,5% telah dapat mengurangi laju transpirasi sekitar 50%, 50%, dan 75% berturut-turut dibandingkan perlakuan kontrol (tanpa anti-transpiran). Konsentrasi yang lebih tinggi dari pada 7,5% dapat menyebabkan penutupan stomata yang berlebihan sehingga berpotensi menyebabkan terbentuknya ROS yang berlebihan. Anti-transpiran ini dapat diaplikasikan sekali sebelum terjadinya musim kemarau/kekurangan air.
POTENSI KARET ALAM SEBAGAI BAHAN LEM : STUDI KINERJA DAN FORMULASI Pranata, Dina Eka; Purbaya, Mili; Wijaya, Andi
Warta Perkaretan Vol. 44 No. 1 (2025): Volume 44, Nomor 1, Tahun 2025
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v44i1.1128

Abstract

Karet alam merupakan komoditas perkebunan utama di Indonesia yang memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa negara dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2022, total produksi karet alam Indonesia mencapai 3,13 juta ton. Namun, sebagian besar produksi karet alam Indonesia di ekspor dalam bentuk karet mentah, sementara konsumsi karet alam di dalam negeri hanya sebesar 20% dari total karet alam yang di produksi. Untuk meningkatkan konsumsi domestik, diperlukan upaya diversifikasi produk, salah satunya dengan memanfaatkan karet alam sebagai bahan baku lem. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi karet alam sebagai bahan lem alami melalui uji kualitatif. Lem yang dibuat telah diuji waktu rekat terhadap material seperti kertas, kain, busa, dan kayu, serta ketahanan terhadap beban tarik. Pada pengujian waktu rekat lem menunjukkan bahwa lem formulasi II dengan fomula II-H (70% lateks pekat : 30% pengental) dan I (60% lateks pekat : 30% pengental : 10% resin) memiliki daya adhesi lebih baik dibanding formula lainnya. Sedangkan, pada pengujian ketahanan beban, lem karet alam (formula II-H) hanya dapat menahan beban sebesar 44 kg, sedangkan lem sintetis jenis PVAC dapat menahan beban hingga lebih dari 50 kg. Temuan ini menunjukkan bahwa karet alam memiliki potensi sebagai bahan lem alami, meskipun perlu pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan kekuatan dan kestabilan adhesinya agar mampu bersaing dengan lem sintetis.