Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KARAKTERISTIK AKSARA PAKPAK BERDASARKAN SUMBER TERTULIS DI DAIRI DAN PAKPAK BHARAT, SUMATERA UTARA Nasoichah, Churmatin; Tedjowasono, Ninny Soesanti; Sibarani, Tomson; Sekali, Mehammat Br. Karo; Andhifani, Wahyu Rizky; Lumban Tobing, Lolita Refani
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya Vol. 13, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Pakpak ethnic group occupy two areas in North Sumatra, namely Dairi and Pakpak Bharat, and speak a language with its own set of characters called the Pakpak script. This study discusses the Pakpak script characteristics and writing materials, and provides a compiled description of the Pakpak community in the past based on written sources. The purpose of this study is to determine the characteristics of the Pakpak script and provide a historical description of the ethnic group based on written sources. This study uses the exploratory inductive reasoning model. Results show that the Pakpak and Batak scripts share similar characteristics. Stones and tree barks were the two main media on which the script was written. Based on historical records, the Pakpak people practiced animism with a unique burial system in which corpses were burned and the ashes were then placed in stone grave containers called perabuen. The livelihood system of the Pakpak community was dominated by rice farming. There was also a social system consisting of permangmang (the “oldest” clan) and persinabul(the “younger” clan), each of which had to respect each other and obey the existing rules.
The Padashon Demban Tradition of 'Delivering Betel' in the Batak Simalungun Community: A Study of Local Wisdom Purba, Roma Hotni Uhur; Simarmata, Tioara Monika; Silaban, Ridho Wahyu Cristian; Hutagalung, Andreas Alessandro; Sibarani, Tomson
Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 5 (2025): September 2025
Publisher : Raja Zulkarnain Education Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55909/jpbs.v4i5.918

Abstract

This study examines the Padashon Demban tradition, also known as the tradition of giving betel to the Batak Simalungun people. This tradition is a cultural heritage that still lives on today. This study aims to identify the symbolic meaning, social function, and cultural values contained in the practice of giving betel as part of the Simalungun community’s way of life. This study employed a qualitative methodology and a descriptive approach. Data were collected through observation, interviews with traditional leaders and community members, and through literature research on various written sources on Simalungun traditions and culture. The study shows that Padashon Demban has various presentation forms, including Batu ni Demban, Demban Tugah-Tugah, Demban Tasakan, and Demban Gunringan. Each form has a unique purpose and meaning. This tradition embodies social, ethical, aesthetic, and spiritual values that emphasize the importance of respect, politeness, balance, and togetherness in community life. Betel is a symbol of goodwill, appreciation, and a way to strengthen social relationships and resolve problems peacefully. The Padashon Demban tradition demonstrates the strong cultural and moral values of the Batak Simalungun people. It is crucial to preserve this tradition so that future generations can recognize and practice the noble values that shape social harmony and the nation’s cultural identity.
Tradisi Pasahathon Ulos Tujung Pada Etniik Batak Toba: Kajian Kearifan Lokal Sihombing, Patar Cristian; Aritonang, Rebecca Saulina; Tarigan, Sarah Nathasia Br; Sibarani, Tomson
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tradisi Pasahathon Ulos Tujung merupakan bagian penting dari upacara kematian masyarakat Batak Toba yang penuh dengan nilai kearifan lokal. Tradisi ini melibatkan pemberian ulos kepada pasangan yang kehilangan suami atau istri sebagai simbol penghormatan, penguatan, dan perlindungan dalam menghadapi masa duka. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan dan tata cara pelaksanaan tradisi ini serta mengungkap jenis kedamaian dan kesejahteraan yang terkandung di dalamnya.Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, data diperoleh melalui observasi dan wawancara terhadap informan yang terlibat dalam tradisi ini di Desa Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung, Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi ini mencerminkan nilai kesopansantunan, rasa syukur, dan pelestarian budaya. Selain itu, Pasahathon Ulos Tujung berfungsi memperkuat solidaritas keluarga, menjaga kehormatan adat, serta memberikan makna mendalam terhadap nilai-nilai spiritual dan sosial dalam masyarakat Batak Toba. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari identitas budaya, tetapi juga menjadi wujud nyata kedamaian dan kesejahteraan yang terus dilestarikan di tengah perubahan zaman.
Legenda Simanampang di Kecamatan Silahisabungan Kajian Kearifan Lokal Naibaho, Dewes Agustina; Pasaribu, Niken Kirey; Sitorus, Oliviya Sera; Simamora, Devina C; Sibarani, Tomson; Sinulingga, Jekmen
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menganalisis legenda Simanampang yang berasal dari daerah Silahisabungan, Batak Toba. Legenda ini mengisahkan asal mula tempat suci bernama Simanampang yang memiliki nilai historis dan budaya penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang terkandung dalam legenda, serta menilai perannya dalam membentuk identitas masyarakat Batak Toba. Analisis terhadap legenda Simanampang menunjukkan bahwa legenda ini penuh dengan nilai-nilai luhur, seperti rasa syukur, pola pikir positif, komitmen, kerukunan, penyelesaian konflik, kesetiakawanan sosial, kejujuran, kesopansantunan, kepedulian terhadap lingkungan, pelestarian budaya, kreativitas, pengelolaan gender, gotong royong, kesehatan, pendidikan, disiplin, dan kerja keras. Penelitian ini juga membahas bagaimana legenda Simanampang tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya, tetapi juga pedoman moral yang relevan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Strategi untuk mempertahankan dan mewariskan legenda ini, seperti melalui pendidikan, revitalisasi tradisi, dan dokumentasi budaya, diulas sebagai upaya agar kearifan lokal tetap hidup di tengah arus globalisasi. Dengan memahami dan melestarikan legenda ini, masyarakat diharapkan dapat memperkuat identitas budaya mereka sekaligus menjaga nilai-nilai tradisi yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Penelitian ini memberikan kontribusi penting terhadap pelestarian budaya dan pembangunan berbasis kearifan lokal.
