Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Estimasi Selektivitas Gillnet Dasar Pada Penangkapan Ikan Lencam (Lenthrinus spp) di Perairan Obi Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara Safrudin Ode Idrsi; Umar Tangke; Bernhard Katiandagho
JURNAL BIOSAINSTEK Vol 3 No 1 (2021): Januari 2021
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/biosainstek.v3i1.602

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran mata jaring yang tepat pada alat tangkap gillnet dasar pada penangkapan ikan Lencam (Lethrinus spp) di perairan Pulau Obi Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan Agustus 20016 di perairan Pulau Obi Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara. Jenis gillnet yang digunakan selama penelitian yaitu jaring insang dasar (bottom gillnet). Bagian dari alat tangkap ini terdiri dari jaring utama (webbing), pelampung (float), pemberat (sinker), tali ris atas dan tali ris bawah, dan tali slambar. Jaring utama (badan jaring) yang digunakan dalam penelitian terbaut dari bahan tasi (monofilamen) nomor 40, dengan panjang 80 meter/ piece, lebar jaring 2,5 meter dengan ukuran mata jaring (mesh size) adalah 5,08 cm dan 6,35 cm. Jumlah jaring yang digunakan dua unit alat gillnet dasar dengan ukuran mata jaring yang berbeda. Dengan melihat perikanan demersal yang cukup potensial khususnya ikan Lencam (Lethrinus spp) dan dalam rangka menjaga kelestarian ikan Lencam maka sebaiknya alat tangkap gillnet yang digunakan mempunyai ukuran mata jaring yang besarnya 6,35 cm, sehingga hasil tangkapan yang diperoleh maksimal tanpa menganggu kelestarian ikan Lencam. Lebih lanjut lagi dilakukan penelitian mengenai aspek biologi, oseanografi dan tingkah laku ikan Lencam di perairan Pulau Obi Kabupaten Halmahera Selatan.
Komposisi nutrien tubuh pada kepiting bakau (Scylla spp) yang diberi stimulan molting Bernhard Katiandagho
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.5.2.78-82

Abstract

Komposisi nutrient tubuh pada kepiting bakau (Scylla sp) sangat menunjang terjadinya proses molting dengan sempurna, Penelitian ini bertujuan  menganalisa pengaruh pemberian stimulant molting pada komposisi nutrien pada kepiting bakau . Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei - Juli 2011 di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi selatan. Ada  tiga perlakuan yang dicobakan yaitu A, Kontrol (tanpa vitomolt); B, Kombinasi vitomolt dosis tinggi (41.25  mg/Kg pakan) yang diberikan selama 8 hari berturut-turut lalu diberikan vitomolt dosis rendah (20.83 mg/kg pakan)  hingga hari ke-60. C, Kombinasi vitomolt dosis tinggi selama 2 hari lalu diberi  vitomolt dosis rendah selama 13 hari , kombinasi tersebut diulang sampai hari ke-60. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa komposisi nutrient dan energi pada kepiting bakau yang diberikan stimulant molting yaitu vitomolt memberikan komposisi nutrient dan energi yang lebih baik bagi kepiting bakau.
Analisis fluktuasi parameter kualitas air terhadap aktifitas molting kepiting bakau (Scylla sp) Bernhard Katiandagho
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.7.2.21-25

Abstract

Penelitian yang dilaksanakan di instalasi tambak Crab Riset Station (CRS) di Sungai Bawana Marana Maros Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, provinsi Sulawesi Selatan untuk melihat parameter kualitas air diantaranya suhu, salinitas, DO dengan terhadap aktivitas molting dan mortalitas pada kepiting bakau (Scylla sp) untuk setiap perubahan kualitas air.  Hasil penelitian menunjukan bahwa efek kualitas air terhadap persentase molting  Kepiting Bakau terlihat pada hari ke- 40 sampai dengan hari ke -60. Perubahan  kualitas air khususnya  Disolved oksigen (DO) tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, sedangkan Salinitas dan suhu  merupakan parameter kualitas air yang sering mengalami fluktuasi yang signifikan selama 60 hari pengamatan. Kisaran salinitas pada hari ke-40 sampai dengan hari ke – 60 berada pada kisaran 32 – 37 ppt memacu persentase molting  pada masing- masing perlakuan, sedangkan suhu berada pada kisaran 28 – 32 0C.
Analisis struktur dan status ekosistem mangrove di Perairan Timur Kabupaten Biak Numfor Bernhard Katiandagho
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.8.1.8-12

