Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN MENGELOLA KOMPETENSI PERSONAL DI SMK NEGERI 1 KUDUS Veristika, Nela; Muhsin, Muhsin-; Prishardoyo, Bambang
Economic Education Analysis Journal Vol 1 No 1 (2012): Economic Education Analysis Journal
Publisher : Department of Economics Education, Faculty of Economics, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peran aktif siswa pada pembelajaran adalah hal yang penting agar hasil belajar tercapai dengan optimal. Dari data awal yang diperoleh menunjukkan bahwa di kelas X Pemasaran 3  ada 20 siswa (56%) dari 36 siswa yang belum tuntas pada nilai menerapkan prinsip profesional kerja.  Dari hasil observasi yang dilakukan dalam pembelajaran menerapkan prinsip profesional kerja di SMK Negeri 1 Kudus hasil tersebut belum optimal karena perhatian siswa kurang, partisipasi anak kurang menyeluruh, saat pembelajaran berlangsung guru masih menggunakan model konvensional (ceramah) dimana pembelajaran didominasi oleh guru sehingga siswa tidak tertarik. Hal ini menyebabkan keaktifan siswa kurang dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Dengan adanya kondisi tersebut guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa terlibat aktif dalam proses belajar-mengajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hasil baik pada siklus I, siklus II maupun siklus III terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa meningkat yaitu dari data awal yaitu sebesar 71 menjadi 74 pada siklus I, 75 pada siklus II dan 82 pada siklus III.  Sedangkan untuk ketuntasan klasikal mengalami peningkatan dari data awal sebesar 44% menjadi 59% pada siklus I, 74% pada siklus II dan 88% pada siklus III. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah).The students active role in learning process is important in order to achieve optimal learning output. From beginning data which is gotten indicate that in the X grade of Marketing 3, there were 20 students (55%) of the 36 students who have failed in the value of applying the professional working principle. The results of the study of applying the professional working principle in the SMK Negeri 1 Kudus are not optimal because of lack of student attention, less participation of children, the conventional (speech) models which are used in the learning process and not interested that can make the less of students’ liveliness and low learning output. Furthermore, the teachers are expected to apply the appropriate learning methods in order to make the students become more active in teaching-learning process and the goal of the learning can be achieved. Good results in cycle I, cycle II and cycle III show that the average of students’ cognitive learning output increased from the initial score from an average of 71 to 74 early in the cycle I, 75 in the cycle II and 82 in cycle III. Whereas completeness of the classical 44% to 59% in cycle I, 74% in the cycle II and 88% in cycle III. Based on the results above it can be concluded that learning by applying the model Group Investigation (GI) better than just applying teachered learning center.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN MENGELOLA KOMPETENSI PERSONAL DI SMK NEGERI 1 KUDUS Veristika, Nela; Muhsin, Muhsin-; Prishardoyo, Bambang
Economic Education Analysis Journal Vol 1 No 1 (2012): Economic Education Analysis Journal
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peran aktif siswa pada pembelajaran adalah hal yang penting agar hasil belajar tercapai dengan optimal. Dari data awal yang diperoleh menunjukkan bahwa di kelas X Pemasaran 3  ada 20 siswa (56%) dari 36 siswa yang belum tuntas pada nilai menerapkan prinsip profesional kerja.  Dari hasil observasi yang dilakukan dalam pembelajaran menerapkan prinsip profesional kerja di SMK Negeri 1 Kudus hasil tersebut belum optimal karena perhatian siswa kurang, partisipasi anak kurang menyeluruh, saat pembelajaran berlangsung guru masih menggunakan model konvensional (ceramah) dimana pembelajaran didominasi oleh guru sehingga siswa tidak tertarik. Hal ini menyebabkan keaktifan siswa kurang dan berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Dengan adanya kondisi tersebut guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa terlibat aktif dalam proses belajar-mengajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hasil baik pada siklus I, siklus II maupun siklus III terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa meningkat yaitu dari data awal yaitu sebesar 71 menjadi 74 pada siklus I, 75 pada siklus II dan 82 pada siklus III.  Sedangkan untuk ketuntasan klasikal mengalami peningkatan dari data awal sebesar 44% menjadi 59% pada siklus I, 74% pada siklus II dan 88% pada siklus III. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah).The students active role in learning process is important in order to achieve optimal learning output. From beginning data which is gotten indicate that in the X grade of Marketing 3, there were 20 students (55%) of the 36 students who have failed in the value of applying the professional working principle. The results of the study of applying the professional working principle in the SMK Negeri 1 Kudus are not optimal because of lack of student attention, less participation of children, the conventional (speech) models which are used in the learning process and not interested that can make the less of students’ liveliness and low learning output. Furthermore, the teachers are expected to apply the appropriate learning methods in order to make the students become more active in teaching-learning process and the goal of the learning can be achieved. Good results in cycle I, cycle II and cycle III show that the average of students’ cognitive learning output increased from the initial score from an average of 71 to 74 early in the cycle I, 75 in the cycle II and 82 in cycle III. Whereas completeness of the classical 44% to 59% in cycle I, 74% in the cycle II and 88% in cycle III. Based on the results above it can be concluded that learning by applying the model Group Investigation (GI) better than just applying teachered learning center.
ANALISIS IMPLIKASI KONSEP AMONG DAN PENDIDIKAN HUMANIS KI HAJAR DEWANTARA DI SD NEGERI PURWOREJO Prasetio, Kukuh Adi; Cahyaningrum, Dewi Nur; Veristika, Nela; Suasfifik, Dwi Ana; Soedjono, Soedjono
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 3 (2024): Vol. 7 No. 3 (2024): Volume 7 No 3 Tahun 2024 (Special Issue)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i3.30374

Abstract

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bertujuan untuk menuntun segala kodrat pada anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Namun pada kenyataannya masih banyak satuan pendidikan yang berfokus pada hasil akademis dan prestasi dan mengesampingkan kodrat anak dimana anak mempunyai keunikan masing-masing. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan sistem among dan pendidikan humanis di satuan pendidikan secara konsisten dan komprehensif. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi. Dari penelitian di SD Negeri Purworejo didapatkan bahwa dengan penerapan sistem among dan pendidikan humanis, guru dapat membangun hubungan yang harmonis dengan siswa dan mendidik dengan kasih sayang, lebih mendekatkan diri dengan siswa dan memberikan perhatian secara penuh. Guru dapat menciptakan lingkungan yang kondusif dan memberikan kebebasan berekspresi dan berpendapat.