Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

UJI PERFORMANSI PEMANFAATAN PANAS KONDENSOR SISTEM KOMPRESI UAP 2 HP R-407c TERHADAP SISTEM ABSORPSI Haryanto, Haryanto; Hidayati, Baiti
JURNAL TURBULEN Vol 1 No 1 (June 2018)
Publisher : Universitas Tridinanti Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.922 KB)

Abstract

The generating system of the Absorption Refrigeration Trainer with Solar Cell Panel Unit (RBA-ART-S) is one type of cooling systems. Working principle that exist in absorption system one of them using heater, while in vapor compression system, heat is discharged by condenser to environment. If the refrigerant in the absorption system gets additional heat from the condenser in the vapor compression system it will accelerate the heating of the refrigerant present in the absorption system. From the above statement, the authors do research on absorption machine with variation of heat source by using the heat from LPG gas and also with the addition of heat calorific source from the condenser of the vapor compression system, so that the heat from the condenser can be utilized. The parameters taken in this performance test are temperature. Based on the test results obtained niali COP in the absorption system by using LPG gas of 5.781 while the value of COP for the utilization of heat of condenser with LPG gas is 5.941. Thus the process of utilizing condenser heat and LPG gas (combinations) has a higher COP value, in other words there is an increase in performance with the utilization of exhaust heat from the condenser. Keywords: COP, Refrigeration, and Absorption
PERENCANAAN SISTEM TATA UDARA GEDUNG AULA SMK NEGERI 1 SEKAYU Andriani, Novi; Hidayati, Baiti
JURNAL TURBULEN Vol.1 No.2 (Des 2018)
Publisher : Universitas Tridinanti Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.922 KB)

Abstract

The planning of the air system is intended to calculate the cooling load in the Hall of SMKN 1 Sekayu. So that before the AC was installed in the SMKN 1 Sekayu had an overview of the amount of AC capacity needed to condition the air in the hall with dimensions of 18 m x 16 m x 6 m. To obtain these results, the authors used the CLTD (Cooling Load Temperature Difference) calculation method based on ASHRAE GRP 158 Cooling Load Calculation Manual. Which consists of calculation of Extenal and Internal cooling loads. Calculation of cooling load based on primary and secondary data which then results are adjusted to the type of air system. After calculating the cooling load, the maximum load results are obtained at 237013,1917 Btu / hr, thus the AC capacity needed is 26 Pk with the Direct Refrigerant System, AC Floor Standing system.
UJI PERFORMANSI PEMANFAATAN PANAS KONDENSOR SISTEM KOMPRESI UAP 2 HP R-407c TERHADAP SISTEM ABSORPSI Haryanto .; Baiti Hidayati
Jurnal Turbulen Vol 1, No 1 (June 2018)
Publisher : Universitas Tridinanti Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.243 KB) | DOI: 10.36767/turbulen.v1i1.343

Abstract

The generating system of the Absorption Refrigeration Trainer with Solar Cell Panel Unit (RBA-ART-S) is one type of cooling systems. Working principle that exist in absorption system one of them using heater, while in vapor compression system, heat is discharged by condenser to environment. If the refrigerant in the absorption system gets additional heat from the condenser in the vapor compression system it will accelerate the heating of the refrigerant present in the absorption system. From the above statement, the authors do research on absorption machine with variation of heat source by using the heat from LPG gas and also with the addition of heat calorific source from the condenser of the vapor compression system, so that the heat from the condenser can be utilized. The parameters taken in this performance test are temperature. Based on the test results obtained niali COP in the absorption system by using LPG gas of 5.781 while the value of COP for the utilization of heat of condenser with LPG gas is 5.941. Thus the process of utilizing condenser heat and LPG gas (combinations) has a higher COP value, in other words there is an increase in performance with the utilization of exhaust heat from the condenser. Keywords: COP, Refrigeration, and Absorption
PERENCANAAN SISTEM TATA UDARA GEDUNG AULA SMK NEGERI 1 SEKAYU Novi Andriani; Baiti Hidayati
Jurnal Turbulen Vol 1 No 2 (Dec 2018)
Publisher : Universitas Tridinanti Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.314 KB) | DOI: 10.36767/turbulen.v1i2.354

