Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KOMPARASI ERGONOMI RUANG WUDHU MASJID JAMI’ AL-KARIM PESANGGRAHAN DAN MASJID ASH SHAFF EMERALD BINTARO Toriq Aziz Kurniawan; Andjar Widajanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1122.605 KB)

Abstract

ABSTRAKKewajiban utama seorang muslim adalah untuk menjalankan sholat lima waktu dalam sehari. Salah satu syarat sahnya sholat yaitu dengan diwajibkannya untuk mensucikan diri terlebih dahulu dengan cara berwudhu. Berwudhu bisa dilakukan kapanpun, tidak hanya di saat sebelum sholat, namun bisa juga ketika sedang berhadats kecil. Berwudhu dapat dilakukan dengan cara berdiri ataupun duduk. Penelitian dilakukan di Masjid Jami’ Al-Karim Pesanggrahan dan Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro pada ruang wudhu yang memiliki ruang wudhu duduk dan berdiri, dengan tujuan untuk mengkomparasikan kedua ruang wudhu dengan mengukur tingkat ergonomi ruang wudhu dan dengan standar yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi. Pengolahan data observasi menggunakan matriks observasi, kemudian hasil observasi menggunakan interval main score. Hasil Observasi ruang wudhu Masjid Jami’ Al-Karim Pesanggrahan dan Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro menunjukkan 5 dari 7 faktor ergonomi sudah memenuhi standar dan sisanya belum memenuhi standar. Faktor-faktor dalam ruang wudhu yang belum memenuhi standar adalah penyelesaian interior pada ruang wudhu berdiri dan duduk. Sedangkan sisanya seperti sirkulasi vertikal, material, pencahayaan, penghawaan, dan sirkulasi horizontal sudah memenuhi standar. Kriteria yang belum memenuhi standar pada kedua ruang wudhu pada kedua masjid ini sama-sama 3 kriteria. Namun bedanya pada Masjid Al-Karim pada kriteria tinggi keran (duduk), tinggi keran (berdiri) dan lebar dudukan pada ruang wudhu duduk, sedangkan pada Masjid Ash Shaff belum memenuhi standar pada kriteria jarak antar keran (berdiri), jarak antar keran (duduk) dan jarak antar dudukan.Namun setelah diolah menggunakan metode interval maka Masjid Al-Karim Pesanggrahan memperoleh nilai rata-rata 2.08 (Baik) dan Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro memperoleh nilai rata- rata 2.43 (Sangat Baik).Kata Kunci : masjid, ruang wudhu, ergonomi  ABSTRACTThe main duty of a Muslim is to perform the five daily prayers a day. One of the requirements of the validation of prayer is by obligated to purify themselves first by means of ablution. Ablution can be done anytime, not only at the time before the prayer, but can also when it is small hadats. Ablution can be done by standing or sitting. The study was conducted at Jami 'Al-Karim Pesanggrahan and Ash Shaff Emerald Bintaro Mosque in ablution room which has wudhu sitting and standing room, in order to compile the two ablution rooms by measuring the level of ergonomics of ablution room and with the existing standard. Data collection is done by observation. Observation data processing using observation matrix, then the result of observation using main score interval. The results of observation of ablution room of Jami 'Al-Karim Pesanggrahan Mosque and Ash Shaff Emerald Bintaro Mosque shows 5 of 7 ergonomic factors have met the standard and the rest have not met the standard. Factors in the ablution room that have not met the standard is the completion of the interior in the ablution room standing and sitting. While the rest such as vertical circulation, material, lighting, penghawaan, and horizontal circulation already meets the standards. Criteria that do not meet the standards in both ablution room in both mosques are equally 3 criteria. The difference between the faucet (sitting), the tap height (standing) and the width of the seat in the ablution room, while in the Ash Shaff Mosque has not met the standard on the criteria of the distance between the taps (standing) And the distance between the holder. However, after being processed using the interval method, Al-Karim Pesanggrahan Mosque got an average value of 2.08 (Good) and Ash Shaff Emerald Bintaro Mosque got an average value of 2.43 (Very Good).Keyword: mosque, ablotion room, ergonomic
EVALUASI KONDISI RUANG KELAS BERDASARKAN PERILAKU ANAK KEBUTUHAN KHUSUS DOWN SYNDROME Studi Kasus: SKH YKDW 01 Kota Tangerang Rienita Novia Adzara; Andjar Widajanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.87 KB)

