Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

THE COMBINATION OF GROWTH HORMONES INCREASED THE IN VITRO SHOOTS MULTIPLICATION ON SAGO PALM (Metroxylon sagu Rottb.) Tajuddin, Teuku; ., Karyanti; Sukarnih, Tati; Haska, Nadirman
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 2, No 1 (2015): June 2015
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.635 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i1.532

Abstract

Pohon sagu (Metroxylon sagu Rottb.) mempunyai banyak keunggulan dibanding dengan tanaman-tanaman penghasil pati lainnya, khususnya karena memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh di area bantaran sungai dan rawa, yang merupakan lingkungan tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman-tanaman lain. Dalam rangka membangun suatu perkebunan sagu di area yang luas, maka sangat dibutuhkan anakan-anakan sagu yang ukurannya seragam dalam jumlah yang besar. Namun demikian, terbatasnya jumlah anakan yang seragam telah menjadi kendala bagi pengembangan perkebunan sagu. Sebagai alternatif, perbanyakan in vitro dengan induksi tunas langsung dilakukan untuk mendapatkan bibit-bibit sagu dengan genotip unggul secara masal. Anakan sagu yang diperoleh dari Propinsi Maluku digunakan sebagai sumber eksplan. Eksplan dikultur pada media MS dan B5 yang mengandung kombinasi hormon auksin dan sitokinin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan BAP 2.0 ppm dan NAA 2.0 ppm menghasilkan jumlah tunas terbanyak.Kata kunci: Auksin, sitokinin, in vitro, sagu, inisiasi tunas ABSTRACTSago palm (Metroxylon sagu Rottb.) has many advantages over other starch-producing crops especially for its higher yield, ability to grow along riverbanks and on swampy areas not suitable for other crops. With the purpose of establishing large-scale plantations, a large amount of uniform sago palm suckers are required. However, limited availability of uniform suckers has hindered the mass propagation and development of cultivated Sago palm. Alternatively, in vitro cultures were performed in order to obtain a large-scale of mass clonally propagation of superior genotypes of sago palm. The young suckers obtained from areas of Maluku Province were used as explants. In vitro culture was carried out through direct shooting. The explants were cultured on two kinds of media, which were MS and B5 media containing various growth hormones of auxins and cytokinins. The results showed that the treatment with BAP 2.0 ppm and NAA 2.0 ppm produced the highest number of shoots.Keywords: Auxin, cytokinin, in vitro, sago palm, shoot initiation
A REVISED METHOD FOR SUCKER STERILIZATION TO SUPPORT THE IN VITRO PROPAGATION OF SAGO PALM (Metroxylon sagu Rottb.) Tajuddin, Teuku; ., Karyanti; Sukarnih, Tati; Haska, Nadirman
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 1, No 1 (2014): December 2014
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.57 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v1i1.548

Abstract

Hutan sagu (Metroxylon sagu Rottb.) dapat ditemukan dalam area yang cukup luas di wilayah Maluku dan Papua. Besarnya keanekaragaman hayati dari pohon sagu dapat dilihat di areal ini. Pohon sagu tumbuh secara alami terutama di daerah dataran atau rawa dengan sumber yang air melimpah. Tanaman sagu dapat diperbanyak dengan metode generatif melalui biji, dan vegetatif melalui tunas anakan. Dalam rangka mendukung perbanyakan pohon induk yang unggul secara in vitro dalam skala besar, perbaikan metode sterilisasi tunas anakan mutlak diperlukan. Tunas anakan muda (15-20 cm) yang diperoleh dari Propinsi Papua digunakan sebagai eksplan. Tujuan percobaan sterilisasi ini dilakukan untuk mendukung perbanyakan pohon sagu secara in vitro. Pada percobaan ini antibiotik digunakan untuk membersihkan jaringan internal eksplan dari jamur dan bakteri. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa campuran alkohol dan antibiotik dapat menekan pertumbuhan kontaminan.Kata kunci: Antibiotik, kontaminan jamur dan bakteri, kultur in vitro, metode sterilisasi, sagu ABSTRACTNatural sago (Metroxylon sagu Rottb.) forest can be found in large area in Maluku and Papua regions. There are wide genetic diversities of sago palm found in these areas. This palm grows along riverbanks and in swampy areas which are not suitable for other crops. Sago palm is propagated generatively by seed and vegetatively by suckers. With the purpose of establishing the in vitro culture method for a large-scale of mass clonally propagation of superior genotypes of sago palm, generating sterilized explants are very important. Young suckers (15-20 cm) obtained from areas of Papua Province were used as explants. The sterilization experiments were carrying out to support the tissue culture of sago palm. Sterilization was conducted using antibiotics in order to get rid of fungi and bacteria from inner part of explants tissues. The results showed that from all sterilization methods tested, the best result was treatment using alcohol and antibiotic as disinfectant agents.Keywords: Antibiotics, fungi and bacteria contaminants, in vitro culture, sterilization method, sago palm
INDUCING THE IN VITRO ROOTING OF SAGO PALM (Metroxylon sagu Rottb.) USING AUXIN Tajuddin, Teuku; ., Karyanti; Sukarnih, Tati; Haska, Nadirman
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 2, No 2 (2015): December 2015
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.988 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.512

