Tri Suhatmini Rokhayatun
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMETAAN POLA TABUHAN BONANG PENERUS: SEBUAH UPAYA PELESTARIAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Tri Suhatmini Rokhayatun; Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar
Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi Vol 22, No 1 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/keteg.v22i1.4146

Abstract

Bonang is one of the essential instruments in the Yogyakarta-style musical, especially in strengthening the Yogyakarta-style musical wasp pattern. There are no notes or special learning modules for the bonang Yogyakarta style, so that indirectly there is a problem in the bonang transmission process in the education process. First, it complicates the teaching and learning process. Second, the learning process becomes ineffective. Third, minimal reading materials impact the lack of literature for students, which results in the method of transmitting working patterns not running optimally. Therefore, to compile a definite way of Yogyakarta-style bonang, it is necessary to make an effort to map various models of Yogyakarta-style garap bonang interpretations as writing or treatise, which later becomes material in lectures on the practice of karawitan style. Yogyakarta. The specific purpose of this study was to record and document the work of the Yogyakarta-style wasp bonang. The method used in this study is a qualitative method with data collection techniques of observation, literature study, questionnaires, and interviews. While the data analysis techniques used are data reduction, data presentation, data verification. The results of this study are in the form of reports, journals, and Yogyakarta-style bonang learning modules.
Perancangan E-Modul Interaktif Berbasis Flipbook Pada Mata Kuliah Kajian Instrumen Kendang Tri Suhatmini Rokhayatun; Setya Rahdiyatmi Kurnia Jatilinuar; Ipuk Widyastuti; Farid Azzani Prasanaya
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpks.v8i1.19316

