This Author published in this journals
All Journal JURNAL ENGGANO
Eko Nofridiansyah, Eko
Marine Science Study Program, University Of Bengkulu

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STUDI IDENTIFIKASI KERUSAKAN WILAYAH PESISIR DI KOTA BENGKULU Zamdial Zamdial; Dede Hartono; Deddy Bakhtiar; Eko Nofridiansyah
JURNAL ENGGANO Vol 3, No 1
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.419 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.3.1.65-80

Abstract

Kota Bengkulu adalah ibukota dari Provinsi Bengkulu yang mempunyai wilayah pesisir dengan panjang garis pantai hanya ± 17,22 km. Wilayah pesisir Kota Bengkulu memanjang dari Sungai Hitam di Kecamatan Muara Bangkahulu hingga Pulau Baai di Kecamatan Kampung Melayu. Kondisi wilayah pesisir Kota Bengkulu di beberapa tempat juga sudah mengalami degradasi, baik yang disebabkan oleh dinamika alam maupun karena pengaruh dari intervensi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi kerusakan yang terjadi disepanjang wilayah pesisir Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu dan memetakan lokasi wilayah pesisir yang mengalamai kerusakan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Kegiatan penelitian ini meliputi observasi lapang, wawancara dan pengambilan dokumentasi kerusakan yang terjadi sepanjang wilayah pesisir Kota Bengkulu. Analisis data untuk identifikasi kerusakan wilayah pesisir dilakukan secara statistik deskriptif. Hasil perhitungan Indeks Kerentanan Pantai (IKP), menunjukkan bahwa ada 14 lokasi kerusakan wilayah pesisir yang ditemukan di Kota Bengkulu, dengan nilai IKP secara berturut-turut yaitu Pantai Pondok Besi (8,9); Pantai Jembatan Sungai Bangkahulu (12,6); Pantai Pasar Bengkulu (12,6); Pantai Teluk Sepang (13,4); Pantai Sungai Hitam (17,9); Pantai Muara Sungai Bangkahulu (17,9); Pantai Jakat (17,9); Pantai Malabero (17,9); Pantai Sumur Melelh (17,9); Pantai Samudera Ujung (19,0); Pantai Panjang (19,6); Pantai Sumber Jaya (26,8); Muara Lempuing (28,3) dan pantai Pasir Putih (34,6). Secara umum wilayah pesisir Kota Bengkulu sudah mengalami degradasi. Kerusakan wilayah pesisir paling parah ditunjukkan dengan Nilai IKP terbesar yaitu Pantai Pasir Putih (34,6) dan kerusakan yang paling ringan dijumpai di Pantai Pondok Besi dengan Nilai IKP 8,9.  Kerusakan wilayah pesisir di Kota Bengkulu dikarenakan faktor-faktor berikut, yaitu alih fungsi lahan, abrasi, dan pencemaran.
ANALISIS DATA CITRA LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN GARIS PANTAI KOTA BENGKULU Silvy Syukhriani; Eko Nofridiansyah; Bambang Sulistyo
JURNAL ENGGANO Vol 2, No 1
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.122 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.2.1.90-100

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan garis pantai Kota Bengkulu dengan teknologi penginderaan jauh menggunakan data citra Landsat, berdasarkan data multi temporal dengan teknik analisa visual dan digital antara tahun 2006 sampai tahun 2015. Garis pantai adalah batas antara daratan dan lautan yang mempunyai bentuk bervariasi dan dapat berubah dari musim ke musim. Tujuan dari penelitian ini untuk mempermudah dalam memantau perubahan garis pantai Kota Bengkulu dengan teknologi penginderaan jauh menggunakan data citra Landsat-TM, Landsat-7 ETM+ dan Landsat-8 OLI selama 10 tahun dari tahun 2006 sampai tahun 2015. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan digitasi dan tumpang susun (overlay) data citra sehingga diperoleh data perubahan garis pantai, serta pengamatan lapangan sebagai verifikasi hasil. Dari penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata luas perubahan garis pantai Kota Bengkulu mengalami abrasi sebesar 19,41 hektar/tahun dan rata-rata luas perubahan garis pantai Kota Bengkulu yang mengalami sedimentasi sebesar 18,7 hektar/tahun. Adapun daerah yang mengalami perubahan garis pantai setiap tahunnya yaitu Muara Sungai Hitam, Muara Kualo, Muara Sungai Jenggalu dan Pelabuhan Pulau Baai. Perubahan Garis Pantai Kota Bengkulu dapat terjadi karena adanya faktor alamiah dan faktor manusia (Antropogenik).
STUDI IDENTIFIKASI KERUSAKAN WILAYAH PESISIR DI KABUPATEN BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU Zamdial Zamdial; Dede Hartono; Deddy Bakhtiar; Eko Nofridiansyah; Person Pesona Renta; Ali Muqsit; Ari Anggoro
JURNAL ENGGANO Special Issue SEMINAR NASIONAL VIRTUAL
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jenggano.5.3.510-528