Abstract

Tanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb.) memiliki potensi yang besar sebagai sumber pangan, energi dan bahan baku industri. Kultur jaringan tanaman sagu telah dilakukan di Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT dalam rangka perbanyakan genotipe atau aksesi unggul secara massal. Namun demikian, kendala utama yang dihadapi pada perbanyakan in vitro tanaman sagu adalah sulitnya pembentukan akar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi hormon yang tepat dalam menginduksi perakaran tanaman sagu in vitro. Tunas anakan muda (15-20 cm) yang diperoleh dari daerah Rangkasbitung, Provinsi Banten digunakan sebagai eksplan. Dalam penelitian ini perakaran in vitro diinduksi dengan berbagai perlakuan jenis dan konsentrasi hormon auksin, konsentrasi medium dan jenis agar. Sebagai medium dasar digunakan medium Gamborg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IBA dan NAA yang terbaik adalah pada taraf 35 ppm. Selanjutnya Gelrite memberikan respon yang positif dengan munculnya perakaran pada pangkal eksplan.Kata Kunci: Induksi perakaran,  jenis agar, kultur in vitro, auksin, sagu ABSTRACTSago palm (Metroxylon sagu Rottb) has huge potential as food, energy and industrial bioresources. In vitro culture of sago palm was performed in Biotech Center, BPPT in order to obtain a large-scale of mass clonal propagation of superior genotypes. Nevertheless, the main obstacle for the sago palm in vitro propagation was rooting formation. The purpose of our study was to obtain the best hormones combination for root induction on sago palm shoots in vitro. The young suckers (15-20 cm) obtained from Rangkasbitung area, Banten Province, were used as explants. In our study, in vitro rooting was induced by different types and concentrations of auxin, medium strength and solidifying agents. The shoots were cultured on Gamborg media. The result showed that the best level of both hormones IBA and NAA for root induction was 35 ppm. Moreover the solidifying agent of Gelrite gave positive response by stimulating root at the basal-end.Keywords: Rooting induction, solidifying agent, in vitro cultures, auxin, sago palm
PENGARUH WADAH KULTUR DAN KONSENTRASI SUMBER KARBON PADA PERBANYAKAN KENTANG ATLANTIK SECARA IN VITRO Karyanti, Karyanti; Kristianto, Yosua Glen; Khairiyah, Hayat; Novita, Linda; Sukarnih, Tati; Rudiyana, Yayan; Sofia, Dewi Yustika
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 5, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1054.703 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v5i2.3012

