Jatmika Setiawan
Teknik Geologi UPN "Veteran" Yogyakarta

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

HUBUNGAN KARAKTERISTIK BATUAN DASAR TERHADAP KADAR Ni PADA ZONA LATERIT DI DAERAH WULU, KABUPATEN BUTON TENGAH, SULAWESI TENGGARA Richelin Eksa Jeremiarta; Sutarto Sutarto; Jatmika Setiawan; Faried Ardian P.
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN "VETERAN" YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daerah penelitian ini terletak di Pulau Kabaena yang merupakan suatu pulau yang kaya akan sumber daya nikel. Daerah penelitian masuk ke dalam formasi kompleks ultramafik yag terdiri dari batuan-batuan ultramafik, seperti peridotite, dunite dan serpentinite. Pada daerah penelitian yang merupakan daerah pertambangan ditemukannya kadar nikel yang berbeda-beda pada tiap bukaan tambang (pit) sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan kadar nikel pada saat dilakukannya ore getting. Didapatkan hasil dari kadar nikel yang termasuk low grade hingga high grade, dari adanya perbedaan kadar tersebut menyebabkan adanya beberapa tumpukan material dari ore getting memiliki kadar yang kecil sehingga tidak dapat untuk dikirim ke smelter. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar nikel adalah batuan dasar. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh karakteristik batuan dasar terhadap kadar nikel pada endapan nikel laterit. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah dengan melakukan survey lapangan secara langsung mencakup pengambilan data litologi dan data hasil pemboran dari daerah penelitian. Data pemboran yang digunakan berjumlah 5 titik bor pada tiap daerah dengan jenis batuan dasar yang berbeda. Penelitian ini menggunakan analisis petrografi dan analisis geokimia menggunakan XRF (X-Ray Fluorescence). Daerah penelitian memiliki tiga satuan batuan yang berumur Kapur Awal (79 – 137 jtl) yaitu, Satuan Dunite Wulu, Satuan Peridotite Wulu, dan Satuan Serpentinite Wulu. Dari hasil analisis geokimia adanya unsurunsur geokimia utama (major) seperti Ni, Fe, SiO2, dan MgO. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa batuan dasar dunite memiliki kadar Ni paling tinggi dibandingkan dengan batuan dasar peridotite dan serpentinite dengan kadar Ni pada zona limonit 0,95%, pada zona saprolit sebesar 1,60% dan pada zona batuan dasar sebesar 0,54%, dengan kadar Ni tertinggi pada daerah berlitologi dunite yang pernah didapat sebesar 2,71%. Pada batuan dasar peridotite didapatkan pada zona limonit mengandung Ni sebesar 0,92%, pada zona saprolit sebesar 1,29% dan pada zona batuan dasar sebesar 0,53%. Pada batuan dasar serpentinite didapatkan pada zona limonit mengandung Ni sebesar 0,86%, pada zona saprolit sebesar 1.23% dan pada zona batuan dasar sebesar 0,49%. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa batuan dasar memiliki peranan penting dalam tinggi-rendahnya kadar Ni, sehingga dengan batuan dasar yang berbeda maka kadar Ni yang terbentuk juga akan berbeda.
KARAKTERISTIK REKAHAN DAN ANALISIS CRITICALLYSTRESSED FRACTURE PADA FRACTURED RESERVOIR FORMASI JATIBARANG LAPANGAN “TRR”, CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Taufan Rizki Rahardjo; Muhammad Syaifudin; Jatmika Setiawan
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v9i1.9572

