p-Index From 2020 - 2025
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Teknik ITS
Daniel Mohammad Rosyid
Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Risiko Keruntuhan Jacket Wellhead Tripod Platform Pasca Subsidence Anggi Aulia; Handayanu Handayanu; Daniel Mohammad Rosyid; Daniel Mohammad Rosyid
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.110422

Abstract

Selain terjadi di kota-kota besar, subsidence juga bisa terjadi di sekitar daerah eksploitasi minyak dan gas bumi baik onshore maupun offshore. Indikasi penurunan tanah dapat dilihat dari terjadinya penurunan anjungan lower deck yang semakin tenggelam secara fisik. Terjadinya subsidence dapat menyebabkan kegagalan struktur. Apabila terjadi kegagalan, struktur dapat mengalami berbagai kemungkinan konsekuensi yang bisa menimbulkan bahaya hingga kerugian. Mengingat konsekuensi dan kerugian yang mungkin terjadi, maka perlu dilakukan analisis risiko pada struktur dengan variasi kedalaman subsidence hingga struktur mengalami keruntuhan. Analisis keruntuhan dilakukan dengan meningkatkan beban lingkungan kondisi badai secara bertahap hingga struktur mengalami keruntuhan karena terbentuknya member plastis. Member plastis akan digunakan dalam analisis keandalan, dimana peluang kegagalan member dihitung dengan simulasi Monte Carlo dengan menggunakan Random Number Generator (RNG). Kemudian, keandalan sistem dihitung menggunakan Reliability Block Diagram (RBD) yang selanjutnya digunakan dalam analisis risiko. Kedalaman maksimum subsidence yang diizinkan agar struktur masih layak beroperasi sesuai API RP 2A WSD 21st edition adalah sebesar 5.2 meter dengan Reserve Strength Ratio (RSR) terkecil yakni 1.85. Analisis keandalan dilakukan untuk kondisi non subsidence hinga kondisi subsidence 5.2 meter dengan keandalan sistem terkecil sebesar 0.436 dan Probability of Failure (PoF) sebesar 0.564. Berdasarkan matriks risiko, diperoleh hasil bahwa struktur untuk kondisi non-subsidence dan subsidence konsekuensi safety berada di area kuning yang berarti medium risk merupakan daerah as low as reasonably practicable (ALARP), sedangkan untuk konsekuensi environment dan business berada di area merah yang berarti high risk.
Risk Assessment pada Jaringan Pipa Bawah Laut di PT. XYZ (Studi Kasus: 32” MGL-NGLB CILAMAYA) Jack Otniel Sinay; Daniel Mohammad Rosyid; Muhammad Zikra
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.110478

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi risiko penyebab kebocoran pada offshore pipeline 32” MGL-NGLB Cilamaya milik PT. XYZ pada segmen pipa yang terletak di dasar laut NGLB-Cilamaya-03. Berdasarkan data lapangan, daerah ini merupakan daerah yang tinggi akan risiko kebocoran. Adapun penelitian ini menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA). Berdasarkan analisis menggunakan fish bone didapatkan 29 risiko penyebab kebocoran Pipa Bawah Laut 32” MGL-NGLB Cilamaya milik PT. XYZ. Hasil dari fault tree analysist didapatkan bahwa probability untuk main event kebocoran pipa bawah laut karena factor external forces sebesar 0,176, dan untuk kebocoran pipa bawah laut karena faktor rupture sebesar 0,078. Probability of top event yaitu kebocoran pipa bawah laut sebesar 0,254. Dari hasil pemetaan risk ranking setiap risiko ke dalam matriks risiko, didapatkan 3 risiko yang masuk ke dalam kategori high risk, yaitu dragged anchor dengan risk ranking 16, Kegagalan external corrosion dengan risk ranking 16, dan peralatan maintenance yang buruk dengan risk ranking 16. Berdasarkan analisis risk reducing potensi bahaya dominan yang telah dilakukan. Peneliti menemukan bahwa mitigasi yang dilakukan dapat mengurangi tingkat risiko tinggi yang terjadi, dimana tingkat risiko dari ketiga risiko domininan turun menjadi 4 (low risk).