Abstract

The Effect of Culture Container and Carbon Source Concentration on In Vitro Shoot Propagation of Atlantic PotatoABSTRACTPotato is a food commodity that has the potential to support food diversification in Indonesia. There is an increasing demand for Atlantic potatoes as the raw material for processed potato products. The demand, which has not been met by the increased production, has been the cause of the ongoing potato import activities in Indonesia. The limitation of producing quality Atlantic potato seeds economically is one of the obstacles to increasing the production of Atlantic potatoes in Indonesia. The aim of this research was to study the effect of various table sugar concentrations as the carbon source and the type of the culture containers used for Atlantic potato shoot multiplication in vitro. The propagation was carried out in bioreactors and culture bottles with MS liquid medium + coconut water at a concentration of 150 mL/L medium, and 3 concentration levels of table sugar, namely 0; 7.5; and 15 g/L medium. The use of bioreactor significantly increased the height of the Atlantic potato plantlets. The use of bioreactor combined with table sugar addition decreased hyperhydricity level. The highest number of shoots, leaves, and roots were found at the table sugar concentration of 15 g/L medium in both containers.Keywords: bioreactor, micropropagation, shoot culture, Solanum tuberosum, sucrose ABSTRAKKentang merupakan komoditas pangan yang berpotensi mendukung program diversifikasi pangan di Indonesia. Peningkatan permintaan terhadap kentang Atlantik sebagai bahan baku kentang olahan yang tak diimbangi dengan peningkatan produksi kentang Atlantik menjadi penyebab masih berlangsungnya impor kentang Atlantik di Indonesia. Keterbatasan menghasilkan benih kentang Atlantik berkualitas yang ekonomis merupakan salah satu hambatan dalam meningkatkan produksi kentang Atlantik di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh variasi konsentrasi sukrosa teknis sebagai sumber karbon dan penggunaan jenis wadah terhadap perbanyakkan tunas kentang Atlantik secara in vitro. Perbanyakkan tunas kentang Atlantik menggunakan media MS cair + 150 mL/L air kelapa dalam wadah bioreaktor dan botol kultur dengan 3 taraf konsentrasi sukrosa, yaitu 0; 7,5; dan 15 g/L media. Penggunaan bioreaktor secara signifikan meningkatkan tinggi planlet kentang Atlantik yang dihasilkan. Penggunaan bioreaktor yang dikombinasikan dengan penambahan sukrosa teknis menurunkan tingkat hiperhidrisitas. Tunas, daun, dan akar terbanyak dihasilkan oleh perlakuan sukrosa teknis 15 g/L media dalam kedua jenis wadah.Kata Kunci: bioreaktor, kultur tunas, mikropropagasi, Solanum tuberosum, sukrosa
INDUCING THE IN VITRO ROOTING OF SAGO PALM (Metroxylon sagu Rottb.) USING AUXIN Tajuddin, Teuku; ., Karyanti; Sukarnih, Tati; Haska, Nadirman
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 2 No. 2 (2015): December 2015
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.988 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i2.512

Abstract

Tanaman sagu (Metroxylon sagu Rottb.) memiliki potensi yang besar sebagai sumber pangan, energi dan bahan baku industri. Kultur jaringan tanaman sagu telah dilakukan di Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT dalam rangka perbanyakan genotipe atau aksesi unggul secara massal. Namun demikian, kendala utama yang dihadapi pada perbanyakan in vitro tanaman sagu adalah sulitnya pembentukan akar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi hormon yang tepat dalam menginduksi perakaran tanaman sagu in vitro. Tunas anakan muda (15-20 cm) yang diperoleh dari daerah Rangkasbitung, Provinsi Banten digunakan sebagai eksplan. Dalam penelitian ini perakaran in vitro diinduksi dengan berbagai perlakuan jenis dan konsentrasi hormon auksin, konsentrasi medium dan jenis agar. Sebagai medium dasar digunakan medium Gamborg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IBA dan NAA yang terbaik adalah pada taraf 35 ppm. Selanjutnya Gelrite memberikan respon yang positif dengan munculnya perakaran pada pangkal eksplan.Kata Kunci: Induksi perakaran,  jenis agar, kultur in vitro, auksin, sagu ABSTRACTSago palm (Metroxylon sagu Rottb) has huge potential as food, energy and industrial bioresources. In vitro culture of sago palm was performed in Biotech Center, BPPT in order to obtain a large-scale of mass clonal propagation of superior genotypes. Nevertheless, the main obstacle for the sago palm in vitro propagation was rooting formation. The purpose of our study was to obtain the best hormones combination for root induction on sago palm shoots in vitro. The young suckers (15-20 cm) obtained from Rangkasbitung area, Banten Province, were used as explants. In our study, in vitro rooting was induced by different types and concentrations of auxin, medium strength and solidifying agents. The shoots were cultured on Gamborg media. The result showed that the best level of both hormones IBA and NAA for root induction was 35 ppm. Moreover the solidifying agent of Gelrite gave positive response by stimulating root at the basal-end.Keywords: Rooting induction, solidifying agent, in vitro cultures, auxin, sago palm
PENGARUH WADAH KULTUR DAN KONSENTRASI SUMBER KARBON PADA PERBANYAKAN KENTANG ATLANTIK SECARA IN VITRO Karyanti, Karyanti; Kristianto, Yosua Glen; Khairiyah, Hayat; Novita, Linda; Sukarnih, Tati; Rudiyana, Yayan; Sofia, Dewi Yustika
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 5 No. 2 (2018): December 2018
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1054.703 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v5i2.3012

