Tanaman padi wakawondu merupakan tanaman pangan lokal unggulan masyarakat Buton khususnya Desa Lawele, Kecamatan Lasalimu. Budidaya padi lokal wakawondu sudah jarang dilakukan di lahan kering karena rendahnya hasil produksi sebagai akibat menurunnya kesuburan tanah. Penyebab menurunnya kesuburan tanah adalah adanya aktivitas pertambangan aspal yang terjadi daerah tersebut. Degradasi lahan tidak dapat dihindari sehingga ketersediaan hara tanah pada daearah tambang aspal menjadi rendah. Pemupukan menggunakan bahan organik sangat perlu dilakukan guna memperbaiki kondisi hara pada lahan tambang aspal untuk budidaya padi wakawondu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pupuk hilado (hijau lamtoro dan dolomit) dalam merevitalisasi lahan tambang aspal untuk pertumbuhan padi wakawondu. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lawele Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Waktu penelitian pada bulan Juni-September 2025. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang dilakukan dengan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga terdapat 12 unit percobaan. Taraf dosis yang digunakan yaitu P0 = tanpa perlakuan (kontrol), P1 (Dosis 25% pupuk hilado), P2 (Dosis 50% pupuk hilado), dan P3 (Dosis 75% pupuk hilado). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi dosis pupuk hilado tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pH tanah (7) namun memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 79.73, jumlah anakan 41.44, dan indeks kehijauan daun 3.83. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan P2 (dosis 50% pupuk hilado) untuk semua variabel pengamatan. Hal ini diduga dosis 50% mampu mensuplai ketersedian hara bagi tanaman. Wakawondu rice is one of the best food crops of the Buton community, particularly in Lawele Village, Lasalimu District. Its cultivation is rarely carried out on dry land due to low production yields as a result of declining soil fertility. The cause of this decline is the asphalt mining activities that occur in this area. Land degradation cannot be avoided, so the availability of soil nutrients in asphalt mining is low. Organic fertilization is therefore critical to restore soil productivity in this wakawondu cultivation area. This study aims to determine the role of Hilado fertilizer in revitalizing the asphalt mining land for wakawondu rice growth. This study was conducted in Lawele Village, Lasalimu District, Buton Regency. The research period was June to September 2025. This study used a Randomized Block Design (RBD) method, which was carried out with 4 treatments with 3 replications, so that there were 12 experimental units. The dosage levels used were P0 = no treatment (control), P1 (25% dose of Hilado fertilizer), P2 (50% dose of Hilado fertilizer), and P3 (75% dose of Hilado fertilizer). The result of the study showed that the application of Hilado fertilizer doses did not have a significant effect on soil pH (7) but had a significant effect on plant height 79.73, number of tillers 41.44, and leaf greenness index 3.83. The best treatment was in the P2 (50% dose of Hilado fertilizer) for all observation variables. It is hypothesized that the 50% application rate provides sufficient availability to support plant growth.