Olivia Anggraeny, Olivia
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Asupan Sayur dan Buah dengan Variasi Warnanya pada Siswa SD Insan Permata Malang Rizkyana, Okky; Nugroho, Fajar Ari; Anggraeny, Olivia
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.42 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2017.004.01.2

Abstract

AbstrakCapaian konsumsi sayur dan buah masih menjadi masalah yang disoroti di Indonesia. Penyajian variasi warna sayur dan buah di sekolah yang memiliki fasilitas penyediaan makan pada anak merupakan salah satu cara untuk meningkatkan asupan sayur dan buah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan asupan sayur dan buah berdasarkan variasi warnanya pada siswa SD Insan Permata Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain pra experimental dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel 45 orang yang dibagi dalam 3 kelompok, masing–masing berjumlah 15 orang, setiap kelompok mendapatkan sayur dan buah satu warna, dua variasi warna, dan tiga variasi warna yang berbeda pada 6 hari yang tidak berurutan. Hasil berdasarkan uji statistik yang dilakukan pada setiap kelompok menunjukkan bahwa terdapat perbedaan asupan sayur pada penyajian satu warna (kembang kol) dan tiga variasi warna (wortel, brokoli, kembang kol) (p=0,036). Hasil berbeda ditemukan apabila dilakukan uji pada setiap perlakuan, tidak terdapat perbedaan asupan sayur (p=0,622) dan asupan buah (p=0,368) antar perlakuan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan asupan sayur dan buah pada penyajian satu warna, dua variasi warna, dan tiga variasi warna.Kata kunci: Asupan, Anak, Buah, Sayur, Warna AbstractVegetable and fruit consumption remains a highlighted issue in Indonesia. Presenting variations of vegetable and fruit colors in schools that have meal provision facilities is one way to increase vegetable and fruit intake. The purpose of this research is to know the difference of vegetable and fruit intake based on color variation on the students of Insan Permata Elementary School Malang. This research used pre experimental design with purposive sampling method. A sample size of 45 students was divided into 3 groups, each of which amounted to 15 students. Each group received one color of vegetable and fruit, two color variations, and three different color variations on 6 non-consecutive days. The statistical test results conducted on each group showed vegetable intake differences in one color presentation (cauliflower) and three color variations (carrot, broccoli, cauliflower) (p = 0.036). Different results were found when tests were conducted on each treatment, but there was no difference of vegetable intake (p=0.622) and fruit intake (p=0.368) between treatments. This research concludes that there is no difference of vegetable and fruit intake on one color presentation, two color variations, and three color variations.Keywords: intake, children, fruit, vegetables, color
Korelasi Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein, Imunitas, Hemoglobin, dan Nafsu Makan Tikus Wistar Jantan (The Correlation of Low Protein Diet Administration on Status of Protein, Immunity, Hemoglobin, and Appetite of Male Wistar Rats Rattus norvegicus) Anggraeny, Olivia; Dianovita, Chardina; Putri, Ekanti Nurina; Sastrina, Minarty; Dewi, Ratih Setya
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.46 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2016.003.02.6