Abstract

ABSTRAKAnak down syndrome merupakan anak yang mengalami kelainan dalam proses pertumbuhannya cacat mental dan kelemahan fisik serta memiliki IQ yang relative rendah (IQ 25 - 70). Kelainan ini diakibatkan kromosom 21 dengan berjumlah 3 (pada anak normal berjumlah 2). Pada 17 tahun terakhir jumlah kelahiran anak down syndrome meningkat dengan perbandingan 1:700 dari kelahiran anak down syndrome. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih ada 300.000 kasus kelahiran anak down syndrome (3.75%). Hal ini menyebabkan kebutuhan untuk anak down syndrome juga penting, untuk mendapatkan pendidikan kebutuhan khusus.Tetapi anakdown syndrome mengalami hambatan dalam mendapatkan pendidikan sehingga perkembanganya semakin melambat.Pendidikan luar biasa untuk anak down syndrome adalah pendidikan untuk anak yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses belajar karena kelainan fisik, emosional, mental sosial dan memiliki potensi kecerdasan.Sehingga dibutuhkan sarana pendidikan yang layak dan memadai untuk anak berkebutuhan khusus. Namun pada saat ini, banyak sarana edukasi yang tidak mempunyai kelayakan dengan kualitas tinggi untuk anak berkebutuhan khusus down syndrome. Terutama pada sarana ruang kelas untuk anak down syndrome. Dimana ruang kelas sebagai wadah dari pengaruh perilaku yang ditunjukan anak kebutuhan khusus down syndrome.Kata Kunci : Down Syndrome, Angka Kelahiran, Pendidikan, Ruang Kelas, PerilakuABSTRACTDown syndrome children are children who have abnormalities in the growth process of a mental disability and physical weakness and has a relatively low IQ(IQ 25 - 70). The disorder is caused by chromosome 21 with numbering 3(in normal children amounts to 2).In the last 17 years the number of live with Down syndrome increases with the ratio of 1: 700 of the live of a child with Down syndrome.In Indonesia is estimated there are approximately 300,000 cases of birth of children with Down syndrome (3.75%).This led to the need for a child with Down syndrome are also important, especially for special needs education.Therapy Down syndrome children have problems in getting education.Special education for children with Down syndrome is education for students who have difficulty to learn process because of physical, emotional, mental, social, and have the potential intelligence. And so we need proper facilities and adequate education for children with special needs. At this time, many educational facilities which have no feasibility with high quality for special needs children with Down syndrome. Especially on the means classrooms for children with Down syndrome.Where the classroom as a place of influence behavior that indicated a special needs child with Down syndrome.Keywords : Down Syndrome, birth rate, Education, Classroom, Behaviour
EVALUASI FASILITAS PADA RUANG PUBLIK BAGI PENYANDANG DISABILITAS TUNA DAKSA (Studi Kasus: Stasiun Pondok ranji) Pristian Irvana Putra; Andjar Widajanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1203.67 KB) | DOI: 10.22441/vitruvian.2019.v8i3.003

