Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Peran Posyandu Dalam Memantau Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita Sri Rahayu; Dena Nur Rahmatika
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 15 No. 2 (2022): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48144/jiks.v15i2.1231

Abstract

Abstract Health development can increase awareness, ability and willingness to live a healthy life that will realize optimal public health status. A mother's assumption about posyandu as a place to weigh is not to monitor her child's growth and development. The mother's assumption is due to lack of knowledge about the function of the posyandu so that the growth and development of toddlers is not monitored. This study was to determine the knowledge and attitudes of mothers of children under five about the growth and development of children under five at the posyandu. This type of correlation research uses a cross sectional design, carried out in June-July 2022 at Poyandu RW 5, Bongsari Village, Semarang City. The population is mothers who have children under five aged 1-5 years as many as 250 respondents and the sample is 65 respondents. The sampling technique used was purposive sampling. The results show that respondents with less knowledge level are 31 respondents (47.7%); and poor attitude as many as 37 respondents (56.9%); it is known that p value = 0.001 means that there is a relationship between knowledge and attitudes of mothers of children under five about growth and development of children under five in posyandu RW 5, Bongsari sub-district, Semarang City; Suggestions to the community, especially mothers who have toddlers, are expected to always be active and visit the posyandu so that the growth and development of their toddlers is monitored Keywords: Knowledge, Attitude, Active Visit Abstrak Pembangunan kesehatan dapat meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat akan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Asumsi seorang ibu tentang posyandu sebagai tempat menimbang bukan untuk memantau tumbuh kembang anaknya. Anggapan ibu tersebut dikarenakan pengetahuan yang kurang tentang fungsi posyandu sehingga tumbuh kembang balitanya kurang terpantau. Penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu balita tentang pertumbuhan dan perkembangan balita di posyandu. Jenis penelitian korelasi menggunakan rancangan cross sectional, dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2022 di Poyandu RW 5 Kelurahan Bongsari kota Semarang. Populasinya ibu yang memiliki anak balita usia 1-5 tahun sebanyak 250 responden dan sampelnya 65 responden. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Hasilnya menunjukan bahwa responden dengan tingkat pengetahuannya kurang sebanyak 31 responden (47.7%); dan sikapnya kurang sebanyak 37 responden (56.9%); diketahui p value=0.001 berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu balita tentang pertumbuhan dan perkembangan balita di posyandu RW 5 kelurahan Bongsari Kota Semarang; Saran pada masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita diharapkan selalu aktif dan berkunjung ke posyandu agar tumbuh kembang balitanya terpantau. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Keaktifan Kunjungan
Penyuluhan BPJS Ketenagakerjaan pada Pekerja Proyek Bangunan Sri Rahayu; Rahmatika DN
AMMA : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 03 (2022): AMMA : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : CV. Multi Kreasi Media

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peserta BPJS Ketenagakerjaan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. BPJS merupakan badan hukum publik yang bertugas melindungi seluruh pekerja terutama Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sangat penting didapatkan karena pekerja proyek bangunan sangat beresiko dalam pekerjaannya. diharapkan tahunya penyuluhan tentang BPJS Ketenagakerjaan yang sangat berguna untuk pekerja proyek bangunan. Metode yang digunakan adalah ceramah dan peragaan cara menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Hasilnya para pekerja proyek sangat antusias dan segera akan menjadi peserta BPJS setelah selesai proyek yang di kerjakannya. Dari salah satu pekerja sudah mempunyai tetapi tidak paham penggunaannya bila punya BPJS. Kesimpulannya pekerja merasa puas dengan adanya penyuluhan dan perhatian dari pimpinan proyek setelah dilakukan penyuluhan BPJS Ketenagakerjaan.
Persepsi Budaya Masyarakat Terhadap Kunjungan Ibu Hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang: Community Cultural Perceptions of Pregnant Women's Visits at Pustu Wonorejo Pringapus Health Center, Semarang Regency Sri Rahayu
Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 5 No. 2 (2023): Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan, July 2023
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/proheallth.v5i2.2314

Abstract

Pregnancy sevicess can be interpreted as a form of health service provided to pregnant women and their fetuses. This examination is carried out by professionals according to established standards, with a minimum of 6 visits during pregnancy. Community life involves rules that include norms and views of life, as well as being a guide in regulating behavior in group life. Cultural factors that still apply in some areas can be a cause of complications in pregnant women, childbirth and the postpartum period. The culture and norms prevailing in society have an impact on a mother's decision to have a pregnancy check-up with a health professional. The type of research in this article is descriptive analytic research supported by qualitative research to complement quantitative data with a cross sectional approach. The results of this study indicate that people's cultural perceptions are not the main factor in the low number of visits by pregnant women at Pustu Wonorejo, Pringapus Health Center, Semarang Regency. This is also in accordance with the results of interviews with patients (pregnant women), and husbands/families of pregnant women. Characteristics of respondents who provided services for visiting pregnant women at Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency aged 25-35 years (50.0%) with community cultural perceptions of visiting pregnant women (90.6%) who are diligent in having their pregnancies checked. The bivariate analysis showed that there was no significant relationship (p value 0.05) between people's cultural perceptions of pregnant women's visits at Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency. ABSTRAK                 Pemeriksaan kehamilan dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh tenaga medis profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dengan minimal 6 kali kunjungan selama masa kehamilan. Kehidupan masyarakat melibatkan aturan-aturan yang mencakup norma-norma dan pandangan hidup, serta menjadi pedoman dalam mengatur perilaku dalam kehidupan berkelompok. Faktor budaya yang masih berlaku di beberapa daerah dapat menjadi penyebab komplikasi pada ibu hamil, persalinan, dan masa nifas. Budaya dan norma yang berlaku dalam masyarakat memiliki dampak pada keputusan seorang ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dengan tenaga kesehatan. Jenis penelitian pada artikel ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang didukung penelitian kualitatif untuk melengkapi data kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi budaya masyarakat bukan termasuk faktor utama dari rendahnya kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang. Hal ini pula sesuai dengan hasil wawancara dengan pasien (ibu hamil), dan suami/keluarga dari ibu hamil. Karakteristik responden yang memberikan pelayanan kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang berumur 25-35 tahun (50,0%) dengan persepsi budaya masyarakat terhadap kunjungan ibu hamil (90,6%) yang merupakan masyaraktnya rajin memeriksakan kehamilannya. Pada analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan (nilai p 0,05) antara persepsi budaya masyarakat terhadap kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang.
Peningkatan Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Konsumsi Makanan dan Minuman Manis sebagai Determinan Penyakit Diabetes Mellitus di Usia Muda Lindra Anggorowati; Rani Tiara Desty; Sri Rahayu; Al Dina Yuliyana; Wahyu Eko Giri Kusumo
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v5i3.8449

