Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA IgM ANTI-CYTOMEGALOVIRUS (CMV), DNA CMV SALIVA DAN URIN PADA BAYI DENGAN MANIFESTASI KLINIS INFEKSI CMV KONGENITAL Lucida, Maria Inge; Ratridewi, Irene; Santosaningsih, Dewi
Majalah Kesehatan FKUB Vol 7, No 2 (2020): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.282 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2020.07.02.2

Abstract

 Human cytomegalovirus merupakan penyebab utama infeksi kongenital di seluruh dunia. Infeksi     kongenital cytomegalovirus (CMV) berkontribusi terhadap morbiditas, mortalitas, dan kualitas hidup bayi. Diagnosis tidak dapat ditegakkan berdasarkan klinis saja, namun diperlukan juga deteksi laboratoris. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan manifestasi klinis infeksi CMV kongenital pada bayi dengan pemeriksaan serologi (IgM) dan pemeriksaan DNA CMV pada spesimen urin dan saliva. Penelitian cross-sectional ini melibatkan bayi dengan gejala mengarah pada infeksi CMV. Pemeriksaan IgM anti-CMV     dilakukan pada sampel darah dengan teknik µ capture dan  DNA CMV pada sampel urin dan saliva diperiksa dengan metode PCR. Data dianalisis secara statistik menggunakan SPSS versi 22. Terdapat 32 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan ikterus tidak behubungan dengan IgM anti-CMV (p = 0,228). Pneumonia dan necrotizing enterocolitis (NEC) berhubungan dengan IgM anti-CMV dengan nilai p berturut-turut 0,002 dan 0,034. Manifestasi klinis CMV kongenital tidak berhubungan dengan DNA CMV urin maupun saliva. IgM anti-CMV berhubungan signifikan dengan DNA CMV urin (p = 0,002) dan DNA CMV saliva (p = 0,000).  Sensitivitas pemeriksaan IgM anti-CMV terhadap DNA saliva dan urin berturut-turut sebesar 80% dan 75%, sedangkan spesifitas 92,6% dan 89,3% pada bayi dengan manifestasi klinis infeksi kongenital. Dapat disimpulkan bahwa ikterus tidak berhubungan dengan IgM anti-CMV, sedangkan pneumonia dan NEC berhu-bungan dengan IgM anti-CMV. Manifestasi klinis CMV kongenital tidak berhubungan dengan DNA CMV pada bayi. Didapatkan IgM anti-CMV memiliki hubungan dengan DNA CMV. Dan didapatkan nilai sesnsitivitas, spesifisitas, nilai prediktif positif dan nilai prediktif negatif yang lebih rendah pada pemeriksaan IgM . 
Incidence of Candidemia in Neutropenia with Administration of Broad-Spectrum Antibiotics in Pediatric Patients with Acute Lymphoblastic Leukemia Ratridewi, Irene; Chrishariyati, Cahyani; Winaputri, Savitri Laksmi; Nugroho, Susanto
Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease Vol. 12 No. 3 (2024)
Publisher : Institute of Topical Disease Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/ijtid.v12i3.49650

Abstract

Candidemia is one of the main causes of morbidity and mortality in patients with hematological malignancies. However, the difficulty in establishing a definitive diagnosis causes these high rates. Therefore, a rapid diagnosis process is needed for the early stages of infection as the initial clinical management in pediatric patients with malignancy, especially accompanied by neutropenia. This study aims to determine the risk factors for candidemia in children using PCR (Polymerase Chain Reaction). A cross-sectional study design was used to determine the relationship between neutropenia and broad-spectrum antibiotics with the incidence of candidemia in pediatric patients with acute lymphoblastic leukemia (ALL). The results were analyzed statistically. 33 pediatric patients who met the inclusion criteria, 22 (66.67%) were positive for candida. The sample was dominated by male (66.67%) with a mean age of 4.5 years and had undergone the standard (14 patients) and high-risk (19 patients) chemotherapy protocols. The correlation test revealed no significant correlation between the administration of broad-spectrum antibiotics and the incidence of candidemia in pediatric patients with ALL (p= 0.052), neutropenia recorded a notable relationship to those patients (p=0.033). This study shows that neutropenia is a risk factor that affects the prevalence of candidemia in pediatric patients with ALL. Children with ALL who have severe neutropenia are at an increased risk of developing candidemia.
PERBEDAAN EFEK ANTIBIOFILM ANTARA EKSTRAK METANOLIK DAUN SIRIH HIJAU DENGAN DAUN SIRIH MERAH TERHADAP Pseudomonas aeruginosa PADA ENDOTRACHEAL TUBE IN VITRO Kristi, Brenda; Martin, Amandus Michael; Ratridewi, Irene; Santosaningsih, Dewi
Majalah Kesehatan Vol. 12 No. 2 (2025): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2025.012.02.1

Abstract

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan infeksi terkait perawatan kesehatan tersering dunia dengan insiden sebesar 32%. Pseudomonas aeruginosa menempati posisi ketiga etiologi VAP di Asia Tenggara melalui pembentukan biofilm pada Endotracheal Tube (ETT). Diketahui daun sirih hijau dan daun sirih merah mengandung bahan aktif antibakteri berupa eugenol, flavonoid, dan fenol. Studi sebelumnya menyatakan kadar eugenol dan flavonoid dari ekstrak daun sirih merah lebih tinggi dibanding daun sirih hijau. Namun, belum terdapat studi mengenai efek antibiofilm daun sirih merah serta perbedaan efek antibiofilm daun sirih hijau dan sirih merah pada alat medis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan efek antibiofilm daun sirih hijau dengan daun sirih merah terhadap P. aeruginosa pada ETT. Penelitian ini dilakukan secara in vitro pada ETT menggunakan P. aeruginosa ATCC 9027 dan ekstrak metanol daun sirih hijau atau sirih merah dengan masing2 konsentrasi (0; 25; 50; 75; 100; 125; 150 mg/mL). Evaluasi biofilm menggunakan microplate-reader ELISA dengan panjang gelombang 570 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi yang sama yaitu 150 mg/mL, sirih hijau memiliki rerata absorbansi (2,73 ± 0,53) dan sirih merah (2,97 ± 1,04), menunjukkan rerata absorbansi terendah dibanding kelompok perlakuan konsentrasi lainnya. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok sirih hijau dan sirih merah (p= 0,787). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efek antibiofilm antara daun sirih hijau dan daun sirih merah.