Abstract

The planning of the air system is intended to calculate the cooling load in the Hall of SMKN 1 Sekayu. So that before the AC was installed in the SMKN 1 Sekayu had an overview of the amount of AC capacity needed to condition the air in the hall with dimensions of 18 m x 16 m x 6 m. To obtain these results, the authors used the CLTD (Cooling Load Temperature Difference) calculation method based on ASHRAE GRP 158 Cooling Load Calculation Manual. Which consists of calculation of Extenal and Internal cooling loads. Calculation of cooling load based on primary and secondary data which then results are adjusted to the type of air system. After calculating the cooling load, the maximum load results are obtained at 237013,1917 Btu / hr, thus the AC capacity needed is 26 Pk with the Direct Refrigerant System, AC Floor Standing system.Keywords: Planning Of The Air System, Cooling Load, CLTD methode
ANALISA VARIASI DEBIT AIR SEBAGAI REFRIGERAN SEKUNDER PADA BAGIAN INDOOR UNIT AIR CONDITIONER (AC) TERHADAP PERFORMA SISTEM REFRIGERASI Baiti Hidayati; Ferry Irawan; Apriyansyah Apriyansyah
PETRA : Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Vol 2 No 1 (2016): Jurnal PETRA
Publisher : Politeknik Sekayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1107.698 KB)

Abstract

Air Conditioner (AC) Split 1/2 PK menggunakan media air sebagai secondary refrigeran merupakan salah satu sistem baru pengkondisian dari AC split biasa yang direnofasi pendistribusiannya. AC split 1/2 PK dimodifikasi menjadi AC yang memiliki dua jenis refrigeran, yaitu refrigeran primer (R-22) dan sekunder (air). Dari permasalahan ini, perlu diketahui hubungan antara performansi AC Split dan variasi debit air yang masuk ke evaporator. Sehingga dapat mengetahui pengaruh debit air keluaran dari liquid coolerl menuju evaporator terhadap performansi AC split 1/2 PK menggunakan media air sebagai secondary refrigerant. Penelitian tentang refrigerasi dan tata udara telah banyak di lakukan untuk mendapatkan performansi terbaik, dengan meninjau dari pengaruh komponen utama mesin itu sendiri atau dari luar komponen utama mesin pendingin. Seperti penambahan refrigerant sekunder sebagai fluida tambahan untuk membantu efektifitas dari sistem pendinginan untuk sekala besar dan jumlah debit air yang akan mengalir pada indoor unit AC. Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan performa dan efisiensi yang baik dengan mengatur jumlah debit air yang yang mengalir. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah memvariasi debit air keluaran dari liquid cooler menuju indoor unit. Debit air yang divariasikan adalah debit air pada sudut valve dengan bukaan 300, 600, dan 900. Pada tiap bukaan keran diperoleh data berupa suhu kompresor, suhu kondensor, suhu ekspansi, suhu evaporator, tekanan tinggi dan tekanan rendah. Sehingga diperoleh nilai Coefficient of Performance (COP) dan efisiensi. Dari pengolahan data didapatkan COP sebesar 4,8 pada sudut bukaan 900, 4,9 pada sudut bukaan 600 dan 5 pada bukaan sudut 300. Dari hasil perhitungan dan analisis dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan COP pada sistem refrigerasi apabila debit air pada keluaran cooling coil semakin kecil.
ANALISA PERFORMANCE PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN GARAM (NaCI) PADA INDUSTRIAL ICE BLOCK MAKER SEBAGAI SECONDARY REFRIGERAN Baiti Hidayati; Hendradinata Hendradinata
PETRA : Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Vol 2 No 2 (2016): Jurnal PETRA
Publisher : Politeknik Sekayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.764 KB)