Abstract

AbstrakKwashiorkor merupakan salah satu bentuk kekurangan energi protein (KEP) yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein. Kwashiorkor sering dihubungkan dengan adanya penyakit infeksi dan anemia. Tingkat kematian akibat kwashiorkor dapat mencapai 10-30 persen. Penanganan kasus kwashiorkor melalui intervensi bahan makanan harus dilakukan secara hati-hati karena terjadi penurunan imunitas. Perlu dilakukan uji kelayakan bahan makanan terlebih dulu pada hewan coba; tetapi karena di Indonesia belum ada diet standar untuk membuat model hewan coba kwashiorkor maka penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk membuat hewan coba kondisi kwashiorkor dengan mengetahui pengaruh pemberian diet rendah protein terhadap beberapa variabel yang merupakan indikator kondisi kwashiorkor. Metode yang digunakan adalah dengan pemberian diet rendah protein dengan berbagai konsentrasi (0%, 2%, 4%, dan 18% sebagai diet cukup protein) selama 2 dan 4 minggu. Albumin, IgG, leukosit, hemoglobin, dan leptin serta perubahan berat badan diukur sebagai indikator kondisi kwashiorkor. Analisis statistik menggunakan One-way ANOVA serta dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson menggunakan SPSS 16. Regresi linear digunakan untuk mengetahui tren dari perubahan tiap nilai variabel dengan berbagai pemberian kadar protein. Jumlah protein berkorelasi dengan kadar albumin (2 minggu dan 4 minggu) dan dengan kadar IgG (2 minggu) serta ada beda kadar albumin antara kelompok perlakuan 4 minggu (p=0,007, p<0,05). Masih terlalu dini untuk menggunakan diet rendah protein dalam penelitian ini sebagai standar diet untuk membuat tikus model dengan kondisi defisiensi protein yang kronik seperti pada kwashiorkor namun diet rendah protein (0%) selama 4 minggu dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas pemberian intervensi gizi tertentu terhadap perubahan kadar albumin.Kata kunci: kwashiorkor; diet rendah protein; albumin; IgG; leukosit; hemoglobin; leptin  AbstractKwashiorkor is one form of Protein Energy Malnutrition (PEM) caused by inadequate protein intake. Kwashiorkor is frequently related to the occurrence of infectious disease and anemia. Mortality rate caused by kwashiorkor ranges 10% to 30%. Otherwise, poor appetite in kwashiorkor is the differentiator from marasmus. Kwashiorkor case handling through particular food intervention should be done carefully because of impaired immunity in kwashiorkor patient. Therefore, it is necessary to examine the feasibility of those food on animal model, but in Indonesia there is no standard diet for animal model of kwashiorkor. This research aims to become a preliminary study to induce kwashiorkor state in animal model to determine the effect of low protein diet for some variables which are the indicators of kwashiorkor condition. The method used was the administration of low-protein diet with various concentrations (0%, 2%, 4%, and 18% as sufficient protein diet) for 2 and 4 weeks. Albumin, IgG, leukocytes, hemoglobin, and leptin and weight changes were measured as indicators of kwashiorkor condition. Statistical analysis was using One-way ANOVA and continued by Pearson correlation test using SPSS 16. Linear regression was used to determine the trend of changes in the value of each variable with a variety of protein content administrations. The amount of protein correlated with the albumin level (2 weeks and 4 weeks) and IgG level (2 weeks) and there were different levels of albumin among the 4 week treatment groups (p = 0.007, p <0.05). It is too early to use a low-protein diet in this study as the standard diet to make animal model of chronic protein deficiency condition as in kwashiorkor, but low protein diet (0%) for 4 weeks in this study can be used to determine the effectiveness of particular nutritional interventions on the changes in albumin levels.Keywords: kwashiorkor, low protein diet, albumin, IgG, leukocyte, hemoglobin, leptin
HUBUNGAN PENGETAHUAN PENGASUH TENTANG POSISI PEMBERIAN MAKAN DENGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN ANAK CEREBRAL PALSY DI YPAC MALANG Nugroho, Fajar Ari; Rolando, Median; Anggraeny, Olivia
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 1 (2017): MAJALAH KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.524 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2017.004.01.5

Abstract

Anak cerebral palsy memiliki masalah kesulitan makan yang menyebabkan asupan zat gizinya kurang, sehingga peran pengasuh sangatlah penting. Posisi pemberian makan adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah makan pada anak cerebral palsy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan pengasuh tentang posisi pemberian makan dengan asupan energi dan protein pada anak cerebral palsy di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Subjek (12 pengasuh)  dipilih dengan cara total sampling sesuai kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 66,7% tingkat pengetahuan pengasuh tentang posisi pemberian makan tergolong baik. Rerata asupan energi dan protein anak lebih rendah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi. Sejumlah 75% anak cerebral palsy memiliki asupan energi defisit (42% asupan defisit berat dan 33% defisit ringan). Sementara itu, 50% anak memiliki asupan protein defisit (33% asupan defisit berat dan 17% asupan defisit ringan). Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan pengasuh tentang posisi pemberian makan dengan asupan energi maupun dengan asupan protein (masing-masing, p = 0,994 dan p = 0,526). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan pengasuh tentang posisi pemberian makan dengan asupan gizi anak cerebral palsy. Kata kunci: cerebral palsy, energi, makan, posisi, protein.