Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SINTESIS KARBON AKTIF DARI AMPAS TEBU DENGAN AKTIVASI KIMIA MENGGUNAKAN KOH SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Cr-VI Fadzkurisma Robbika
Berkala Penelitian Teknologi Kulit, Sepatu, dan Produk Kulit Vol 21 No 1 (2022): Berkala Penelitian Teknologi Kulit, Sepatu, dan Produk Kulit
Publisher : Politeknik ATK Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.779 KB)

Abstract

Industri penyamakan kulit menghasilkan limbah cair dalam kuantitas yang besar. Pada proses penyamakan 1 ton kulit basah diperlukan air ± 40 m3 yang kemudian akan menjadi limbah cair. Salah satu kandungan logam berat yang berbahaya didalam limbah penyakan kulit adalah kandungan logam berat Cr-VI. Metode pengolahan limbah yang dapat digunakan untuk menurunkan kandungan logam berat dalam limbah cair yaitu dengan proses adsorpsi. Pada Proses adsorpsi menggunakan adsorben untuk untuk menyerap kandungan logam berat dalam air limbah. Adsorben dapat dibuat dari limbah organik pertanian salah satunya limbah ampas tebu. Limbah ampas tebu yang berasal dari proses penggilingan tebu merupakan residu yang ketersediaannya sangat banyak yaitu sebanyak 2.991 juta ton per tahun. Pada penelitian ini ampas tebu akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif untuk digunakan sebagai adsorben limbah penyamakan kulit. Karbon dari ampas tebu diaktivasi dengan menggunakan menggunakan larutan KOH. Selanjutnya akan diamati apakah adsorben arang aktif ampas tebu dengan aktivasi menggunakan larutan KOH dapat mengurangi kadar logam berat pada limbah cair proses penyamakan kulit, serta mengamati apakah adsorben arang aktif ampas tebu dengan aktivasi menggunakan larutan KOH dapat menyerap zat warna limbah cair proses penyamakan kulit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa karbon aktif dari ampas tebu dapat menyerap kromium pada limbah. Konsentrasi KOH yang menghasilkan karbon aktif paling baik yaitu larutan KOH 15%. Dari analisis FTIR didapatkan bahwa pada bahwa hasil analisa karbon dan karbon aktif terlihat identik, hasil analisa FTIR karbon dan karbon aktif tidak terlihat puncak pada bilangan gelombang 3400 – 3500 cm-1; 2800 – 2900 cm-1; dan hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi degradasi ikatan O-H dan ikatan C–H.
Peningkatan Kualitas Kulit Biawak Air Asia (Varanus salvator) Wet Blue melalui Proses Pasca Penyamakan Laili Rachmawati; Nais Pinta Adetya; Fadzkurisma Robbika
Berkala Penelitian Teknologi Kulit, Sepatu, dan Produk Kulit Vol 21 No 1 (2022): Berkala Penelitian Teknologi Kulit, Sepatu, dan Produk Kulit
Publisher : Politeknik ATK Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (695.708 KB)

Abstract

Intisari Salah satu jenis kulit reptil yang banyak diperdagangkan di Indonesia adalah kulit Biawak Air Asia (Varanus salvator). Biawak jenis ini memiliki ukuran tubuh yang besar, sehingga berpotensi dimanfaatkan kulitnya untuk dijadikan sebagai bahan baku produk kulit samak. Perdagangan kulit masih didominasi oleh kulit wet blue, yaitu kulit setengah jadi yang belum diproses lebih lanjut dan cenderung berpotensi untuk mengalamai kerusakan. Proses pasca penyamakan merupakan proses yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kulit wet blue biawak menjadi kulit yang siap digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk. Tahapan utama proses pasca tanning kulit biawak wet blue jenis Air Asia (Varanus salvator) menjadi kulit biawak crust untuk bahan baku dompet adalah netralisasi, retanning, dyeing dan fatliquoring. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan ukuran lebar kulit sebesar 9,79%, kenaikan % cacat kulit sebesar 5,15%, peningkatan daya terima terhadap pegangan kulit dari angka 2,19 menjadi 7,77 serta peningkatan daya terima terhadap warna kulit dari angka 4,13 menjadi 7,61. Disimpulkan bahwa proses pasca penyamakan mampu merubah kulit biawak wet blue menjadi kulit crust sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan produk.
Sintetis Karbon Aktif dari Limbah Ampas Tebu dengan Aktivasi Kimia menggunakan ZnCl2 Atiqa Rahmawati; Fadzkurisma Robbika
Berkala Penelitian Teknologi Kulit, Sepatu, dan Produk Kulit Vol 21 No 1 (2022): Berkala Penelitian Teknologi Kulit, Sepatu, dan Produk Kulit
Publisher : Politeknik ATK Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.939 KB)

Abstract

Ampas tebu merupakan suatu limbah atau residu dari proses penggilingan tebu yang telah diambil niranya. Ketersediaan ampas tebu berdasarkan data dari P3GI sekitar 2991 juta ton pertahun. Sedangkan ampas tebu dari PG Madukismo Yogyakarta menghasilkan sekitar 1400 ton perhari. Salah satu pemanfaatan ampas tebu yaitu digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. Adsorben karbon aktif berbahan baku biomassa seperti ampas tebu dapat digunakan sebagai adsorben untuk penyerapan limbah cair, zat warna, dan juga logam berat. Tujuan dari penelitian ini yaitu pemanfaatan limbah ampas tebu untuk dijadikan karbon aktif dengan aktivasi secara kimia. Proses aktivasi secara kimia dalam penelitian menggunakan ZnCl2. Penggunaan ZnCl2 dikarenakan dapat meningkatkan permukaan pori, dapat menghambat pelepasan tar selama karbonasi dan mendukung reaksi kondensasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan proses perendaman karbon dalam larutan ZnCl2 dengan konsentrasi 10%, 30%, dan 50% selama 24 jam. Hasil penelitian sintetis karbon aktif dengan aktivasi kimia memberikan hasil konsentrasi aktivator yang memberikan nilai bilangan iodin tertinggi yaitu pada konsentrasi 10% ZnCl2. Hasil uji bilangan iod pada AC10, AC30, dan AC50 memberikan hasil sebesar 999,972; 988,234; dan 979,034 mg/g berturut - turut, dimana hasil bilangan iod tersebut telah memenuhi SNI 06-3739-1995 tentang arang aktif teknis yang menyebutkan nilai bilangan iod minimum 750 mg/g. Hasil uji kadar air pada karbon aktif yaitu pada AC10 sebesar 7,04%; AC30 7,73%, dan AC50 8,48%. Hasil tersebut juga memberikan hasil yang sesuai dengan SNI 06-3739-1995 yang menyebutkan bahwa kadar air maksimal untuk karbon aktif serbuk sebesar 15%.