Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbandingan Pemasaran Bahan Olahan Karet Melalui Pasar Lelang dan Non Pasar Lelang di Kelurahan Karang Jaya Kecamatan Prabumulih Timur Karen Prajanastasia; Laila Husin; Dessy Adriani
Agripita: Jurnal Agribisnis dan Pembangunan Pertanian Vol 5 No 1 (2021): JURNAL AGRIPITA
Publisher : Agribusiness Study Program, Universitas Sriwijaya in Collaboration with Indonesian Society of Agricultural Economics (PERHEPI/ISAE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/agripita.v5i1.67

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan saluran pemasaran bahan olahan karet melalui pasar lelang dan non lelang di Desa Karang Jaya Kecamatan Prabumulih Timur, (2) Mendeskripsikan dan menganalisis struktur pasar pemasaran bahan olahan karet melalui pasar lelang dan non lelang, (3) Menganalisis margin dan efisiensi pemasaran bahan olahan karet untuk pasar lelang dan non lelang. Penelitian ini dilakukan di Desa Karang Jaya, Kecamatan Prabumulih Timur. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode acak berimbang dengan 43 petani sebagai responden, 27 petani untuk pasar lelang dan 16 petani untuk pasar non lelang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua saluran pemasaran karet yang terjadi di Desa Karang Jaya yaitu Saluran 1 (Petani - KUD - Pabrik Karet) dan Saluran II (Petani - Pedagang Pengumpul – Karet Pabrik). Struktur pasar di Kelurahan Karang Jaya untuk tingkat pasar lelang adalah pasar persaingan sempurna, pada tingkat pedagang pengumpul adalah oligopsoni konsentrasi tinggi pasar dan di tingkat pabrik karet adalah pasar monopsoni. Pemasaran rata-rata saluran di Desa Karang Jaya memiliki margin pemasaran sebesar Rp. 975,00 untuk setiap kilogram bahan karet olahan dijual. Rata-rata bagian petani dalam saluran pemasaran karet memiliki persentase di atas 50% dan nilai efisiensi pemasaran ≥ 50 persen, yaitu berarti pemasaran bahan olahan karet di Desa Karang Jaya cukup efisien.
PROBLEMATIKA KONVERSI LAHAN DILIHAT DARI PERSPEKTIF MONETISASI PEDESAAN DI DESA RANTAU KADAM KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA Rapika Salli; Fachrurrozie Sjarkowi; Laila Husin
Agripita: Jurnal Agribisnis dan Pembangunan Pertanian Vol 3 No 1 (2019): JURNAL AGRIPITA
Publisher : Agribusiness Study Program, Universitas Sriwijaya in Collaboration with Indonesian Society of Agricultural Economics (PERHEPI/ISAE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah 1. a) Mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang melatarbelakangi keputusan petani untuk menjual sebagian lahannya kepada investor (agribisnis tebu) dan alasan tidak melakukan alih fungsi lahan sisa yang tidak dijual untuk budidaya tebu sebagai investor lakukan. b) Menghitung rasio NHAL atau LEV (Land Expected Value) terhadap nilai jual tanah yang diterima pemilik tanah; NHAL /NHJ. 2. a) Menganalisis dampak positif atau negatif dari transaksi jual beli tanah kepada investor dengan melihat penggunaan uang untuk kegiatan produktif dan konsumtif serta perbandingan posisinya. b) Mengetahui berbagai jenis proses monetisasi desa yang terjadi dengan tambahan dana segar dari hasil penjualan tanah untuk keluarga pemilik tanah. Penelitian ini dilakukan di Desa Rantau Kadam, Kabupaten Musi Rawas Utara. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan mengambil sampel sebanyak 60 petani, dengan 30 sampel petani yang menjual tanah dan 30 sampel petani yang tidak menjual tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi yang berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk mengkonversi lahan adalah umur dan pendapatan, sedangkan jumlah tanggungan, lama pendidikan dan pengalaman bertani berpengaruh negatif terhadap keputusan petani untuk melakukan konversi lahan. NHAL /LEV (Nilai Harapan Tanah) lebih besar dari nilai jual tanah (NHJ) dengan rata-rata NHAL /LEV pada tingkat bunga 6 persen sebesar Rp108.233.697 per hektar dan pada tingkat bunga 12% sebesar Rp. 91.598.795 per hektar, sedangkan nilai jual tanah (NHJ) yang diterima petani sebesar Rp. 20.000.000. Penggunaan uang untuk kegiatan konsumsi lebih besar daripada penggunaan uang untuk kegiatan produktif. Penggunaan uang untuk kegiatan konsumsi sebesar 70 persen sedangkan untuk kegiatan produktif sebesar 20 persen dan 10 persen digunakan untuk kegiatan produktif dan kegiatan konsumtif. Berbagai proses monetisasi desa yang terjadi dengan konversi lahan terlihat dengan meningkatnya sumber pendapatan petani dan meningkatnya transaksi ekonomi di desa. Dalam penelitian ini proses monetisasi belum berjalan dengan baik, karena dari penjualan tanah yang digunakan untuk kegiatan konsumtif yang berdampak negatif terhadap monetisasi Desa.