Abstract

Saat ini 25% remaja dengan kelebihan berat badan menunjukkan adanya tanda-tanda gejala diabetes mellitus. Hasil studi pendahuluan menjelaskan bahwa siswa dan siswi SMP IT Mutiara Hati, memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan fast food, minuman kemasan berpemanis dan jarang mengkonsumsi buah dan sayur yang dapat meningkatkan resiko penyakit diabetes mellitus di masa mendatang. PKM ini bertujuan untuk memberikan edukasi atau penyuluhan kesehatan tentang bahaya konsumsi makanan dan minuman manis melalui informasi kepada para remaja agar dapat menjaga pola konsumsi makanan dan minuman berpemanis serta gaya hidup yang sehat. Kegiatan peningkatan pengetahuan ini diselenggarakan pada bulan Januari 2023 dengan sasaran kelompok usia muda di SMP IT Mutiara Hati Kota Semarang sebanyak 43 siswa. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengukuran BB dan TB untuk mengetahui IMT dan status kesehatan, edukasi atau penyuluhan seputar faktor risiko diabetes mellitus dan bahaya makanan dan minuman manis, menilai efektivitas penyuluhan melalui penilaian sebelum dan sesudah penyuluhan dengan paired T-test. Kegiatan ini terbukti efektif dalam meningkatkan nilai pengetahuan siswa yang awalnya 71,86±8,24 meningkat menjadi 82,58±9,78 tentang faktor risiko diabetes mellitus dan bahaya makanan dan minuman manis. Perlu adanya komitmen dari siswa, pendampingan dan pengawasan dari guru atau orang tua agar makanan dan minuman yang dikonsumsi siswa berkualitas dengan kalori seimbang.Currently, 25% of overweight adolescents show signs of diabetes mellitus. The results of the preliminary study explained that students at SMP IT Mutiara Hati have a habit of consuming fast food, packaged sweetened drinks, and rarely consuming fruits and vegetables, which can increase the risk of developing diabetes mellitus in the future. There needs to be health education about the dangers of consuming sweet foods and drinks to provide information to adolescents so they can reduce consumption of sweetened foods and drinks and have a healthy lifestyle. This counseling activity was held in January 2023 at SMP IT Mutiara Hati, Semarang. The series of activities included measuring weight and height to determine BMI and health status, education or counseling about risk factors for diabetes mellitus and the dangers of sweet food and drinks, and assessing the effectiveness of counseling through assessment before and after counseling. This activity proved to be effective in increasing students' knowledge scores, which initially increased from 71.86 ± 8.24 to 82.58 ± 9.78 about the risk factors for diabetes mellitus and the dangers of sweet foods and drinks. There needs to be a commitment from students, assistance, and supervision from teachers or parents so that the food and drinks consumed by students are of high quality with balanced calories.
Evaluasi Pencatatan Tumbuh Kembang Balita Oleh Kader Posyandu Dalam Upaya Deteksi Stunting Sri Rahayu Rubyanto; Restu Ayu Eka Pustika Dewi; Lutfiana
WASATHON Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 02 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61902/wasathon.v1i02.624

Abstract

Permasalahan balita yang salah satunya karena keterlambatan pertumbuhan perkembangan balita dinamakan stunting, yang bukan satu-satunya permasalahan pada balita tetapi keterlambatan tumbuh kembang anak merupakan faktor pencetus kejadian stunting. Dengan permasalahan tersebut perlu dilakukan evaluasi bagaimana pencatatan yang dilakukan di posyandu dengan aplikasi. Pada pengabdian masyarakat ini kami melakukan survey dengan melihat langsung penggunaan aplikasi tersebut dan membetulkan bila kader melakukan kesalahan dalam prakteknya. Kader kesehatan posyandu desa Darupono Kaliwungu berjumlah 20 orang. Hasil yang didapatkan 60 % kader terlihat sudah pandai dalam aplikasi pencatatan tumbuh kembang balita dan 40 % belum menguasai aplikasi. Dari keputusan disepakati bahwa untuk kader yang belum paham diberi tugas lain sehingga disimpulkan bahwa kader posyandu telah terbagi tugasnya masing-masing dan terpantau pertumbuhan perkembangan balitanya.