Kemajemukan adalah realita dalam kehidupan masyarakat di Toraja. Sebelum kekristenan masuk, masyarakat Toraja memiliki agama leluhur yakni Aluk Todolo tetapi, hingga saat ini masyarakat Toraja mayoritas adalah pemeluk agama Kristen secara khusus Gereja Toraja. Selalu diupayakan relasi yang setara antara Kekristenan dan Aluk Todolo sebagai sama-sama komunitas iman, namun pola ini tidak terlihat dalam relasi yang terjadi diantara Gereja Toraja dengan Aluk Todolo. Hal itu dapat diamati dari salah satu program Gereja Toraja yangmelaksanakan misi penginjilan di mana penganut kepercayaan Aluk Todolo menjadi salah satu sasaran Pekabaran Injil (PI) Gereja Toraja. Apakah ini bagian dari relasi inferior – superior yang mesti dibaca kembali? PEnelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan Paul Knitter tentang model dialog antar-agama. Tujuan tulisan ini adalah mengobservasi dan menganalisis pola relasi superior dan inferior Gereja Toraja dan Aluk Todolo menuju teologi persahabatan. Pada akhirnya, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pluralisme pola relasi Gereja Toraja dengan Aluk Todolo adalah superior dan inferior. Dalam hal ini Gereja Toraja sebagai superior dan Aluk Todolo adalah inferior. Sekalipun Gereja Toraja mengakui adanya kemajemukan, namun dalam kenyataannya yang nampak itu adalah relasi superior dan inferior di mana Gereja Toraja menempatkan diri dalam posisi yang lebih dominan. Hal itu dapat diamati dari salah satu program yang menjadikan Aluk Todolo sebagai sasaran penginjilan. Oleh karena itu dalam konstruksi sosial Gereja Toraja harus melihat Aluk Todolo dalam relasi yang setara menuju Teologi Persahabatan.