Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH SETTING FISIK LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) BERDASARKAN KARAKTERISTIK TERMAL DI KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR Yoseph Thobias Pareira; Yohanes Pieter Pedor Parera; Cornelia Hildegardis
JAMBURA Journal of Architecture Vol 5, No 1 (2023): JJoA : Juni 2023
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjoa.v5i1.19163

Abstract

Penelitian dilakukan di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang memiliki angka kasus tertinggi kejadian DBD untuk seluruh wilayah Indonesia di tahun 2020. Dalam Penelitian ini, perbandingan antar wilayah dilakukan guna mengetahui perbedaan perlakuan terhadap faktor fisik yang berpeluang memicu munculnya kasus DBD. Berdasarkan data, terpilihlah tiga lokasi yang mewakili kejadian DBD dari yang tertinggi hingga terendah yakni Asrama Polisi Polres Sikka, Desa Hoder dan Desa Tuabao. Penelitian dilaksanakan dengan memanfaatkan alat ukur thermohygrometer, anemometer dan lux meter untuk menganalisa karateristik termal pada ketiga wilayah yang telah dipilih. Setting fisik lainnya berupa warna dinding, tinggi dan rendah bangunan, letak maupun jenis vegetasi yang terdapat di sekeliling bangunan adalah faktor lainnya yang dianggap sebagai pemicu hasil pengukuran yang didapat. Adapun hasil dari pengukuran menunjukan bahwa wilayah yang memiliki jarak antar rumah kurang dari 1 m, memiliki kecepatan angin rendah, kelembaban udara diatas 75% dan intensitas cahaya diantara 100-200 lux mampu memicu perkembangbiakan nyamuk bila dibandingkan dengan wilayah yang memiliki kerapatan hunian di atas 3-5 meter. Jarak dan letak bukaan serta kondisi bukaan merupakan faktor penyebab lainnya yang mampu memicu terjadinya kasus DBD dalam kurun waktu yang singkat.  Berdasarkan temuan ini, diharapkan mampu menjadi sebuah acuan dalam penerapan rumah sehat bebas DBD khususnya di wilayah Kabupaten Sikka.
Simulasi Pengaruh Setting Fisik Lingkungan terhadap Karakteristik Termal pada Wilayah Kejadian DBD di Maumere, Nusa Tenggara Timur Pareira, Yoseph Thobias; Parera, Yohanes Pieter Pedor; Hildegardis, Cornelia
Blend Sains Jurnal Teknik Vol. 3 No. 1 (2024): Edisi Juli
Publisher : Ilmu Bersama Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56211/blendsains.v3i1.570

Abstract

DBD merupakan penyakit endemik dan epidemik yang menyebar luas di beberapa daerah termasuk Indonesia. Kabupaten Sikka termasuk dalam kategori iklim kering tropis (savana) dan memiliki jumlah kasus tertinggi untuk kejadian DBD dalam 2 (dua) tahun terakhir. Peningkatan DBD pada beberapa kota di Indonesia dipengaruhi oleh lingkungan fisik, terutama terkait dengan pencahayaan pada lingkungan tersebut. Wilayah yang dingin, lembap dan kurang pencahayaan merupakan area yang disukai nyamuk dan dapat diatasi dengan desain pada bangunan yang mengutamakan pencahayaan dan aliran udara yang cukup. Metode dalam penelitian menggunakan metode kuantitatif. Pengamatan wilayah dilakukan berdasarkan pada tinggi rendahnya kasus yang terjadi selama beberapa tahun terakhir di Kabupaten Sikka. Hasil ukur di lapangan, simulasi andrewmarsh, dan climate consultan menunjukkan bahwa tinggi, letak dan jarak bangunan terhadap vegetasi sebagai naungan memberikan pengaruh terhadap pembayangan. Pembayangan yang terbentuk tanpa adanya pencahayaan dan aliran udara yang cukup akan memacu tingginya kelembapan udara yang terjadi, dan kelembapan udara secara signifikan terbukti berpengaruh terhadap penyebaran kasus DBD.
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMUKIMAN MEGALITIKUM DAN BUDAYA KUBUR BATU DI KAMPUNG NUABARI, DESA LENANDARETA, KECAMATAN PAGA, KABUPATEN SIKKA Parera, Yohanes Pieter Pedor; Boer, Alexius
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 8 No. 1 (2025): Volume 8 No. 1 Tahun 2025
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v8i1.42097

Abstract

Perkembangan teknologi berdampak luas dalam segala unsur kehidupan manusia, tak terkecuali pola pikir dan pandangan masyarakat. Dampak dari perkembangan teknologi juga menjangkau seluruh wilayah pemukiman masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Untuk wilayah perkotaan, modernisasi sudah menjadi pola hidup dan bagian dari masyarakat kota, sedangkan untuk wilayah pedesaan, modernisasi hanya merambah kepada aspek-aspek tertentu dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Tidak terkecuali pada wilayah pedesaan yang ada di Kawasan Nusa Tenggara Timur, khususnya di daratan Flores, Kabupaten Sikka. Kampung Nuabari merupakan salah satu wilayah pedesaan di kabupaten Sikka, yang juga dikenal sebagai kampung megalitik dengan budaya kubur batu. Budaya kubur batu juga merupakan salah satu budaya megalitik yang masih dipertahankan oleh masyarakat suku Lio, suku asli yang mendiami Kampung Nuabari. Pola pemukiman Kampung Nuabari juga masih mencerminkan pola tata ruang pemukiman megalitik dengan beberapa tipikal rumah tradisional dan peletakan area pelataran upacara. Namun, pengaruh modernisasi ini juga tidak terlepas dari kehidupan masyarakat di Kampung Megalitik Nuabari. Dampak ini terlihat pada penggunaan material dan bentuk modifikasi pada sebagian bangunan rumah tinggal masyarakat Nuabari. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran akan tejadinya proses pengikisan nilai-nilai filosofis sosial budaya yang seharusnya menjadi daya tarik dan warisan budaya megalitik pada pemukiman Kampung Nuabari.