Abstract

The Effect of Culture Container and Carbon Source Concentration on In Vitro Shoot Propagation of Atlantic PotatoABSTRACTPotato is a food commodity that has the potential to support food diversification in Indonesia. There is an increasing demand for Atlantic potatoes as the raw material for processed potato products. The demand, which has not been met by the increased production, has been the cause of the ongoing potato import activities in Indonesia. The limitation of producing quality Atlantic potato seeds economically is one of the obstacles to increasing the production of Atlantic potatoes in Indonesia. The aim of this research was to study the effect of various table sugar concentrations as the carbon source and the type of the culture containers used for Atlantic potato shoot multiplication in vitro. The propagation was carried out in bioreactors and culture bottles with MS liquid medium + coconut water at a concentration of 150 mL/L medium, and 3 concentration levels of table sugar, namely 0; 7.5; and 15 g/L medium. The use of bioreactor significantly increased the height of the Atlantic potato plantlets. The use of bioreactor combined with table sugar addition decreased hyperhydricity level. The highest number of shoots, leaves, and roots were found at the table sugar concentration of 15 g/L medium in both containers.Keywords: bioreactor, micropropagation, shoot culture, Solanum tuberosum, sucrose ABSTRAKKentang merupakan komoditas pangan yang berpotensi mendukung program diversifikasi pangan di Indonesia. Peningkatan permintaan terhadap kentang Atlantik sebagai bahan baku kentang olahan yang tak diimbangi dengan peningkatan produksi kentang Atlantik menjadi penyebab masih berlangsungnya impor kentang Atlantik di Indonesia. Keterbatasan menghasilkan benih kentang Atlantik berkualitas yang ekonomis merupakan salah satu hambatan dalam meningkatkan produksi kentang Atlantik di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh variasi konsentrasi sukrosa teknis sebagai sumber karbon dan penggunaan jenis wadah terhadap perbanyakkan tunas kentang Atlantik secara in vitro. Perbanyakkan tunas kentang Atlantik menggunakan media MS cair + 150 mL/L air kelapa dalam wadah bioreaktor dan botol kultur dengan 3 taraf konsentrasi sukrosa, yaitu 0; 7,5; dan 15 g/L media. Penggunaan bioreaktor secara signifikan meningkatkan tinggi planlet kentang Atlantik yang dihasilkan. Penggunaan bioreaktor yang dikombinasikan dengan penambahan sukrosa teknis menurunkan tingkat hiperhidrisitas. Tunas, daun, dan akar terbanyak dihasilkan oleh perlakuan sukrosa teknis 15 g/L media dalam kedua jenis wadah.Kata Kunci: bioreaktor, kultur tunas, mikropropagasi, Solanum tuberosum, sukrosa
PENGARUH MEDIA DASAR DAN NAA PADA INDUKSI IN VITRO AKAR TUNAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis) Karyanti, .; Afifah, Mutia; Sukarnih, Tati; Rudiyana, Yayan
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 6 No. 2 (2019): December 2019
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.696 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v6i2.3476

Abstract

The Effect of Basal Media and NAA on the In Vitro Induction of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) RootABSTRACTClonal propagation of oil palm plants using tissue culture technique results in a low percentage of rooted shoots. To increase the percentage of rooted shoots that are more uniform, the root induction method is supported by the use of basic media and the addition of growth regulators 1-naphthaleneacetic acid (NAA). This study aims to analyze the effect of a combination of base media and optimum NAA concentration in inducing the roots of oil palm shoots in vitro. This research used factorial completely randomized design (RAL) consisting of 2 factors. The first factor was the type of basic media, namely Murashige and Skoog (MS) and MS Modifications (MSM) media. The second factor was the concentration of NAA, namely 0; 0.05; 0.1; and 0.2 ppm. each treatment was repeated 10 times. The results showed that the use of MSM medium was better than that of MS, and the most optimum NAA concentration was 0.05 and 0.1 ppm, in inducing oil palm roots in vitro. In addition, the combination of MSM + NAA 0.1 ppm treatment produced the most optimum result in induction of oil palm roots in vitro.Keywords: basal media; NAA; palm oil; plantlet; root inductionABSTRAKPerbanyakan klonal tanaman kelapa sawit menggunakan teknik kultur jaringan menghasilkan persentase tunas berakar yang rendah. Dalam upaya meningkatkan persentase tunas berakar yang lebih seragam maka dilakukan metode induksi akar yang didukung oleh penggunaan media dasar dan penambahan zat pengatur tumbuh 1-naphthaleneacetic acid (NAA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kombinasi media dasar dan konsentrasi NAA yang optimum dalam menginduksi akar tunas kelapa sawit secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis media dasar yang terdiri dari media Murashige and Skoog (MS) dan MS Modifikasi (MSM). Faktor kedua adalah konsentrasi NAA yang terdiri dari 0; 0,05; 0,1; dan 0,2 ppm. setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media MSM lebih baik daripada MS, dan konsentrasi NAA yang paling optimum adalah 0,05 dan 0, 1 ppm dalam menginduksi akar kelapa sawit secara in vitro. Selain itu kombinasi perlakuan MSM+NAA 0,1 ppm memiliki hasil yang paling optimum dalam induksi akar kelapa sawit secara in vitro.
THE COMBINATION OF GROWTH HORMONES INCREASED THE IN VITRO SHOOTS MULTIPLICATION ON SAGO PALM (Metroxylon sagu Rottb.) Tajuddin, Teuku; ., Karyanti; Sukarnih, Tati; Haska, Nadirman
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 2 No. 1 (2015): June 2015
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.635 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v2i1.532