Abstract

Cekungan Jawa Barat Utara terkenal sebagai cekungan penghasil hidrokarbon yang cukup besar di Indonesia. Salah satu reservoir yang produktif yaitu reservoir batuan vulkanik Formasi Jatibarang. Pada batuan vulkanik, hidrokarbon dapat tersimpan dalam rekahan yang bertindak sebagai porositas sekunder dan menjadikannya fractured reservoir. Menurut Barton, Zoback dkk (1995), rekahan yang konduktif secara hidrolik adalah rekahan yang critically-stressed terhadap kondisi tegasan saat ini disebut juga sebagai criticallystressed fracture. Rekahan yang konduktif secara hidrolik bertindak sebagai jalur hidrokarbon bergerak sehingga dapat meningkatkan permeabilitas batuan vulkanik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui orientasi critically-stressed fracture dan dampaknya terhadap tingkat produksi pada tiga sumur objek penelitian, yaitu TRR-1, TRR-2, dan TRR-3. Untuk mengetahui orientasi critically-stressed fracture, diperlukan integrasi data orientasi rekahan dan besaran tegasan yang bekerja saat ini dalam bentuk model geomekanika 1D, yang terdiri dari tekanan pori, tegasan vertikal (Sv), tegasan horizontal minimum (Shmin), dan tegasan horizontal maksimum (Shmaks). Orientasi rekahan didapatkan berdasarkan interpretasi log FMI dan didapatkan arah umum utara-selatan, timur laut-barat daya, dan utara barat laut – selatan tenggara. Untuk membangun model geomekanika 1D menggunakan data wireline log yang dihitung dengan persamaan empiris dan laporan internal pengeboran. Dari analisis yang dilakukan pada ketiga sumur, didapatkan rezim tegasan daerah ini berupa rezim sesar normal (Sv>Shmaks>Shmin). Hasil analisis menunjukkan sumur TRR-1 memiliki intensitas critically-stressed fracture sebesar 0,64 rekahan/meter dengan orientasi N350°E-N360°E (utara), Sumur TRR-2 memiliki intensitas 0,11 rekahan/meter dengan orientasi N30°E-N40°E (timur laut), dan sumur TRR-3 memiliki intensitas sebesar 0,61 rekahan/meter dengan orientasi N170°E-N180°E (selatan) serta kemiringan dominan menunjukkan nilai yang sama sebesar 70°-80° di ketiga sumur. Sumur TRR-1 dan TRR-3 memiliki tingkat produksi 924 BOPD dan 1.176 BOPD sedangkan sumur TRR-2 sebesar 188 BOPD, hal ini menunjukkan bahwa critically-stressed fracture mengontrol kehadiran hidrokarbon dan dapat mempengaruhi tingkat produksi.Kata Kunci : Formasi Jatibarang, Fractured reservoir, Critically-stressed fracture
HUBUNGAN KARAKTERISTIK BATUAN DASAR TERHADAP KADAR Ni PADA ZONA LATERIT DI DAERAH WULU, KABUPATEN BUTON TENGAH, SULAWESI TENGGARA Richelin Eksa Jeremiarta; Jatmika Setiawan; Faried Ardian P
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v9i2.9502

Abstract

Daerah penelitian ini terletak di Pulau Kabaena yang merupakan suatu pulau yang kaya akan sumber daya nikel. Daerah penelitian masuk ke dalam formasi kompleks ultramafik yag terdiri dari batuan-batuan ultramafik, seperti peridotite, dunite dan serpentinite. Pada daerah penelitian yang merupakan daerah pertambangan ditemukannya kadar nikel yang berbeda-beda pada tiap bukaan tambang (pit) sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan kadar nikel pada saat dilakukannya ore getting. Didapatkan hasil dari kadar nikel yang termasuk low grade hingga high grade, dari adanya perbedaan kadar tersebut menyebabkan adanya beberapa tumpukan material dari ore getting memiliki kadar yang kecil sehingga tidak dapat untuk dikirim ke smelter. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar nikel adalah batuan dasar. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh karakteristik batuan dasar terhadap kadar nikel pada endapan nikel laterit. Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah dengan melakukan survey lapangan secara langsung mencakup pengambilan data litologi dan data hasil pemboran dari daerah penelitian. Data pemboran yang digunakan berjumlah 5 titik bor pada tiap daerah dengan jenis batuan dasar yang berbeda. Penelitian ini menggunakan analisis petrografi dan analisis geokimia menggunakan XRF (X-Ray Fluorescence). Daerah penelitian memiliki tiga satuan batuan yang berumur Kapur Awal (79 – 137 jtl) yaitu, Satuan Dunite Wulu, Satuan Peridotite Wulu, dan Satuan Serpentinite Wulu. Dari hasil analisis geokimia adanya unsur-unsur geokimia utama (major) seperti Ni, Fe, SiO2, dan MgO. Hasilpenelitian ini menunjukan bahwa batuan dasar dunite memiliki kadar Ni paling tinggi dibandingkan dengan batuan dasar peridotite dan serpentinite dengan kadar Ni pada zona limonit 0,95%, pada zona saprolit sebesar 1,60% dan pada zona batuan dasar sebesar 0,54%, dengan kadar Ni tertinggi pada daerah berlitologi dunite yang pernah didapat sebesar 2,71%. Pada batuan dasar peridotite didapatkan pada zona limonit mengandung Ni sebesar 0,92%, pada zona saprolit sebesar 1,29% dan pada zona batuan dasar sebesar 0,53%. Pada batuan dasar serpentinite didapatkan pada zona limonit mengandung Ni sebesar 0,86%, pada zona saprolit sebesar 1.23% dan pada zona batuan dasar sebesar 0,49%. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa batuan dasar memiliki peranan penting dalam tinggi-rendahnya kadar Ni, sehingga dengan batuan dasar yang berbeda maka kadar Ni yang terbentuk juga akan berbeda.Kata Kunci : Geologi, Laterit, Batuan Dasar, Kadar Ni, Pulau Kabaena
GEOLOGI & ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING, DESA TEGALDOWO, KECAMATAN GUNEM, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Mason Harry Roy Sinaga; Sari Bahagiarti Kusumayudha; Jatmika Setiawan
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v9i1.9573

