Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PRASASTI RAJA SORITAON nasoichah, churmatin
Naditira Widya Vol 11, No 1 (2017): Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v11i1.206

Abstract

Sebagian besar dari prasasti-prasasti di Nusantara, masih harus diteliti dengan seksama karena sekalipun sudah banyak yang dibaca dan diterbitkan namun kebanyakan baru terbit dalam bentuk alih aksara dan alih bahasa sementara, seperti Prasasti Raja Soritaon. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran menyeluruh terkait Prasasti Raja Soritaon pada makam Batak kuno di wilayah Padang Bujur, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Pengkajian dilakukan melalui penalaran induktif yang bergerak dari fakta-fakta di lapangan yang kemudian diakhiri dengan sebuah kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang dikemukakan. Prasasti Raja Soritaon merupakan makam dari seorang pendiri huta/kampung yang bernama Raja Soritaon. Raja Soritaon digambarkan sebagai sosok orang kaya, pendiri kampung Padang Bujur, orang yang dituakan dan dihormati, serta orang yang dapat memutuskan segala permasalahan tanpa bisa diganggu gugat.
AKSARA BATAK DALAM KEBHINNEKAAN NUSANTARA Nasoichah, Churmatin
Kebudayaan Vol 11, No 1 (2016)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (865.055 KB) | DOI: 10.24832/jk.v11i1.13

Abstract

AbstractIn general, Indonesian people and their cultural complex can be seen as a plural andheterogeneous (diverse) relation at the same time. The Indonesianness (Keindonesiaan) isbegin with diversity in the archipelago. The rapid flow of arrival of other cultures triggered theprocess of acculturation and cultural uniformity. Batak, as one of the ethnic groups, is capableto respond creatively to Hindu-Buddhist influences that coming from outside of the archipelagousing the independence of its local culture which is reflected in the form of Batak alphabet. Theformal form of this script is different from other local scripts, but it has a standardized patternof writing through the use of ina ni surat and anak ni surat which derived from the Pallawa. Themain issue that raised is regarding the form of the diversity contained in Batak alphabet. Theaim is to describe the diversity through the alphabet, as well as to increase the repertoire ofdiversity through diverse scripts. The method used in this study is inductive reasoning throughcomparative studies. As a result, Batak scripts and several other local scripts indicate thediversity of script development that happens due to periods and the conditions in their respectivecommunities. The existence of local scripts also indicate a value of cultural diversity in theIndonesian archipelago. AbstrakSecara umum masyarakat Indonesia beserta kompleks kebudayaannya dapat dilihat sebagaisuatu relasi yang bersifat plural (jamak) sekaligus heterogen (aneka ragam). Ke-Indonesia-anberawal dari keberagaman atau kebhinnekaan di Nusantara. Kedatangan arus deras budaya dariluar memicu adanya proses akulturasi budaya dan penyeragaman budaya Nusantara. Bataksebagai suatu etnis yang terdapat di Nusantara, melalui kemandirian budaya lokalnya mampumenanggapi secara kreatif pengaruh Hindu-Buddha yang datang dari luar yang tercermin dalamsalah satunya berupa aksara Batak. Bentuk formal aksara ini berbeda dengan aksara lokal lain,tetapi memiliki pakem/ standar baku dalam hal penulisannya melalui penggunaan ina ni suratdan anak ni surat yang berinduk pada aksara pallawa. Adapun permasalahan utama yangdiajukan berkaitan dengan wujud kebhinnekaan yang terdapat pada aksara Batak. Tujuannyaadalah menggambarkan kebhinnekaan melalui aksara, serta menambah khasanah kebhinnekaanmelalui keragaman aksara. Metode yang digunakan berupa penalaran induktif melalui studikomparatif. Hasilnya, aksara Batak dan beberapa aksara lokal lainnya menunjukkan adanyakebhinnekaan dari perkembangan aksara yang terjadi karena faktor waktu dan kondisi dilingkungannya masing-masing. Adanya beberapa jenis aksara lokal ini juga menunjukkanadanya suatu khazanah keragamanan budaya yang ada di Nusantara.
AKSARA BATAK DALAM KEBHINNEKAAN NUSANTARA Nasoichah, Churmatin
Kebudayaan Vol 11 No 1 (2016)
Publisher : Puslitjakdikbud Balitbang Kemdikbud

