Joko Soesilo
Teknik Geologi UPN "Veteran" Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

GEOLOGI DAN POTENSI PERSEBARAN UNSUR TANAH JARANG DAN TIMAH PADA ENDAPAN SEKUNDER DAERAH KEPOH DAN SEKITARNYA, KECAMATAN TOBOALI, KABUPATEN BANGKA SELATAN, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Sadika Khoirunisa; Joko Soesilo; Sutarto Sutarto
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v9i1.9532

Abstract

Daerah penelitian ini terletak di Desa Kepoh, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan koordinat kavling (UTM) zona 48S pada 668673mE – 673850mE dan 9672089mN – 9677206 mN. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis persebaran timah dan unsur tanah jarangpada endapan plaser dan endapan tailing. Metode penelitian dilakukan dengan pengamatan serta pemetaan geologi, kemudian dilakukan analisis laboratorium berupa pengamatan petrografi, X-ray Fluoresence Portable (XRF Portable), dan analisis mineral butir. Secara geomorfologi daerah peneltian terdiri dari empat (4) satuan bentukasal yaitu bentuk asal vulkanik, denudasional, fluvial, dan antropogenik, secara stratigrafi terdiri atas tiga (3) Satuan Batuan, yaitu Satuan Batulempung Tanjunggenting (Trias awal), Satuan Granit Klabat (Trias Akhir),Satuan Endapan Aluvial (Kuarter), dan terdapat struktur geologi berupa kedudukan lapisan dan kekar. Berdasarkan analisis XRF Portable yang diolah menjadi peta persebaran kadar timah (Sn), dan unsur tanah jarang (Ce, La, Y), daerah potensi Sn, Ce, La, Y pada endapan plaser berada dibagian timur-tenggara daerah penelitian dengan arah pengendapan kearah timur – timur laut, sedangkan pada endapan tailing daerah potensi Sn, Ce, La, Y ada pada bagian utara daerah penelitian. Berdasarkan analisis petrografi dan analisis mineral butir dapat diketahui mineral pembawa timah pada daerah penelitian adalah kasiterit, dan mineral pembawa unsur tanah jarang berupa monasit, xenotim, dan zirkon.Kata Kunci : Timah, Unsur Tanah Jarang, Endapan Plaser, Endapan Tailing, Toboali, Bangka
GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK BATUAN DASAR TERHADAP ENDAPAN NIKEL LATERIT DI DAERAH WATUPARI, KECAMATAN ROUTA, KABUPATEN KONAWE, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Devon Sena Thorffata; Sutarto Sutarto; Joko Soesilo
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v9i1.9574

Abstract

Daerah penelitian terletak di dalam wilayah eksplorasi PT Sulawesi Cahaya Mineral yang secara administratif terletak di daerah Watupari, Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan salah satu daerah dengan potensi endapan nikel laterit yang cukup baik. Geomorfologi pada daerah penelitian terbagi menjadi dua bentuk asal yaitu bentuk asal denudasionaldan bentuk asal fluvial. Bentuk asal denudasional terbagi lagi menjadi empat bentuklahan yaitu Perbukitan Denudasional (D1), Lereng Denudasional (D2), Morfologi Bergelombang (D3), dan Bukit Terisolir (D4). Bentuk asal fluvial terbagi menjadi dua bentuklahan yaitu Tubuh Sungai (F1) dan Rawa (F2). Stratigrafi daerah penelitian terbagi dari yang paling tua ke yang paling muda yaitu Satuan Peridotit Routa yang berumur Kapur, Satuan Dunit yang berumur Kapur, Satuan Konglomerat Routa yang berumur Miosen-Pliosen, dan Endapan Aluvial yang berumur Resen. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa kekar dan sesar. Struktur kekar berupa kekar berpasangan (shear joint) yang memiliki arah tenggara – barat laut dan timur – barat. Struktur sesar berupa kekar gerus dan kekar tarik (shear fracture dan gash fracture) yang memiliki arah umum SF N207˚E/76˚ dan GF N240˚E/56˚ dengan pergerakan sesar normal left slip fault, arah umum SF N332˚E/80˚ dan GF N284˚E/60˚ dengan pergerakan sesar left slip fault, dan arah umum SF N107˚E/49˚ dan GF N181˚E/80˚ dengan pergerakan normal left slip fault. Batuan dasar adalah salah satu faktor yang menentukan kadar nikel pada endapan nikel laterit karena merupakan sumber dari kandungan nikel sebelum mengalami pengkayaan. Penelitian studi ini mencakup pemetaan geologi untuk mengetahui sebaran satuan batuan dan pengolahan data sekunder berupa geokimia titik bor yang kemudian dikorelasikan. Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa Satuan Dunit Routa merupakan satuan yang menghasilkan endapan nikel laterit dengan kadar yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa batuan dasar memiliki pengaruh penting dalam terbentuknya endapan nikel laterit. Selain itu, faktor-faktor lain seperti topografi juga memiliki pengaruh penting terhadap endapan nikel laterit.Kata Kunci : Nikel laterit, batuan dasar, geokimia, harzburgit, lherzolit, wehrlit
GEOLOGI DAN KONTROL BATUAN INDUK TERHADAP KUALITAS ENDAPAN BAUKSIT DI KECAMATAN SANDAI, KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT Elkana Amelia F; Sutarto Sutarto; Joko Soesilo
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v9i2.9513