Abstract

Lokasi penelitian secara administratif terletak pada Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah, dengan koordinat UTM - WGS84 - 49S dengan X: 556885 mE - 555885 mE dan Y: 9241800 mN- 9239800 mN. Dalam operasi penambangan terbuka masalah kestabilan lereng menjadisalah satu perhatian khusus, sehingga perlu mengetahui Faktor Keamanan dari lereng tersebut, guna untuk memastikan operasi penambangan berjalan dengan lancar. Penelitian menggunakan metode elemen hingga (FEM) dengan kriteria keruntuhan Generalized Hoek & Brown. Bentuk asal daerah penelitian dibagi menjadi dua, berdasarkan satuan bentuk lahan berupa Perbukitan Denudasional (D1), Dataran Antar Bukit (D2), dan Lahan PIT / Lahan Bukaan Tambang (A1). Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi dua satuan batuan antara lain, Satuan wackestone Paciran dan Satuan floatstone Paciran dengan kontak menjari. Struktur geologi daerah penelitian berupa kekar dengan tegasan berarah relatif utara - selatan dan sesar mendatar kanan naik dengan arah N 249. Berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng pada lereng Blok J didapatkan nilai FK sebesar 1,23pada kondisi asli dan 1,13 pada kondisi jenuh, pada lereng Blok K didaptkan nilai FK sebesar 1,34 pada kondisi asli dan 1,3 pada kondisi jenuh, pada lereng Blok L didapatkan nilai FK sebesar 1,78 pada kondisi asli dan 1,72 pada kondisi jenuh, pada lereng Blok M didapatkan nilai FK sebesar 1,36 pada kondisi asli dan 1,34 pada kondisi jenuh. Pada lereng Blok J didapatkan nilai FK dalam kondisi kritis sehingga dibutuhkan suatu rekomendasi lereng untuk memperbesar nilai faktor keamanan dengan cara penurunan sudut lereng menjadi 70,5oE / 72o sehingga didapatkan nilai FK sebesar 1,32 pada kondisi asli dan 1,27 pada kondisi jenuh.Kata Kunci : geologi, kestabilan lereng, faktor keamanan, Rembang
GEOLOGI DAN PENGEMBANGAN POTENSI GEOWISATA PADA DAERAH CILONGOK DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BATURADEN, KABUPATEN BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH Ivan Sadewo; Jatmika Setiawan; Puji Pratiknyo
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i1.9612