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jk.v11i1.13

Abstract

AbstractIn general, Indonesian people and their cultural complex can be seen as a plural andheterogeneous (diverse) relation at the same time. The Indonesianness (Keindonesiaan) isbegin with diversity in the archipelago. The rapid flow of arrival of other cultures triggered theprocess of acculturation and cultural uniformity. Batak, as one of the ethnic groups, is capableto respond creatively to Hindu-Buddhist influences that coming from outside of the archipelagousing the independence of its local culture which is reflected in the form of Batak alphabet. Theformal form of this script is different from other local scripts, but it has a standardized patternof writing through the use of ina ni surat and anak ni surat which derived from the Pallawa. Themain issue that raised is regarding the form of the diversity contained in Batak alphabet. Theaim is to describe the diversity through the alphabet, as well as to increase the repertoire ofdiversity through diverse scripts. The method used in this study is inductive reasoning throughcomparative studies. As a result, Batak scripts and several other local scripts indicate thediversity of script development that happens due to periods and the conditions in their respectivecommunities. The existence of local scripts also indicate a value of cultural diversity in theIndonesian archipelago. AbstrakSecara umum masyarakat Indonesia beserta kompleks kebudayaannya dapat dilihat sebagaisuatu relasi yang bersifat plural (jamak) sekaligus heterogen (aneka ragam). Ke-Indonesia-anberawal dari keberagaman atau kebhinnekaan di Nusantara. Kedatangan arus deras budaya dariluar memicu adanya proses akulturasi budaya dan penyeragaman budaya Nusantara. Bataksebagai suatu etnis yang terdapat di Nusantara, melalui kemandirian budaya lokalnya mampumenanggapi secara kreatif pengaruh Hindu-Buddha yang datang dari luar yang tercermin dalamsalah satunya berupa aksara Batak. Bentuk formal aksara ini berbeda dengan aksara lokal lain,tetapi memiliki pakem/ standar baku dalam hal penulisannya melalui penggunaan ina ni suratdan anak ni surat yang berinduk pada aksara pallawa. Adapun permasalahan utama yangdiajukan berkaitan dengan wujud kebhinnekaan yang terdapat pada aksara Batak. Tujuannyaadalah menggambarkan kebhinnekaan melalui aksara, serta menambah khasanah kebhinnekaanmelalui keragaman aksara. Metode yang digunakan berupa penalaran induktif melalui studikomparatif. Hasilnya, aksara Batak dan beberapa aksara lokal lainnya menunjukkan adanyakebhinnekaan dari perkembangan aksara yang terjadi karena faktor waktu dan kondisi dilingkungannya masing-masing. Adanya beberapa jenis aksara lokal ini juga menunjukkanadanya suatu khazanah keragamanan budaya yang ada di Nusantara.
PRASASTI-PRASASTI BERAKSARA PASCA-PALAWA: BUKTI KEBHINNEKAAN DI KAWASAN KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS, SUMATERA UTARA nasoichah, Churmatin; Andhifani, Wahyu Rizky
Siddhayatra Vol 25, No 1 (2020): JURNAL ARKEOLOGI SIDDHAYATRA
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1943.659 KB) | DOI: 10.24832/siddhayatra.v25i1.163

Abstract

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah wujud kebhinnekaan dapat terlihat dari data-data prasasti beraksara paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak yang ada di kawasan Kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara? Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui wujud kebhinnekaan dari data-data prasasti beraksara paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak yang ada di kawasan kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kawasan kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara dilihat dari hasil temuan-temuan prasastinya dihuni tidak hanya masyarakat Melayu namun juga terdapat eksistensi masyarakat lokal lain yaitu masyarakat Batak. Terdapatnya penggunaan dua bentuk aksara yaitu aksara Paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak menunjukkan adanya keberagaman bentuk yang ada di kawasan kepurbakalaan tersebut. Penggunaan bahasa Sansekerta, bahasa Melayu dan bahasa Batak juga menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan kepurbakalaan tersebut beragam dan sangat terbuka terhadap pengaruh luar seperti halnya pengaruh budaya India yang berupa bentuk aksara dan penggunaan Bahasa Sansekerta.
PRASASTI-PRASASTI BERAKSARA PASCA-PALAWA: BUKTI KEBHINNEKAAN DI KAWASAN KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS, SUMATERA UTARA nasoichah, Churmatin; Andhifani, Wahyu Rizky
Siddhayatra Vol 25, No 1 (2020): JURNAL ARKEOLOGI SIDDHAYATRA
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/siddhayatra.v25i1.163

Abstract

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah wujud kebhinnekaan dapat terlihat dari data-data prasasti beraksara paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak yang ada di kawasan Kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara? Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui wujud kebhinnekaan dari data-data prasasti beraksara paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak yang ada di kawasan kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kawasan kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara dilihat dari hasil temuan-temuan prasastinya dihuni tidak hanya masyarakat Melayu namun juga terdapat eksistensi masyarakat lokal lain yaitu masyarakat Batak. Terdapatnya penggunaan dua bentuk aksara yaitu aksara Paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak menunjukkan adanya keberagaman bentuk yang ada di kawasan kepurbakalaan tersebut. Penggunaan bahasa Sansekerta, bahasa Melayu dan bahasa Batak juga menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan kepurbakalaan tersebut beragam dan sangat terbuka terhadap pengaruh luar seperti halnya pengaruh budaya India yang berupa bentuk aksara dan penggunaan Bahasa Sansekerta.
KARAKTERISTIK AKSARA PAKPAK BERDASARKAN SUMBER TERTULIS DI DAIRI DAN PAKPAK BHARAT, SUMATERA UTARA Nasoichah, Churmatin; Tedjowasono, Ninny Soesanti; Sibarani, Tomson; Sekali, Mehammat Br. Karo; Andhifani, Wahyu Rizky; Lumban Tobing, Lolita Refani
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya Vol. 13, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Pakpak ethnic group occupy two areas in North Sumatra, namely Dairi and Pakpak Bharat, and speak a language with its own set of characters called the Pakpak script. This study discusses the Pakpak script characteristics and writing materials, and provides a compiled description of the Pakpak community in the past based on written sources. The purpose of this study is to determine the characteristics of the Pakpak script and provide a historical description of the ethnic group based on written sources. This study uses the exploratory inductive reasoning model. Results show that the Pakpak and Batak scripts share similar characteristics. Stones and tree barks were the two main media on which the script was written. Based on historical records, the Pakpak people practiced animism with a unique burial system in which corpses were burned and the ashes were then placed in stone grave containers called perabuen. The livelihood system of the Pakpak community was dominated by rice farming. There was also a social system consisting of permangmang (the “oldest” clan) and persinabul(the “younger” clan), each of which had to respect each other and obey the existing rules.