Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS) as Non-Invasive Therapeutic for Post-Stroke Dysphagia: A Case Report Tammasse, Jumraini; Andi Kurnia Bintang; Muh. Iqbal Basri; M.H.Rauf, A. Ahwal; Naufal Zuhair, Muh.
Nusantara Medical Science Journal Volume 8 Issue 1, January - June 2023
Publisher : Faculty of Medicine, Hasanuddin University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/nmsj.v8i1.27392

Abstract

Introduction and importance: One of the worst complications that affects people with stroke is dysphagia. Dysphagia causes mortality through dehydration, malnutrition, aspiration pneumonia, and suffocation. For stroke survivors to have better results, post-stroke dysphagia must be adequately addressed using proven treatment methods. Presentation of case: A 64-year-old man complaints of difficulty swallowing with Gugging Swallowing Screen scoring (GUSS)= 7 (severe dysphagia) with left hemiparesis and slurred speech due to ischemic stroke on August 14th 2022. Head CT Scan found bilateral lacunar basal ganglia infarcts with brain atrophy. Patients were treated with standard ischemic stroke therapy, medical rehabilitation and repeated Transcranial Magnetic Stimulation (rTMS) procedures for 10 sessions. GUSS was carried out after the 10th session of rTMS and increased to 14 (moderate dysphagia). Discussion: By stimulating the esophagus cortex bilaterally in post-stroke dysphagia, rTMS is known to be beneficial in modulating cortical excitability and minimizing the imbalance between the hemispheres. Furthermore, it appears to be safe and well-accepted by patients. Conclusions: Our case study shows that rTMS in bilateral esophageal cortex is safe and has therapeutic potential in patients with post-stroke dysphagia.
HUBUNGAN KADAR NITRIC OXIDE (NO) DENGAN TINGKAT SEVERITAS DAN LUARAN KLINIS STROKE ISKEMIK AKUT YANG DIUKUR DENGAN NIHSS DAN mRS Akbar, Muhammad; Wiyasih Widhoretno Eka Puspita; Andi Kurnia Bintang; Gita Vita Soraya; Mimi Lotisna; Ashari Bahar
Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 6 No 1 (2024): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v6i1.162

Abstract

Menurut WHO pada tahun 2021, stroke merupakan masalah kesehatan global yang signifikan dan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan. Perkiraan beban stroke Global Burden of Disease (GBD) tahun 2019 terbaru menunjukkan bahwa stroke masih menjadi penyebab kematian kedua dan penyebab kecacatan terbesar ketiga (seperti yang dinyatakan dalam Disability-Adjusted Life-Years-DALYs) di dunia. Terdapat berbagai faktor yang berkontribusi pada kejadian seluler yang menyebabkan kematian neuron iskemik, salah satu faktor fundamentalnya adalah Nitric oxide (NO) yang menginduksi eksitoksitas. Nitric oxide (NO), gas umum di alam, yang sering dianggap sebagai gas beracun, karena hubungannya yang erat dengan proses patologis banyak penyakit, terutama dalam pengaturan aliran darah dan peradangan sel. Namun, beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan minat bahwa NO memainkan peran signifikan dan positif dalam stroke sebagai molekul sinyal gas esensial. Studi ini bertujuan untuk membuktikan korelasi antara kadar Nitric Oxide (NO) serum dengan severitas dan luaran klinis pada pasien stroke iskemik akut. Penelitian ini merupakan studi cross sectional yang dilakukan pada bulan November 2023-Januari 2024 terhadap 75 pasien stroke iskemik akut di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar dan rumah sakit jejaring lainnya. Kadar Nitric Oxide (NO) serum diperiksa menggunakan prinsip ELISA. Severitas stroke dinilai dengan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) pada saat admisi onset hari ke-1 hingga ke-7 dan luaran klinis dinilai dengan modified Rankin Scale (mRS) pada onset hari ke-30. Uji Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan kadar Nitric Oxide (NO) serum pada kelompok severitas (ringan dan sedang) dan kelompok luaran klinis (baik dan buruk). Uji korelasi Spearman didapatkan korelasi kadar Nitric Oxide (NO) serum dengan severitas (p=0.434, r= -0.092) dan luaran klinis (p= 0.038, r= -0.240). Tidak terdapat hubungan antara kadar Nitric Oxide (NO) serum dengan severitas, namun terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi negatif antara Nitric Oxide (NO) serum dengan luaran klinis pasien stroke iskemik akut. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kadar Nitric Oxide (NO) serum dengan severitas dan luaran klinis pada pasien stroke iskemik akut pada berbagai senter di Indonesia.
PENGARUH INTERVENSI REPETITIVE TRANSCRANIAL MAGNETIC STIMULATION TERHADAP FUNGSI SENSORIMOTOR PADA PASIEN STROKE ISKEMIK SUBAKUT Tamasse, Jumraini; A. Zuljumadi Adma; Muhammad Akbar; Irfan Idris; Andi Kurnia Bintang; Yudy Goysal
Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 6 No 1 (2024): April
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v6i1.163

Abstract

Stroke adalah gangguan akut perfusi serebral dan penyebab kecacatan pada populasi di seluruh dunia. Stroke iskemik subakut adalah fase stroke berdasarkan waktu pemulihan. Untuk mengatasi permasalahan fungsi sensorimotor akibat stroke diperlukan neurorestorasi. Strategi baru dalam bidang neurorestorasi berupa neuroinvasive brain stimulation (NIBS), salah satu modalitasnya adalah repetitive transcranial magnetic stimulation (rTMS). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rTMS telah menunjukan berbagai manfaat terhadap perbaikan fungsi sensorimotor pasca stroke, namun, masih terdapat hasil yang bervariasi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain pre-test post-test control group. Data demografi serta tanda dan gejala pasien diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Protokol rTMS menggunakan stimulus eksitasi frekuensi 10 Hz, 740 pulse selama 7 menit 10 detik dan stimulus inhibisi frekuensi 1 Hz, 1200 pulse selama 19 menit 59 detik sedangkan penilaian terhadap fungsi sensorimotor menggunakan skor fugl-mayer assesment upper extremity dan lower extremity (FMA-UE dan FMA-LE) sebelum dan setelah perlakuan. Uji Wilcoxon dan uji Mann Whitney dilakukan untuk analisis statistik. Signifikansi statistik didefinisikan sebagai nilai p <0,05. Terdapat pengaruh intervensi repetitive Transcranial Magnetic Stimulation terhadap fungsi motorik dimana fungsi motorik pada UE perlakuan (16,33±8,61) dan UE kontrol (2,80±1,42), nilai p 0,000*.