Abstract

Kabupaten Bengkulu Utara merupakan satu dari 7 kabupaten/kota  di Provinsi Bengkulu yang terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera. Wilayah pesisir Kabupaten Bengkulu Utara berada pada garis pantai sepanjang ± 115,9 km. Perubahan iklim yang mendorong naiknya permukaan air laut, bencana alam dan aktivitas manusia memberi dampak kerusakan terhadap kondisi wilayah pesisir yang semakin cepat dan kritis. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi kerusakan wilayah pesisir berdasarkan analisis kerentanan di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Kegiatan penelitian yang meliputi observasi lapang,  wawancara, pengolahan dan analisis data, serta  verifikasi hasil penelitian, dilakukan selama 15 hari. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Kerusakan wilayah pesisir yang diukur dari indeks kerentanan, dihitung menggunakan Rumus IKP (Indeks Kerentanan Pantai). Sepanjang wilayah pesisir Kabupaten Bengkulu Utara, terdapat 22 lokasi yang sudah menunjukkan gejala kerusakan dan dan sudah mengalami kerusakan. Serangai merupakan lokasi dengan IKP tertinggi (wilayah merah), yaitu 67,1 dan 75,0. Ada 8 lokasi yang IKP rendah, 11 lokasi IKP sedang, dan  3 lokasi IKP tinggi. Secara umum, kondisi wilayah pesisir Kabupaten Bengkulu Utara sudah mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan adalah degradasi hutan pantai, abrasi dan longsor, pertambangan-Galian C, alih fungsi hutan pantai, pemukiman, kerusakan muara sungai, pendulang emas tradisional, galian tanah untuk industri batu bata, pertambakan, sedimentasi/akresi, intrusi air laut, dan alur pelabuhan.North Bengkulu Regency is one of 7 regencies / cities in Bengkulu Province which is located on the West Coast of Sumatra Island. The coastal area of North Bengkulu Regency is located on the coastline along ± 115.9 km. Climate change, which has led to rising sea levels, natural disasters and human activities, has had an increasingly rapid and critical impact on coastal conditions. The research objective was to identify damage of coastal areas based on a vulnerability analysis in North Bengkulu Regency, Bengkulu Province. This research was conducted using a survey method. Research activities which include field observations, interviews, data processing and analysis, and verification of research results, were carried out for 15 days. Data analysis was carried out descriptively. Damage of coastal areas measured from the vulnerability index is calculated using the CVI formula (Coastal Vulnerability Index). Along the coastal area of North Bengkulu Regency, there are 22 locations that have shown signs of damage and have already suffered damage. Serangai is the location with the highest CVI (red area), namely 67.1 and 75.0. There are 8 locations with low CVI, 11 locations with medium CVI, and 3 location with high CVI. In general, the condition of the coastal area of North Bengkulu Regency has been damaged. The causes of damage are degradation of coastal forests, abrasion and landslides, mining-C excavation, conversion of coastal forests, settlements, damage to river estuaries, traditional gold panning, excavation for the brick industry, aquaculture, sedimentation / accretion, sea water intrusion, and channels port.
ANALISA KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PAYANG (SEINE NET) MENGGUNAKAN ALAT BANTU RUMPON DI PANTAI MALABERO KOTA BENGKULU Rusdi Andika Amry; Person Pesona Renta; Eko Nofridiansyah
JURNAL ENGGANO Vol 2, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.191 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.2.2.129-142