Abstract

Ice Block merupakan salah satu jenis es yang banyak digunakan untuk keperluan domestik, produksi Ice Blockbanyak digunakan untuk proses pengawetan suatu prodak dalam jangka waktu tertentu. Industrial Ice BlockMaker Trainer adalah salah satu alat yang digunakan untuk membuat Ice Block dengan menggunakan Naclsebagai refrigeran sekunder. Jumlah kandungan garam (NaCl) sebagai refrigeran sekunder tentu mempengaruhiperformance suatu sistem pendingin dan hasil akhir yang didapat. Untuk itu maka dilakukan penelitianpengaruh jumlah kandungan garam pada proses pembuatan Ice Block menggunakan Industrial Ice Block Maker.Tujuannya yaitu untuk memperoleh performance dan efek pendinginan yang baik. Penelitian ini menggunakanmetode eksperimen dengan membandingkan empat variasi larutan garam (NaCl) yaitu 10%, 15%, 20% dan 25%dengan pengambilan data per 60 menit sebanyak 3 kali. Data yang diambil berupa tekanan dan temperatur. Daridata yang diambil maka akan didapat nilai entalpi dan COP pada masing-masing proses dengan siklus kompresiuap. Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu maksimal yaitu -19.9830C COPactual terbaik pada persentasecampuran larutan garam (NaCl) 25% pada menit ke 180 yaitu 1,7 dan efisiensi terbesar terjadi pada persentasecampuran larutan garam (NaCl) 20% pada menit ke 120 yaitu 34,48%.
UJI PERFORMANSI PEMANFAATAN PANAS DISCHARGE KOMPRESOR SISTEM KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 TERHADAP SISTEM ABSORBSI Haryanto Haryanto; Baiti Hidayati
PETRA : Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Vol 2 No 2 (2016): Jurnal PETRA
Publisher : Politeknik Sekayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.345 KB)

Abstract

AC digunakan untuk keperluan kenyamanan manusia. Jenis AC yang banyak beredar di masyarakat yaitu ACdengan sistem pendingin kompresi uap. Pada sistem ini akan terjadi pembuangan kalor pada keluaran kompresormelalui kondensor untuk merubah fase uap tekanan dan suhu tinggi menjadi cairan dengan suhu dan tekananyang sedikit lebih rendah. Dengan adanya proses pembuangan kalor uap keluaran kompresor, penulisbermaksud untuk memanfaatkan kalor tersebut tersebut untuk proses penguapan refrigeran pada alat AbsorptionRefrigeration Trainer . Kapasitas AC yang digunakan untuk pemanfaatan panas kondensor sebesar 1 HP dengansistem kompresi uap dan akan digunakan untuk proses penguapan pada mesin pendingin absorpsi. Pengambilandata dilakukan setiap 15 menit. Dari pengujian dapat disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan panas kondesorsistem kompresi uap 1 HP menggunakan R-22, ternyata tidak mampu membangkitkan sistem absorbsi. Dengankata lain belum mampu menguapkan refrigeran amonia pada sistem absorbsi dan tidak mampu mendinginkankabin evaporator.
PERFORMA MESIN HARD ICE CREAM MAKER KAPASITAS 1 PK MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN MC22 Baiti Hidayati
PETRA : Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Vol 3 No 1 (2017): Jurnal PETRA
Publisher : Politeknik Sekayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.495 KB)

Abstract

Perkembangan bidang teknologi pendingin dan tata udara semakin berkembang hingga saat ini denganperkembangan kebijakan dibidang perlindungan lingkungan dan penghematan energi. Implementasinya dari sisirefrigeran dilakukan dengan penggantian jenis refrigeran dari jenis R-22 ke jenis yang lebih ramah lingkunganseperti MC22. Musicool adalah refrigeran dengan bahan dasar hydrocarbon alam dan termasuk dalam kelompokrefrigerant ramah lingkungan, dirancang sebagai alternatif pengganti freon yang merupakan refrigeran sintetikkelompok halocarbon yang masih memliki potensi merusak alam. Adapun tujuan penelitian ini adalah untukmembandingkan performance Hard Ice Cream Maker dengan menggunakan Refrigeran R22 dan MC22. Darihasil penelitian didapatkan bahwa dengan menggunakan R22 pada Hard Ice Cream Maker COPcarnot 5,6 ,COPactual 2,9 dan efisiensi 51,1% sedangkan dengan menggunakan MC22 COPcarnot 5,6 , COPactual 4,7 danefisiensi 83,9%. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan MC22 lebih efektifdibandingkan R22.
COMMISSIONING MESIN SHOW CASE SOSIS AYAM DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC 134 Azharuddin Azharuddin; Baiti Hidayati; Muhammad Efran Pratama
PETRA : Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Vol 3 No 1 (2017): Jurnal PETRA
Publisher : Politeknik Sekayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1407.101 KB)