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015 bertempat di Kabupaten Biak Numfor dengan menggunakan metode survey untuk mengetahui komposisi serta nilai-nilai Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Dominasi (D), Dominasi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap jenis vegetasi mangrove. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur komunitas hutan mangrove di pesisir Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 8 jenis yang terbagi dalam 5 family dengan kerapatan jenis tertinggi pada jenis Rhizophora apiculeta dan Senoratia alba sedangkan frekuensi kehadiran umumnya adalah Bruguiera gymnorrhiza dan Senoratia alba. Hasil lain menunjukan bahwa kondisi hutan mangrove di pesisir Timur Kabupaten Biak Numfor telah mengalami penurunan akibat pemanfaatan yang berlebihan.
Potensi Reproduksi, Pola Pemijahan Serta Alternatif Pengelolaan Ikan Kembung Laki-Laki (Rastrelliger kanagurta) Di Sekitar Pesisir Timur Perairan Biak Bernhard Katiandagho; Fatmawaty Marasabessy
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 10, No 2 (2017): Edisi Perdana Publikasi Online
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.389 KB) | DOI: 10.29239/j.agrikan.10.2.51-55

Abstract

Nutritional Adequacy Rate (RDA) and Nutritional Value Information (ING) of Tuna Kering Kayu Fish Canned with Tuna Fish Bone Flour Substitution Umar Tangke; Bernhard Katiandagho; Rochmady Rochmady
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 13, No 2 (2020)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.352-357

Abstract

The nutritional adequacy figure, which is then informed in the ING, is a value that shows the average need for certain nutrients that must be met every day for almost all people with certain characteristics including age, gender, level of physical activity, and physiological conditions, to live. healthy. Information on nutritional value aims to inform the nutritional content contained in food or beverages as a guide for consumers to make choices before deciding to buy packaged food or beverage, so this research aims to test the Nutritional Adequacy Rate (RDA) of wood dried tuna which is then informed. in the form of Nutritional Value Information (ING) on the packaging label for wood dried tuna products. The laboratory test results showed that the diversified product of wood dried tuna with fish bone meal substitution after being processed with modern packaging through the canning process has a nutritional adequacy rate (RDA) per 50 g is total energy 80 kcal, 2g total fat, 1g saturated fat, cholesterol 13mg, 12g protein, 3g total carbohydrates, 1g dietary fiber, 1g sugar, 150mg sodium, 180mg potassium, 52.44 mg calcium, 1g iron.
Komposisi nutrien tubuh pada kepiting bakau (Scylla spp) yang diberi stimulan molting Bernhard Katiandagho
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing LLC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.5.2.78-82

Abstract

Komposisi nutrient tubuh pada kepiting bakau (Scylla sp) sangat menunjang terjadinya proses molting dengan sempurna, Penelitian ini bertujuan  menganalisa pengaruh pemberian stimulant molting pada komposisi nutrien pada kepiting bakau . Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei - Juli 2011 di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi selatan. Ada  tiga perlakuan yang dicobakan yaitu A, Kontrol (tanpa vitomolt); B, Kombinasi vitomolt dosis tinggi (41.25  mg/Kg pakan) yang diberikan selama 8 hari berturut-turut lalu diberikan vitomolt dosis rendah (20.83 mg/kg pakan)  hingga hari ke-60. C, Kombinasi vitomolt dosis tinggi selama 2 hari lalu diberi  vitomolt dosis rendah selama 13 hari , kombinasi tersebut diulang sampai hari ke-60. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa komposisi nutrient dan energi pada kepiting bakau yang diberikan stimulant molting yaitu vitomolt memberikan komposisi nutrient dan energi yang lebih baik bagi kepiting bakau.
Analisis fluktuasi parameter kualitas air terhadap aktifitas molting kepiting bakau (Scylla sp) Bernhard Katiandagho
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing LLC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.7.2.21-25