Abstract

Daerah penelitian secara administratif berada di daerah Dadali, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat yang merupakan salah satu daerah yang mempunyai sumber daya dan cadangan bauksit yang besar yang umumnya belum dieksploitasi secara optimal (Husaini dkk, 2009, dalam Amalia dkk, 2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui geologi dan kontrol batuan induk terhadap kualitas endapan laterit bauksit pada daerah penelitian sehingga dapat mengetahui persebaran endapan bauksit yang berkualitas. Metode penelitian yang digunakan berupa pemetaan geologi yang didukung dengan analisis petrografis untuk mengetahui sifat optis mineral sehingga didapatkan penamaan batuan secara detil, XRF (X-Ray Fluorosence) untuk mengetahui kandungan kimia unsur dan nilai kadar bauksit, serta wet analysis untuk mengetahui kadar RSiO2. Daerah penelitian termasuk kedalam Formasi Granit Sukadana yang terdiri dari litologi batuan beku monzodiorit kuarsa, batuan beku granit dan batuan beku granodiorit. Geomorfologi daerah penelitian terbagi atas 3 bentuk asal yaitu bentuk asal denudasional, bentuk asal fluvial, dan bentuk asal antropogenik. Pola pengaliran daerah penelitian terdiri dari pola pengaliran subdendritik. Stratigrafi yang ditemukan pada daerah telitian dari tua ke muda yaitu intrusi monzodiorit kuarsa Sukadana, intrusi granit Sukadana dan intrusi granodiorit Sukadana yang memiliki umur Kapur Akhir serta satuan endapan aluvial berumur Holosen. Daerah penelitian yang terdiri dari batuan induk monzodiorit kuarsa dan batuan induk granit. Berdasarkan karakteristik endapan bauksit dibagi menjadi 2 tipe yaitu endapan bauksit monzodiorit kuarsa dan endapan bauksit granit. Kandungan geokimia pada endapan bauksit monzodiorit kuarsa memiliki unsur Al2O3 yang lebih tinggi dibandingkan endapan bauksit granit, sedangkan pada endapan bauksit granit memiliki kandungan SiO2 yang lebih tinggi dibanding endapan bauksit monzodiorit kuarsa. Berdasarkan perbedaan karakteristik dan kandungan geokimia endapan bauksit monzodiorit kuarsa memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan endapan bauksit granit.Kata Kunci : batuan induk, bauksit, laterit, sandai
STUDI ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI ENDAPAN PORFIRI Cu-Au BERDASARKAN ANALISIS DATA CORE PADA SECTION 040 DAERAH TAMBANG TERBUKA BATU HIJAU, KABUPATEN SUMBAWA BARAT, NUSA TENGGARA BARAT Septian Aldrin; Joko Soesilo; Jatmika Setiawan
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v5i2.9668

Abstract

Daerah penelitian berada di Batu Hijau, yang merupakan salah satu lokasi tambang terbuka yang di kelola oleh PT. Amman Mineral Nusa Tenggara. Secara administratif Batu Hijau berada di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi geologi, penyebaran zona alterasi, zona mineralisasi dan korelasi hubungannya dengan persebaran kadar Cu-Au pada Section 040 (timurlaut-baratdaya) tambang terbuka Batu Hijau. Penelitian dilakukan menggunakan data pemboran inti batuan dari 10 sumur bor yaitu, SBD293, SBD654, SBD257, SBD229, SBD183, SBD566, SBD002, SBD270, SBD009, dan SBD467. Metode penelitian yang dilakukan berupa detail core logging, analisa petrografi, analisa mineragrafi, dan melakukan analisis statistik untuk mengetahui hubungannya dengan sebaran grade Cu-Au. Stratigrafi pada daerah penelitian terdiri atas 4 satuan berurutan dari tua ke muda, antaralain, Satua breksi vulkanik; intrusi diorit kuarsa; intrusi tonalit porfir 1; dan intrusi tonalit porfir 2. Alterasi pada daerah penelitian di bagi menjadi 4 zona alterasi yaitu, zona biotit + magnetit + k-feldspar (tipe potasik); zona biotit + k-feldspar + klorit (tipe potasik); zona klorit + epidot + kuarsa (tipe propilitik); dan zona serisit + klorit + kuarsa (tipe filik). Sedangkan zona mineralisasi dibagi berdasarkan banyaknya kandungan mineral sulfida dominan antara lain, zona bornit (bornit ± kalkopirit ± pirit); zona kalkopirit (kalkopirit ± bornit ± pirit); zona pirit (pirit ± kalkopirit ± bornit). Berdasarkan analisis statistik diagram Boxplot sebaran kadar Cu–Au dibagi menjadi 3 zonasi yaitu, zona low grade;, zona medium grade; dan zona high grade. Hasil analisis menunjukan zona alterasi dan mineralisasi di daerah penelitian dikontrol oleh kemunculan intrusi tonalit porfir 1. Zona low grade Cu (0,01-0,5%) berasosiasi dengan semua zona alterasi, mineralisasi zona kalkopirit dan pirit. Medium grade Cu (0,5-1%) berasosiasi dengan zona alterasi biotit+magnetit dan zona serisit+klorit, mineralisasi zonabornit dan zona kalkopirit. High grade Cu (>1%) berasosiasi dengan zona alterasi biotit+magnetit, mineralisasi zona bornit dan zona kalkopirit. Low grade Au (0,00-0,5g/t) berasosiasi dengan semua zona alterasi, mineralisasi zona kalkopirit dan zona pirit. Medium grade Au (0,5-1g/t); zona alterasi biotit+magnetit, zonaalterasi serisit+klorit, mineralisasi zona bornit dan zona kalkopirit. High grade Au (>1g/t); zona biotit+magnetit, mineralisasi zona bornit dan zona kalkopirit.Kata-kata kunci: Alterasi, Mineralisasi, Zonasi Grade Cu-Au, Section 040