Eksistensi Ulos Batak Toba dalam Upacara Kelahiran dan Pernikahan: Kajian Budaya Siallagan, Intan Putri; Saragi, Mery Grace Jenita; Karosekali, Emmya Kristina Br; Siregar, Helda; Sinulingga, Jekmen; Sibarani, Tomson
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulos Batak merupakan kain tenun tradisional dari Sumatera Utara yang memiliki nilai filosofis dan digunakan dalam berbagai upacara adat masyarakat Batak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji eksistensi ulos Batak dalam dalam upacara kelahiran dan pernikahan: kajian budaya, khususnya perannya dalam upacara adat, makna filosofis yang terkandung, serta upaya pelestariannya. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur, penelitian ini menganalisis data secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulos Batak memiliki peran penting dalam upacara kelahiran, pernikahan, di masyarakat Batak Toba. Setiap motif dan warna ulos menyimpan makna filosofis yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Batak. Meskipun menghadapi tantangan berkurangnya jumlah penenun ulos, eksistensi ulos Batak tetap terjaga melalui upaya pelestarian seperti mendirikan pusat pelatihan menenun, mengikutsertakan ulos dalam event budaya, serta melakukan promosi dan pemasaran. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya melestarikan warisan budaya sebagai identitas suatu masyarakat dan menjaga nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.
Nilai Nilai Budaya dalam Permainan Tradisional Simalungun Damanik, Ramlan; Mulyani, Rozanna; Fadlin, Fadlin; Sibarani, Tomson
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional Simalungun. Melalui studi literatur dan pengamatan langsung terhadap masyarakat Simalungun, penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan bagaimana permainan tradisional tersebut berfungsi sebagai media transmisi nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi. Data penelitian diperoleh melelui observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi. Pengolahan data dianalisis dengan menggunakan teori ni Luh Sustiawati. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman yang lebih mendalam tentang kekayaan budaya Simalungun serta memberikan rekomendasi untuk pelestarian permainan tradisional sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya bangsa. Permainan tradisional yang dianalisis sebanyak 5 buah antara lain: marlubuk’ congkak’, marsitengka’engklek’, marjalengkat’ egrang’,margalah’gobak sodor’, dan pattuk lele’ patok lele. Dan setiap permainan dijumpai nilai nilai budaya seperti nilai kebersamaan, nilai sportifitas, nilai estetika dan kreatifitas, nilai disiplin dan nilai hiburan dan olahraga.
" Upaya Membina Keharmonisan dan Tinggalkan Perundungan (Bullying)" dalam Penyuluhan bagi Siswa Sekolah Dasar 091323 di Desa Merek Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Sinaga, Warisman; Damanik, Ramlan; Sinulingga, Jekmen; Herlina, Herlina; Tampubolon, Flansius; Purba, Asriaty R; Mulyani, Rozanna; Naiborhu, Torang; Fadlin, Fadlin; Sibarani, Tomson
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bullying merupakan masalah serius yang dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak. Penelitian ini mengkaji upaya pencegahan bullying melalui program penyuluhan yang komprehensif di Sekolah Dasar 091323 Desa Merek Raya. Program ini melibatkan siswa, guru, orang tua, dan komunitas sekolah dalam menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif. Dengan menggabungkan kegiatan edukasi, pelatihan keterampilan sosial, dan dukungan psikologis, diharapkan dapat tercipta suasana sekolah yang harmonis dan bebas dari bullying." Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program penyuluhan yang melibatkan seluruh komponen sekolah dalam upaya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang siswa. Penelitian ini bertujuan juga untuk mengukur efektivitas program penyuluhan dalam membina keharmonisan dan mencegah bullying di kalangan siswa Sekolah Dasar 091323 Desa Merek Raya, Kabupaten Simalungun. Melalui pendekatan yang menekankan pada pembentukan karakter positif, empati, dan kemampuan berkomunikasi yang efektif, diharapkan siswa dapat membangun relasi yang sehat dan menghindari perilaku perundungan. Metode yang digunakan meliputi penyuluhan interaktif, role-playing, dan diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam sikap positif siswa terhadap teman sebaya serta penurunan insiden bullying. Sekolah Dasar 091323 Desa Merek Raya menjadi sasaran penelitian ini dengan fokus pada pencegahan bullying. Program penyuluhan yang dilaksanakan meliputi sosialisasi, pelatihan, dan pembentukan kelompok dukungan sebaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan aktif semua pihak sangat penting dalam menciptakan perubahan positif dan mengurangi kejadian bullying di sekolah."