Abstract

ABSTRAKPembatasan kapasitas belajar pada pembelajaran luring pasca pandemi Covid-19 atau era new normal berdampak pada perubahan metode pembelajaran mata kuliah praktek menjadi blended learning, termasuk pada mata kuliah Kajian Instrumen Kendang. Belum tersedianya materi dan media pembelajaran blended learning yang variatif bagi mata kuliah praktek di Jurusan Karawitan ISI Yogyakarta menjadi faktor pendukung pentingnya penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah merancang e-modul interaktif berbasis flipbook pada mata kuliah Kajian Intrumen Kendang. Penelitian ini menggunakan teori sistem simbol, e-learning, dan klasifikasi media pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D) karena model yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan prinsip ADDIE, yaitu Analysis (Analisis), Design (Desain), Development or Production (Pengembangan), Implementation or Delivery (Implementasi), dan Evaluate (Evaluasi). Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan diskografi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dan penyajiannya dideskripsikan melalui pendekatan kualitatif.  Hasil dari penelitian ini berupa laporan, jurnal, dan e-modul interaktif berbasis flipbook. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) penelitian ini diharapkan mampu mencapai level 6 dengan produk e-modul interaktif mata kuliah Kajian Instrumen Kendang.Kata kunci:E-modul, flipbook, media pembelajaran.
Karawitan Tari Bedhaya Kembang Mas Karya Trustho Dalam Ritual Adat Dhaup Ageng Di Pura Pakualaman: Kajian Proses Penciptaan Dan Struktur Penyajian Tika Sabtiningtyas Putri; Bayu Wijayanto; Tri Suhatmini Rokhayatun
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 17, No 1 (2023): Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Skripsi berjudul “Karawitan Tari Bedhaya Kembang Mas Karya Trustho Dalam Ritual Adat Dhaup Ageng di Pura Pakualaman: Kajian Proses Penciptaan dan Struktur Penyajian” ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses kreatif Trustho dalam menciptakan iringan tari serta mendeskripsikan bagaimana struktur penyajian dari Karawitan Tari Bedhaya Kembang Mas. Tari Bedhaya Kembang Mas merupakan salah satu tari tradisi yang berbentuk bedhaya manten dan pertama kali disajikan khusus di Pura Pakualaman. Tari Bedhaya Kembang Mas diciptakan oleh Hermien Kusmayati pada saat pagelaran Dhaup Ageng  tahun 2019 dengan penata iringan Trustho.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan penyampaian data deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan serta memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul. Metode analisisnya meliputi aspek tekstual dan struktur musikal karawitan tari sebagai bentuk garapan kreatif seniman dan metode penciptaan gending yang berhubungan dengan konteks pertunjukan tari bedhaya.Hasil penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa, Karawitan Tari Bedhaya Kembang Mas merupakan hasil kreativitas penciptaan Trustho yang memiliki kebaruan dan keunikan pada motif gerongan, syair gerongan serta struktur penyajian gendhingnya. Struktur penyajian Karawitan Tari Bedhaya Kembang Mas juga berbeda dengan bedhaya pada umumnya. Perbedaan tersebut terdapat pada bagian maju gendhing saat kapang- kapang maju dan pokok beksan Gendhing Kembang Mas.Trustho's Bedhaya Kembang Mas Dance Karawitan In The Traditional Ritual Of Dhaup Ageng At Pakualaman Temple: A Study Of The Creation Process And Presentation StructureThe thesis entitled "Karawitan Dancing Bedhaya Kembang Mas by Trustho in Dhaup Ageng Traditional Rituals at Pakualaman Temple: Study of the Process of Creation and Structure of Presentation" aims to find out how Trustho's creative process is in creating dance accompaniment and to describe how the structure of the presentation of the Karawitan of the Bedhaya Kembang Mas Dance. The Bedhaya Kembang Mas dance is a traditional dance in the form of a bedhaya manten and was first presented specifically at Pakualaman Temple. The Bedhaya Kembang Mas dance was created by Hermien Kusmayati during the 2019 Dhaup Ageng performance with Trustho accompaniment.The method used in this study is qualitative with the delivery of descriptive analysis data. The descriptive analysis method is a method that functions to describe and provide an overview of the object under study through the data that has been collected. The method of analysis includes the textual and musical structure aspects of karawitan dance as a form of creative work by artists and methods for creating gending related to the context of the bedhaya dance performance.The results of this study found the conclusion that, the Karwitan of the Bedhaya Kembang Mas Dance is the result of the creativity of Trustho's creation which has a novelty and uniqueness in the gerongan motif, gerongan poetry and the structure of the piece's presentation. The structure of the presentation of the Bedhaya Kembang Mas Dance Karawitan is also different from the bedhaya in general. The difference is found in the advanced part of the gendhing when it is advanced and the principal parts of the Kembang Mas gendhing.
Garap Gendèr Barung Gending Gantal Wedhar Laras Slendro Pathet Sanga Kendhangan Jangga Almas Juna Prasetya; Tri Suhatmini Rokhayatun; Teguh Teguh
IDEA: Jurnal Ilmiah Seni Pertunjukan Vol 17, No 2 (2023): Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gending Gantal Wedhar laras slendro pathet sanga memiliki bentuk kendhangan jangga atau setara dengan kethuk 4 kerep dhawah kethuk 8, merupakan gending srambahan yang jarang disajikan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menafsir garap ricikan gendèr dalam penyajian Gending Gantal Wedhar laras slendro pathet sanga Pada balungan gending yang bersumber dari Naskah Pakěm Wirama: Wilět Gěndhing Běrdangga Laras Sulendro, penulis menemukan beberapa keunikan gatra yang susunan balungannya mengindikasikan adanya percampuran pathet sehingga perlu dicermati dan dikaji secara khusus untuk menentukkan garap gendèran. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan proses penggarapan sesuai rumus 4M, yakni memahami, mengidentifikasi, menerapkan, dan mempraktikkan. Gendèr barung sebagai objek dalam penelitian ini memiliki fungsi penting untuk mengisi ruang dan waktu yang dibuat oleh kendang serta berkaitan dengan irama. Gendèr juga bertugas menguatkan pathet. Penulis mengumpulkan beberapa céngkok gendèran yang kemudian diaplikasikan pada balungan gending Gantal Wedhar, hal tersebut tidak terlepas dari konsep pathet, sehingga gending Gantal Wedhar memungkinkan untuk digarap  di luar rasa pathet sanga.Garap Gendèr Barung Gantal Wedhar Song in Laras Slendro Pathet Sanga Kendhangan JanggaGending Gantal Wedhar set in slendro pathet sanga has a kendhangan jangga form or the equivalent of kethuk 4 kerep dhawah kethuk 8, which is a rarely presented srambahan music. The purpose of this research is to interpret the ricikan gendèr in the presentation of Gending Gantal Wedhar in slendro pathet sanga. On the balungan gending sourced from Pakěm Wirama manuscript: Wilět Gěndhing Běrdangga Laras Sulendro, the author found several unique gatras whose balungan arrangement indicates a mix of pathet so that it needs to be examined and studied specifically to determine the gendèran arrangement. The method used by the author in this research is qualitative, with the process of working according to the 4M formula, namely understanding, identifying, applying, and practicing. Gendèr barung as the object of this research has an important function to fill the space and time created by the kendang and related to the rhythm. Gendèr is also responsible for reinforcing the pathet. The author collects several céngkok gendèran which are then applied to the balungan of the gending Gantal Wedhar, this is inseparable from the concept of pathet, so that the gending Gantal Wedhar allows it to be worked on outside the pathet sanga flavor.