Abstract

Commissioning pada alat showcase mesin pendingin sosis berperan penting agar mesin showcase pendinginsosis tidak mengalami kegagalan perancangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tahapan commissioning,mengatur dan menyeimbangkan mesin showcase pendingin sosis. Metode yang digunakan meliputi 4 tahapyaitu pemeriksaan pada saat saat mesin off, pemeriksaan pada saat mesin on, pengujian kinerja mesin, danpemeriksaan prosedur keamanan dan intruksi penggunaan alat. Pada pemeriksaan kondisi mesin off yaitumelakukan penyesuain komponen alat dengan spesifiikasi data desain, pada pemeriksaan kondisi on yaitudengan melakukan pengamatan komponen atau bagian dari mesin, pada pemeriksaan kinerja alat yaitudilakukan pengukuran data kemudian dilakukan penyesuain dengan data perencanaan, dan pada pemeriksaanprosedur keamanan dan intruksi penggunaan alat terdiri dari pemeriksaan catatan prosedur kemanan dan intruksipenggunaan alat. Dari penelitan commissioning yang di lakukan dapat disimpulkan bahwa ditemukannyamasalah pada proses pemipaan dimana ditemukan adanya kebocoran halus pada pipa. Kemudian diperbaikidengan cara pengelasan kembali. Adapun hasil yang di dapat dari proses commissioning iyalah berupa bukumanual operasional dan keamanan, spesifikasi alat, wiring diagram, piping diagram Show Case Pendingin SosisDari beberapa tahapan commissoning tersebut maka diperoleh kesimpulan bahwa perakitan alat telah sesuaidengan perencanaaan.
ANALISA PENGARUH PANJANG PIPA KAPILER TERHADAP PERFORMASI HARD ICE CREAM MAKER DENGAN MENGGUNAKAN R-22 DAN MC-22 Baiti HidayatI; Ardiansyah Ardiansyah
PETRA : Jurnal Teknologi Pendingin dan Tata Udara Vol 5 No 1 (2018): Jurnal PETRA
Publisher : Politeknik Sekayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.284 KB)

Abstract

Pipa kapiler sebagai media penyempitan atau untuk menurunkan suhu dan tekanan agar suhu yangdiinginkan dapat tercapai.Pipa kapiler adalah pipa yang memiliki diameter paling kecil jika dibandingkandengan pipa lainnya.Cairan refrigeran memasuki pipa kapiler hampir melayani semua sistem refrigerasi yangberukuran kecil seperti trainer hard ice cream maker. Untuk membedakan cepatnya suatu proses pendinginanmaka penulis melakukan analisis dengan perbedaaan pada panjang pipa kapiler dengan menggunakanrefrigerant R-22 dan MC-22 pada siklus refrigerasi kompresi uap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kerjakompressor, kapasitas pendinginan, dan performance terhadap perbedaan panjang pipa kapiler dan refrigerantR-22 dan MC-22.Metodelogi dimulai dari persiapan alat seperti pipa kapiler, R-22 dan MC-22, selanjutnyamelakukan pengambilan data yaitu berupa temperatur dan tekanan.Pengambilan temperatur diambil dibagianevaporator, kompressor, dan kondensor serta pengambilan tekanan refrigeran pada masing-masing bagiantersebut. Dan kemudian dimasukkan ke diagram P-h diagram untuk mengetahui tekanan dan entalphy setelahdidapat nilai tersebut dilakukan perhitungan kerja kompressor, kapasitas pendinginan, dan performance (COP)dan dimasukkan kedalam tabel dan grafik. Berdasarkan analisa dan pembahasan, didapat kesimpulan bahwakerja kompressor yang paling tinggi adalah 651 W dengan panjang pipa kapiler 2 meter menggunakan R-22sedangkan kerja kompressor yang paling rendah adalah 393 W dengan panjang pipa kapiler 1 metermenggunakan refrigeran MC-22. Untuk kapasitas pendinginan yang paling tinggi adalah 2,2 KW denganpanjang pipa kapiler 1 meter menggunakan refrigerant R-22, sedangkan kapsitas pendinginan yang palingrendah adalah 0.7 KW dengan panjang pipa kapiler 1 meter menggunakan refrigerant MC-22. Untukperformance (COP) yang paling tinggi adalah 4,4 dengan panjang pipa kapiler 1 meter menggunakan refrigerantR-22, sedangkan performance (COP) yang paling rendah adalah 1,5 dengan panjang pipa kapiler 1 metermenggunakan refrigerant MC-22.