Abstract

Pohon sagu (Metroxylon sagu Rottb.) mempunyai banyak keunggulan dibanding dengan tanaman-tanaman penghasil pati lainnya, khususnya karena memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh di area bantaran sungai dan rawa, yang merupakan lingkungan tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman-tanaman lain. Dalam rangka membangun suatu perkebunan sagu di area yang luas, maka sangat dibutuhkan anakan-anakan sagu yang ukurannya seragam dalam jumlah yang besar. Namun demikian, terbatasnya jumlah anakan yang seragam telah menjadi kendala bagi pengembangan perkebunan sagu. Sebagai alternatif, perbanyakan in vitro dengan induksi tunas langsung dilakukan untuk mendapatkan bibit-bibit sagu dengan genotip unggul secara masal. Anakan sagu yang diperoleh dari Propinsi Maluku digunakan sebagai sumber eksplan. Eksplan dikultur pada media MS dan B5 yang mengandung kombinasi hormon auksin dan sitokinin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan BAP 2.0 ppm dan NAA 2.0 ppm menghasilkan jumlah tunas terbanyak.Kata kunci: Auksin, sitokinin, in vitro, sagu, inisiasi tunas ABSTRACTSago palm (Metroxylon sagu Rottb.) has many advantages over other starch-producing crops especially for its higher yield, ability to grow along riverbanks and on swampy areas not suitable for other crops. With the purpose of establishing large-scale plantations, a large amount of uniform sago palm suckers are required. However, limited availability of uniform suckers has hindered the mass propagation and development of cultivated Sago palm. Alternatively, in vitro cultures were performed in order to obtain a large-scale of mass clonally propagation of superior genotypes of sago palm. The young suckers obtained from areas of Maluku Province were used as explants. In vitro culture was carried out through direct shooting. The explants were cultured on two kinds of media, which were MS and B5 media containing various growth hormones of auxins and cytokinins. The results showed that the treatment with BAP 2.0 ppm and NAA 2.0 ppm produced the highest number of shoots.Keywords: Auxin, cytokinin, in vitro, sago palm, shoot initiation
A REVISED METHOD FOR SUCKER STERILIZATION TO SUPPORT THE IN VITRO PROPAGATION OF SAGO PALM (Metroxylon sagu Rottb.) Tajuddin, Teuku; ., Karyanti; Sukarnih, Tati; Haska, Nadirman
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 1 No. 1 (2014): December 2014
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.57 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v1i1.548