Abstract

Perkembangan pariwisata dalam bidang geologi atau geowisata merupakan wisata yang bisa dikembangkan dengan tujuan sebagai sarana pariwisata, pembelajaran, pengkajian untuk oenelitian, serta peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah. Terdapat banyak objek wisata di Indonesia yang bisa digunakan sebagai objek wisata geologi, salah satunya yang terdapat di daerah Cilongok, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Didaerah tersebut terdapat beberapa objek wisata yang sangat mungkin dikembangkan untuk menjadi geowisata. Penelitian dengan judul “Geologi dan Pengembangan Potensi Geowisata Pada Daerah Cilongok Dan Sekitarnya, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah”, memiliki rumusan masalah bagaimana kondisi geologi daerah telitian dan potensi perkembangan geowisatanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana objek wisata yangterdapat didaerah telitian, bisa dikenal secara luas oleh wisatawandomestic maupun mancanegara dengan pendekatan ilmu geologi. Penelitian ini menggunakan metode analisis SWOT. Adapun data-data yang dipergunakan adalah hasil yang dikumpulkan berupa analisis-analisis tentang Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman) yang dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik terutama dalam bidang geologi dan kepariwisataan. Berdasarkan analisa yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa objek wisata yang terdapat didaerah telitian masih harus dikembangkan lagi, baik dalam segi infrastruktur, promosi, sumber daya manusia serta lembaga yang mengelola. Dengan penelitian yang dilakukan, objek-objek geowisata yang ada dapat ditinjau ulang dan dikembangkan lagi agar bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran dalam ilmu geologi dan bidang pariwisata.Kata-kata Kunci : Geologi, Geowisata, analisis swot
STUDI ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI ENDAPAN PORFIRI Cu-Au BERDASARKAN ANALISIS DATA CORE PADA SECTION 040 DAERAH TAMBANG TERBUKA BATU HIJAU, KABUPATEN SUMBAWA BARAT, NUSA TENGGARA BARAT Septian Aldrin; Joko Soesilo; Jatmika Setiawan
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v5i2.9668

Abstract

Daerah penelitian berada di Batu Hijau, yang merupakan salah satu lokasi tambang terbuka yang di kelola oleh PT. Amman Mineral Nusa Tenggara. Secara administratif Batu Hijau berada di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi geologi, penyebaran zona alterasi, zona mineralisasi dan korelasi hubungannya dengan persebaran kadar Cu-Au pada Section 040 (timurlaut-baratdaya) tambang terbuka Batu Hijau. Penelitian dilakukan menggunakan data pemboran inti batuan dari 10 sumur bor yaitu, SBD293, SBD654, SBD257, SBD229, SBD183, SBD566, SBD002, SBD270, SBD009, dan SBD467. Metode penelitian yang dilakukan berupa detail core logging, analisa petrografi, analisa mineragrafi, dan melakukan analisis statistik untuk mengetahui hubungannya dengan sebaran grade Cu-Au. Stratigrafi pada daerah penelitian terdiri atas 4 satuan berurutan dari tua ke muda, antaralain, Satua breksi vulkanik; intrusi diorit kuarsa; intrusi tonalit porfir 1; dan intrusi tonalit porfir 2. Alterasi pada daerah penelitian di bagi menjadi 4 zona alterasi yaitu, zona biotit + magnetit + k-feldspar (tipe potasik); zona biotit + k-feldspar + klorit (tipe potasik); zona klorit + epidot + kuarsa (tipe propilitik); dan zona serisit + klorit + kuarsa (tipe filik). Sedangkan zona mineralisasi dibagi berdasarkan banyaknya kandungan mineral sulfida dominan antara lain, zona bornit (bornit ± kalkopirit ± pirit); zona kalkopirit (kalkopirit ± bornit ± pirit); zona pirit (pirit ± kalkopirit ± bornit). Berdasarkan analisis statistik diagram Boxplot sebaran kadar Cu–Au dibagi menjadi 3 zonasi yaitu, zona low grade;, zona medium grade; dan zona high grade. Hasil analisis menunjukan zona alterasi dan mineralisasi di daerah penelitian dikontrol oleh kemunculan intrusi tonalit porfir 1. Zona low grade Cu (0,01-0,5%) berasosiasi dengan semua zona alterasi, mineralisasi zona kalkopirit dan pirit. Medium grade Cu (0,5-1%) berasosiasi dengan zona alterasi biotit+magnetit dan zona serisit+klorit, mineralisasi zonabornit dan zona kalkopirit. High grade Cu (>1%) berasosiasi dengan zona alterasi biotit+magnetit, mineralisasi zona bornit dan zona kalkopirit. Low grade Au (0,00-0,5g/t) berasosiasi dengan semua zona alterasi, mineralisasi zona kalkopirit dan zona pirit. Medium grade Au (0,5-1g/t); zona alterasi biotit+magnetit, zonaalterasi serisit+klorit, mineralisasi zona bornit dan zona kalkopirit. High grade Au (>1g/t); zona biotit+magnetit, mineralisasi zona bornit dan zona kalkopirit.Kata-kata kunci: Alterasi, Mineralisasi, Zonasi Grade Cu-Au, Section 040
KENDALI STRUKTUR GEOLOGI DAN IMPLIKASI BREKSI DIATREMA TERHADAP PEMBENTUKAN SISTEM ENDAPAN EPITERMAL-PORFIRI DAERAH KARANGGEDE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN WONOGIRI DAN PACITAN PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR Atras Nito Putra; Sutarto Sutarto; Jatmika Setiawan
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9647