Abstract

Penelitian analisa kelayakan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap payang (Seine Net) Menggunakan alat bantu rumpon di Pantai malabero kota Bengkulu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat kelayakan usaha penangkapan dengan alat tangkap payang (Seine Net). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data (observasi, wawancara, dokumentasi) dan metode analisis data (Analisis aspek teknis dan analisis aspek finansial). Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan acuan bagi pihak-pihak yang akan mengembangkan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap payang di pantai Malabero khususnya dan di Kota Bengkulu umumnya. Hasil analisis finansial usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap Payang di Pantai Malabero Kota Bengkulu adalah Nilai NPV  0 (Rp 147.448.741-), Net B/C ratio 1 (3,2), IRR  19,25% (35,48%) dan PP  10 tahun (1,0 tahun), maka usaha penangkapan ikan menggunakan alat tangkap payang di Pantai Malabero Kota Bengkulu layak untuk dikembangkan secara finansial.
STUDI PENGOLAHAN TERIPANG KERING Nurlaila Ervina Herliany; Eko Nofridiansyah; Bayu Sasongko
JURNAL ENGGANO Vol 1, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.032 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.1.2.11-19

Abstract

Teripang merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi dan telah digunakan sejak lama sebagai obat-obatan alami. Di pasar dunia, umumnya teripang dipasarkan dalam bentuk kering. Indonesia merupakan negara pengekspor teripang terbesar di dunia. Tetapi, nilai jualnya lebih rendah dibanding negara lain karena mutu yang rendah sebagai hasil proses pengolahan yang kurang baik. Untuk itu, perlu dilakukan studi mengenai proses pengolahan teripang kering. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari proses pengolahan teripang kering serta menentukan mutu teripang kering yang dihasilkan. Teripang segar yang digunakan adalah jenis teripang pasir (Holothuria scabra). Proses pengolahan mengacu pada metode Sasongko (2015) yang dimodifikasi. Teripang kering yang dihasilkan dianalisis proksimat (kadar air, abu dan protein) dan hasilnya dibandingkan dengan SNI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teripang kering memiliki kualitas yang bagus, dilihat dari kenampakan visual dan kandungan proksimatnya. Kadar air teripang kering 7,3%; kadar abu 9,8% dan kadar protein 79,59% dengan tekstur yang keras seperti batu dan warna hitam merata.
STUDI IDENTIFIKASI KERUSAKAN WILAYAH PESISIR DI KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Zamdial Zamdial; Dede Hartono; Deddy Bakhtiar; Eko Nofridiansyah
JURNAL ENGGANO Vol 2, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.246 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.2.2.196-207

Abstract

Kabupaten Mukomuko berada di Provinsi Bengkulu yang mempunyai wilayah pesisir dengan panjang garis pantai ± 98, 218 km. Dinamika alam yang terjadi pada beberapa tahun terakhir, seperti halnya perubahan iklim dan tekanan dari manusia yang makin parah memberi dampak yang nyata terhadap kondisi wilayah pesisir. Fenomena yang dijumpai adalah terjadinya kerusakan diwilayah pesisir yang semakin cepat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi kerusakan yang terjadi disepanjang wilayah pesisir Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu dan memetakan lokasi wialayah pesisir yang sudah rusak. Penelitian ini dilakukan selama 15 hari pada bulan Oktober 2014. Penelitian dilakukan dengan metode survei yang meliputi kegiatan observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi kondisi kerusakan wilayah pesisir. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Untuk mengindentifikasi kerusakan wilayah pesisir digunakan analisis Indeks Kerentanan Pantai (IKP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 lokasi kerusakan wilayah pesisir di Kabupaten Mukomuko dengan IKP secara berturut-turut yaitu Pantai Air Hitam-TWA (IKP=12), Pantai Air Rami (IKP=13,9), Rawa Bangun (IKP=14,7), Pantai Retak Ilir (IKP=17), Hutan Suaka Alam Mukomuko (IKP=19,6), Pantai Desa Air Dikit (IKP=19,6), Desa Pasar Bantal (IKP=24), Pantai Desa Air Buluh (IKP=22,6), dan Pantai Pasar Ipuh (IKP=55,1). Nilai IKP yang tertinggi adalah 55,1 dan yang terendah adalah 12. Wilayah pesisir Kabupaten Mukomuko secara umum sudah mengalami degradasi. Penyebab degradasi antara lain adalah rusaknya hutan pantai, alih fungsi lahan, abrasi, perubahan morfologi pantai dan pembangunan fisik.