Abstract

Penelitian yang dilaksanakan di instalasi tambak Crab Riset Station (CRS) di Sungai Bawana Marana Maros Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, provinsi Sulawesi Selatan untuk melihat parameter kualitas air diantaranya suhu, salinitas, DO dengan terhadap aktivitas molting dan mortalitas pada kepiting bakau (Scylla sp) untuk setiap perubahan kualitas air.  Hasil penelitian menunjukan bahwa efek kualitas air terhadap persentase molting  Kepiting Bakau terlihat pada hari ke- 40 sampai dengan hari ke -60. Perubahan  kualitas air khususnya  Disolved oksigen (DO) tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, sedangkan Salinitas dan suhu  merupakan parameter kualitas air yang sering mengalami fluktuasi yang signifikan selama 60 hari pengamatan. Kisaran salinitas pada hari ke-40 sampai dengan hari ke – 60 berada pada kisaran 32 – 37 ppt memacu persentase molting  pada masing- masing perlakuan, sedangkan suhu berada pada kisaran 28 – 32 0C.
Analisis struktur dan status ekosistem mangrove di Perairan Timur Kabupaten Biak Numfor Bernhard Katiandagho
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing LLC

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.8.1.8-12

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015 bertempat di Kabupaten Biak Numfor dengan menggunakan metode survey untuk mengetahui komposisi serta nilai-nilai Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Dominasi (D), Dominasi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap jenis vegetasi mangrove. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur komunitas hutan mangrove di pesisir Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 8 jenis yang terbagi dalam 5 family dengan kerapatan jenis tertinggi pada jenis Rhizophora apiculeta dan Senoratia alba sedangkan frekuensi kehadiran umumnya adalah Bruguiera gymnorrhiza dan Senoratia alba. Hasil lain menunjukan bahwa kondisi hutan mangrove di pesisir Timur Kabupaten Biak Numfor telah mengalami penurunan akibat pemanfaatan yang berlebihan.
Penangkapan Ikan Demersal dengan Menggunakan Jaring Insang Dasar (Bottom Gill Net) di Perairan Kampung Auki Padaido Kabupaten Biak Numfor: Demersal Fish Interception Using Basic Gill Net in the Territorial Waters of Auki Village Inido District Biak Numfor Regency Bernhard Katiandagho; Kemai Wilil
Jurnal Perikanan Kamasan: Smart, Fast, & Professional Services Vol. 1 No. 1 (2020): Jurnal Perikanan Kamasan
Publisher : Akademi Perikanan Kamasan Biak Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58950/jpk.v1i1.30

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui tentang kegiatan penangkapan ikan demersal dengan menggunakan jaring insang dasar (bottom gill net) untuk mengetahui desain dan konstruksi alat tangka jaring insang dasar (bottom gill net), mengetahui cara pengoperasian alat tangkap jaring insang dasar (bottom gill net), mengetahui jumlah dan jenis hasil tangkapan dengan menggunakan jaring insang dasar (bottom gill net) serta penanganannya dan engetahui daerah penangkapan serta faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang dasar (bottom gill net) di perairan kampung Auki Kabupaten Biak Numfor. Hasil penelitian ditemukan 6 jenis ikan hasil tangkapan dari 10 trip penangkapan dengan keseluruhan hasil penangkapan adalah 569 ekor dan berat 52,3 kg, maka pengoperasian alat tangkap jaring insang ini cocok digunakan oleh nelayan pulau Auki dalam melakukan penangkapan ikan. Hal ini juga didukung dengan kondisi perairan pulau Auki yang tidak berombak dan angin yang tidak begitu kuat karena jarak daerah Fishing ground dengan fishing base adalah 350 meter dengan kedalaman 5 meter dengan dasar perairan pasir dan berkarang.