Abstract

ABSTRAKStasiun kereta api sebagai salah satu fasilitas umum penunjang aktifitas yang diperuntukan sebagai seluruh golongan masyarakat.Kelayakan fasilitas umum yang sesuai dengan standart yang berlaku menjadi hal yang perlu diperhatikan ketika merancang suatu sarana fasilitas publik, terutama bagi penyandang disabilitas tuna daksa yang tentu memerlukan standart khusus agar dapat menggunakan maupun mengakses suatu fasilitas publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi fasilitas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas tuna daksa di Stasiun Pondok Ranji, sehingga nantinya dapat diketahui apakah fasilitas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas tuna daksa di Stasiun Pondok Ranji sudah sesuai atau belum sesuai dengan standart yang berlaku. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif berupa observasi langsung dilapangan yang nantinya diolah menggunakan metode perbandingan dengan mengacu pada standart yang berlaku. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas aksesibilitas bagi penyandang disabilitas tuna daksa di Stasiun Pondok Ranji belum sesuai dengan standart yang berlaku.Kata Kunci :   Tuna Daksa, Fasilitas Publik, Disabilitas, Stasiun ABSTRACTThe station as one of the public facilities supporting activities which is intended as a whole class of society. The feasibility of public facilities in accordance with applicable standards is something that needs to be considered when designing a public facility, especially for people with disabilities who certainly require special standards in order to use or accessing a public facility. The purpose of this study was to evaluate accessibility facilities for people with disabilities at Pondok Ranji Station, so that later it can be known whether the accessibility facilities for people with disabilities at Pondok Ranji Station are appropriate or not in accordance with the applicable standards. The method used in this research is using a qualitative method in the form of direct observation in the field which will be processed using a comparison method with reference to the applicable standard. The results obtained from this study can be concluded that the accessibility facilities for people with disabilities in Pondok Ranji Station are not in accordance with the applicable standards.Keyword: Disabilities, Public Facilities, Train Station
PERANCANGAN THE FOREST GARDEN HOTEL RESORT KUNINGAN DENGAN PENDEKATAN ECO-TECH ARCHITECTURE MOCH. JALALUDIN A’IZA; Rona Fika Jamila; Christy Vidiyanti; Andjar Widajanti
Jurnal Poster Pirata Syandana PERIODE 155 (DESEMBER 2022)
Publisher : Architecture Department, Engineering Faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat mengembangkan sector pariwisata. Dimana sektor tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan dan pada tahun 2019 sektor pariwisata ditargetkan menjadi penyumbang devisa terbesar. Kota Kuningan Jawa Barat merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki potensi wisata yang besar. Kota ini memiliki panorama keindahan alam yang dikelilingi danau, curug, wisata budaya dan sejarah. Suasana kota yang tenang,alam yang indah dan kebudayaan lokal menjadi daya tarik para wisatawan. Hutan kota (Eco forest) milik Puspita Group merupakan hutan kota yang teletak ditengah kota kuningan. Kawasan Eco forest ini akan dikembangkan menjadi Kawasan perhotelan untuk mendukung kemajuan sektor Pariwisata didaerah Kabupaten Kunigan. Dengan dibangunaya Kawasan resor hotel ini diharapkan dapat mensinergikan kegiatan wisata dan memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat Kuningan. Melalui pendekatan Eco-tech Architecture diharapkan desain hotel resor dapat selaras dan berkesinabungan dengan kondisi lingkungan alam dan ramah terhadap penggunaan energi. Sehingga kualitas lingkungan akan tetap terjaga.
Changes in the form of houses in the earthquake area Cihikeu village, Sarampad, Cigenang, Cianjur Widajanti, Andjar; Ramadhan, Juang Esa; Hasan, Raziq
SINERGI Vol 29, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/sinergi.2025.1.002

Abstract

Cihikeu Village, Sarampad Village, Cianjur Regency, is an earthquake area. From the initial survey of several residential houses in Cihikeu Village, several of the residential houses that experienced minor damage were buildings with stilt structures and woven bamboo/wood walls. Meanwhile, the houses that suffered heavy damage due to the earthquake were walled buildings. The change in the form of residential buildings in Cihikeu Village, Cianjur, which were originally structures on stilts to become permanent buildings with walls, raises the question: What factors were behind them making this change? This research uses qualitative methods, namely observation and interviews to determine changes in building shape and what factors influence these changes in shape. The results of the research resulted in changes in the shape of the building in Cihikeu Village, it experienced heavy damage caused by several things, namely: economic factors, maintenance factors and insight factors from the external environment. The impact of the earthquake where residents received assistance from certain foundations caused residents to add bathrooms, where currently residents use public bathrooms.
EVALUASI PURNA HUNI PASAR TRADISIONIL STUDI KASUS: PASAR ANYAR KOTA TANGERANG Widajanti, Andjar; Putra, Vincen Sari; Setiawan, Setiawan
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 14, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2024.v14i3.009