Abstract

Daerah penelitian secara administratif berada pada perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tepatnya pada koordinat x: 511500--517750 dan y: 9107150—9111250 (UTM zona 49S). Daerah penelitian mencakup tiga kecamatan, yakniKecamatan Karangtengah, termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah dan dua Kecamatan lain meliputi Kecamatan Arjosari dan Kecamatan Punung termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Pacitan, Provinsi JawaTimur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi, struktur geologi, dan implikasi breksi diatrema terhadap alterasi dan mineralisasi di daerah penelitian dengan analisis laboratorium meliputi analisis petrografis, analisismineragrafi, analisis stereografis, dan analisis XRD. Pola pengaliran daerah penelitian terdiri atas 3 pola pengaliran dasar meliputi pola pengaliran radial, rectangular, paralel dan 3 pola pengaliran ubahan meliputi pola pengaliran subparalel, subdendritik, dan fault trellis. Geomorfologi daerah penelitian terdiri atas 4 satuan bentuk asal meliputi bentuk asal vulkanik, struktural, fluvial, dan antropogenik yang terbagi menjadi 7 satuan bentuk lahan, yakni bentuk lahan bukit lava, perbukitan sisa vulkanik, lereng homoklin, perbukitan struktural, lembah struktural, tubuh sungai, dan bendungan. Stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda tersusun oleh satuan breksi-tuf Arjosari (Oligosen Akhir-Miosen Awal), satuan breksi-lava basalt Mandalika (Oligosen Akhir-Miosen Awal), Intrusi Dasit (Miosen Awal), satuan breksi diatrema Karangtengah (Miosen Tengah), dan satuan breksi hidrotermal Karangtengah (Miosen Tengah). Struktur geologi daerahpenelitian terdiri atas, kekar, sesar mendatar dan sesar naik. Hasil analisis kekar gerus mendapatkan 2 pola tegasan purba yaitu berarah baratlaut-tenggara dengan 2o, N142oE sebagai pola tegasan purba pertama dan utara timurlaut-selatan baratdaya 6o, N26oE sebagai pola tegasan purba kedua. Tegasan tersebut menghasilkan 21 sesar di daerah penelitian. Sesar berarah baratlaut-tenggara dan berarah timurlaut-baratdaya mengontrol dalam pembentukan jog dilatational.Terdapat 2 jenis urat yang berkembang, yakni extension vein dan oblique extension--fault vein. Alterasi daerah penelitian terbagi menjadi 6 zona tipe alterasi, yakni zona alterasi argilik lanjut, zona alterasi argilik intermediet, zona alterasi argilik, zona alterasi propilitik dalam, zona alterasi propilitik luar, dan zona alterasi silisik (sistem urat). Tipe alterasi yang berkembang mencirikan identitas keterdapatan endapan epitermal sulfidasi tinggi-rendah, dan terdapatnya indikasikeberadaan spekularit sebagai salah satu penciri fluida hidrotermal produk magma oxidized yang hadir meng-overprint mineralisasi logam dasar yang diindikasikan berhubungan dengan sistem porfiri. Mineralisasi daerah penelitian meliputiCu, Au, As, Pb, Zn, Mn, dan Fe. Persebaran alterasi dan mineralisasi daerah penelitian dikendalikan oleh 2 faktor pengontrol. Faktor pertama yaitu struktur geologi berupa sesar dan kekar dengan jenis struktur berupa jog dilatational,extension vein, dan oblique extension-fault vein. Sedangkan faktor kedua yaitu kontrol mekanisme eruptif produk pembentukan breksi diatrema yang telah menyebabkan pendangkalan dari sebuah sistem magmatisme-hidrotermalsehingga dapat mempertemukan beberapa fitur mineralisasi dalam bentuk breksi hidrotermal. Kehadiran spekularit dalam bentuk nodul, veinlet, dan bongkah mengindikasikan adanya keterdapatan peran dari mekanisme eruptif dalam proses pembentukannya.Kata Kunci: alterasi, breksi diatrema, breksi hidrotermal, jog dilatational, mineralisasi, struktur geologi