Abstract

Hutan sagu (Metroxylon sagu Rottb.) dapat ditemukan dalam area yang cukup luas di wilayah Maluku dan Papua. Besarnya keanekaragaman hayati dari pohon sagu dapat dilihat di areal ini. Pohon sagu tumbuh secara alami terutama di daerah dataran atau rawa dengan sumber yang air melimpah. Tanaman sagu dapat diperbanyak dengan metode generatif melalui biji, dan vegetatif melalui tunas anakan. Dalam rangka mendukung perbanyakan pohon induk yang unggul secara in vitro dalam skala besar, perbaikan metode sterilisasi tunas anakan mutlak diperlukan. Tunas anakan muda (15-20 cm) yang diperoleh dari Propinsi Papua digunakan sebagai eksplan. Tujuan percobaan sterilisasi ini dilakukan untuk mendukung perbanyakan pohon sagu secara in vitro. Pada percobaan ini antibiotik digunakan untuk membersihkan jaringan internal eksplan dari jamur dan bakteri. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa campuran alkohol dan antibiotik dapat menekan pertumbuhan kontaminan.Kata kunci: Antibiotik, kontaminan jamur dan bakteri, kultur in vitro, metode sterilisasi, sagu ABSTRACTNatural sago (Metroxylon sagu Rottb.) forest can be found in large area in Maluku and Papua regions. There are wide genetic diversities of sago palm found in these areas. This palm grows along riverbanks and in swampy areas which are not suitable for other crops. Sago palm is propagated generatively by seed and vegetatively by suckers. With the purpose of establishing the in vitro culture method for a large-scale of mass clonally propagation of superior genotypes of sago palm, generating sterilized explants are very important. Young suckers (15-20 cm) obtained from areas of Papua Province were used as explants. The sterilization experiments were carrying out to support the tissue culture of sago palm. Sterilization was conducted using antibiotics in order to get rid of fungi and bacteria from inner part of explants tissues. The results showed that from all sterilization methods tested, the best result was treatment using alcohol and antibiotic as disinfectant agents.Keywords: Antibiotics, fungi and bacteria contaminants, in vitro culture, sterilization method, sago palm
PROLIFERATION OF OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.) EMBRYOGENIC CALLUS WITH REPEATED SUBCULTURES IN LIQUID MEDIUM Karyanti, Karyanti; Tajuddin, Teuku; Khairiyah, Hayat; Purwoko, Devit; Sukarnih, Tati; Rahmadara, Gemilang; Hanifah, Nurul Fitri; Rudiyana, Yayan; Kitagawa, Sayuri; Mira, Farida Rosana; Saga, Hirohisa
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 8 No. 1 (2021): June 2021
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (977.075 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v8i1.4715

Abstract

The availability of high-quality seeds is now a necessity. This is due to a government program to replace oil palm trees in smallholder plantations with high quality seeds. An efficient protocol to produce a large number of embryos is needed. To increase the number of embryogenic callus production, the callus proliferation experiment was carried out through suspension culture. This study aimed to examine the proliferation ability of embryogenic callus from three different oil palm clones, in several repeated subcultures. Liquid MS media added with 1 ppm 2.4-D and 0.1 ppm NAA were used. Embryogenic callus was weighed by 0.1 - 0.2 g, transferred into the liquid media, shaking at 60-80 rpm and 27 ºC for 8 weeks without light. Continues subcultures were repeated up to 7 times. The results showed that the growth rate of embryogenic callus increased in the third and fourth subcultures and then decreased in subsequent subcultures. It also revealed that the entire embryogenic callus from the first subculture up to seventh subculture still has the ability to regenerate into new plants. These results indicate that oil palm embryogenic callus can be proliferated by suspension culture with a limit up to the fourth subculture. Ketersediaan benih kelapa sawit berkualitas saat ini merupakan kebutuhan karena adanya program pemerintah untuk menggantikan tanaman sawit di kebun-kebun petani. Salah satu cara vegetatif yang dapat dilakukan adalah meningkatkan jumlah kalus embriogenik yang dihasilkan melalui pengembangan kultur suspensi. Penelitian ini bertujuan mengkaji kemampuan proliferasi kalus embriogenik dari tiga klon kelapa sawit, pada beberapa kali subkultur yang berulang. Media cair MS dengan penambahan 1 ppm 2,4-D dan 0,1 ppm NAA digunakan untuk memperbanyak 0,1–0,2 g kalus embriogenik, dikocok pada 60-80 rpm dan suhu 27 ºC tanpa cahaya selama 8 minggu. Subkultur berulang dilakukan hingga 7 kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kemampuan proliferasi kalus dipengaruhi oleh genotip tanaman induk. Rata-rata kalus embriogenik dapat meningkat pada subkultur ke-3 dan ke-4 dan semakin menurun pada subkultur selanjutnya. Kalus embriogenik hasil proliferasi subkultur pertama hingga ke-7 dapat tumbuh menjadi calon tanaman baru. Hasil ini menunjukkan bahwa kalus embriogenik kelapa sawit dapat diperbanyak dengan kultur suspensi pada batas sampai subkultur ke-4.