Abstract

Pasar Anyar merupakan pasar tradisional terbesar yang terletak di pusat kota Tangerang, memiliki luas lahan 24.680 m² dan berlantai tiga bangunan. Di lantai satu dan dua digunakan sebagai aktivitas jual beli berupa toko, kios, dan los. Sementara di lantai tiga digunakan untuk area olahraga indoor, masjid, dan ruang pengelola. Dari beberapa sumber termasuk dari PD Pasar Kota Tangerang, aktivitas jual beli di Pasar Anyar mengalami penyusutan tajam, banyak pedagang yang menutup kiosnya karena mengalami kebangkrutan, terjadinya kesemrawutan, tidak layak digunakan karena terjadi kebocoran kalau hujan dan becek di dalam bangunan pasar, sehingga dalam waktu dekat akan dilakukan revitalisasi. Dari latar belakang tersebut, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi kondisi bangunan yang semakin memprihatinkan sehingga Pasar Anyar yang menjadi legenda ini banyak mengalami kemunduran. Standarisasi pasar rakyat yaitu SNI Pasar Rakyat 8152:2015, menjadi rujukan dalam melakukan Evaluasi Purna Huni Pasar Anyar. Metode yang digunakan adalah dengan Evaluasi Teknikal, yaitu Observasi dengan membandingkan kondisi Purna Huni Pasar Anyar dengan Standar Nasional Indonesia Pasar Rakyat (SNI 8152:2015). Hasil Evaluasi Purna Huni Pasar Anyar Kota Tangerang adalah sebagai berikut: meskipun Kondisi Lokasi Pasar 100% sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, namun terjadi ketidaksesuaian yang sangat besar menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015 tentang Kriteria Pasar Rakyat, yaitu: Tata Ruang Luar Pasar (100% tidak sesuai), Tata Ruang Dalam Pasar (66% tidak sesuai), Fasilitas Kelengkapan Pasar (76% tidak sesuai) serta Fasilitas Utilitas (85% tidak sesuai). Hal inilah yang menyebabkan Pasar Anyar dengan kondisi lokasi yang sangat baik ini banyak mengalami kemunduran.
Perencanaan Optimalisasi Ruang Hijau dengan Vertical Garden di Kampung Susun Kunir Indarwanto, Muji; Widajanti, Andjar; Nimpuno, Wibisono Bagus; Fitriani, Fitriani; Yuliani, Indri
Jurnal Pengabdian Pelitabangsa Vol. 6 No. 02 (2025): Jurnal Pengabdian Pelitabangsa - Oktober 2025
Publisher : DPPM Universitas Pelita Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37366/jabmas.v6i02.6390

Abstract

Kampung Susun Kunir, sebuah kawasan padat penduduk di Jakarta Utara, menghadapi permasalahan lingkungan akibat keterbatasan ruang hijau. Kepadatan bangunan dan minimnya lahan terbuka menyebabkan penurunan kualitas udara, meningkatnya suhu mikroklimat, serta berkurangnya kenyamanan hunian. Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengoptimalkan ruang hijau melalui penerapan konsep vertical garden sebagai solusi penghijauan yang adaptif terhadap keterbatasan lahan. Kegiatan dilakukan melalui tahapan survei lokasi strategis, perencanaan desain vertical garden, hingga penyusunan usulan implementasi bersama masyarakat. Peran aktif warga dan mitra lokal, khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, menjadi bagian penting dalam keberhasilan program. Hasil kegiatan berupa dokumen usulan desain vertical garden yang dapat direalisasikan pada area fasad bangunan dan ruang semi terbuka, serta peningkatan kapasitas masyarakat dalam memahami dan merawat elemen hijau tersebut. Program ini juga relevan dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan mendukung Indikator Kinerja Utama (IKU) 5 dalam bentuk karya dosen yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Diharapkan, model pemberdayaan lingkungan ini dapat direplikasi di kawasan urban lain yang menghadapi tantangan serupa.