Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PRASASTI-PRASASTI BERAKSARA PASCA-PALAWA: BUKTI KEBHINNEKAAN DI KAWASAN KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS, SUMATERA UTARA nasoichah, Churmatin; Andhifani, Wahyu Rizky
Siddhayatra Vol 25, No 1 (2020): JURNAL ARKEOLOGI SIDDHAYATRA
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1943.659 KB) | DOI: 10.24832/siddhayatra.v25i1.163

Abstract

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah wujud kebhinnekaan dapat terlihat dari data-data prasasti beraksara paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak yang ada di kawasan Kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara? Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui wujud kebhinnekaan dari data-data prasasti beraksara paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak yang ada di kawasan kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kawasan kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara dilihat dari hasil temuan-temuan prasastinya dihuni tidak hanya masyarakat Melayu namun juga terdapat eksistensi masyarakat lokal lain yaitu masyarakat Batak. Terdapatnya penggunaan dua bentuk aksara yaitu aksara Paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak menunjukkan adanya keberagaman bentuk yang ada di kawasan kepurbakalaan tersebut. Penggunaan bahasa Sansekerta, bahasa Melayu dan bahasa Batak juga menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan kepurbakalaan tersebut beragam dan sangat terbuka terhadap pengaruh luar seperti halnya pengaruh budaya India yang berupa bentuk aksara dan penggunaan Bahasa Sansekerta.
PRASASTI-PRASASTI BERAKSARA PASCA-PALAWA: BUKTI KEBHINNEKAAN DI KAWASAN KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS, SUMATERA UTARA nasoichah, Churmatin; Andhifani, Wahyu Rizky
Siddhayatra Vol 25, No 1 (2020): JURNAL ARKEOLOGI SIDDHAYATRA
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/siddhayatra.v25i1.163

Abstract

Permasalahan penelitian ini adalah bagaimanakah wujud kebhinnekaan dapat terlihat dari data-data prasasti beraksara paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak yang ada di kawasan Kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara? Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui wujud kebhinnekaan dari data-data prasasti beraksara paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak yang ada di kawasan kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kawasan kepurbakalaan Padang Lawas, Sumatera Utara dilihat dari hasil temuan-temuan prasastinya dihuni tidak hanya masyarakat Melayu namun juga terdapat eksistensi masyarakat lokal lain yaitu masyarakat Batak. Terdapatnya penggunaan dua bentuk aksara yaitu aksara Paleo-Sumatra (Sumatra Kuno) dan Aksara Batak menunjukkan adanya keberagaman bentuk yang ada di kawasan kepurbakalaan tersebut. Penggunaan bahasa Sansekerta, bahasa Melayu dan bahasa Batak juga menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan kepurbakalaan tersebut beragam dan sangat terbuka terhadap pengaruh luar seperti halnya pengaruh budaya India yang berupa bentuk aksara dan penggunaan Bahasa Sansekerta.
Penelusuran Jejak Islam di Belitung Andhifani, Wahyu Rizky; Ali, Nor Huda
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya Vol. 10, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the islands in Indonesia which has both tourist and mining interests is Belitung Island. Belitung Island is an island between Kalimantan Island and Bangka Island. The history of Belitung is said to have existed since the time of the Majapahit Kingdom, while in the Islamic Belitung era it had four kingdoms, namely: the Balok Kingdom (the oldest and largest), Belantu Kingdom, Badau Kingdom, and Buding Kingdom. This study aims to reveal the existence of Islam on Belitung Island, and this is because Belitung Island has many Islamic treasures, some of which have not been disclosed. This research uses explorative and expansive methods. Islam entered Belitung around the end of the 16th century. In the 17th century, Islam in Belitung became an institution of political power with the establishment of the four kingdoms. Sources about the arrival of Islam on the island of Belitung have a variety of stories that developed in the community, and each source is supported by the data on the tombstone findings in several places on the island of Belitung. Assumptions about who spread various versions start from Aceh, Minangkabau, Palembang, Islamic Mataram, Majapahit, Cirebon, Banten, Gresik, and Banjar.
MASUK DAN BERKEMBANG AGAMA HINDU DALAM PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT NUSANTARA Darme, Made; Andhifani, Wahyu Rizky
Danadyaksa Historica Vol 3, No 1 (2023): Danadyaksa Historica
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/jdh.v3i1.6045

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses masuk dan perkembangan agama Hindu terhadap pengaruhnya pada sistem kepercayaan masyarakat Nusantara. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan bantuan studi pustaka yang diperoleh melalui review buku, jurnal, catatan, dan berbagai macam laporan keterkaitan dengan penelitian ini. Proses masuk dan berkembangnya agama Hindu tidak terlepas dari empat teori yang kemukakan oleh para ahli, melalui teori Waisya, Ksatria, Brahmana, dan Arus Balik. Awal keberadaan Hindu pertama kali di Kerajaan Kutai abad IV M. Mulai menyebar pada Kerajaan Tarumanegara abad V M, Kerajaan Sriwijaya abad VIII M (Kota Kapur), Kerajaan Bali abad IX M. Persebaran agama Hindu yang semakin meluas memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap sistem kepercayaan masyarakat Nusantara. Agama Hindu diasimilasikan dengan kebudayaan Nusantara, sehingga kepercayaan animisme dan dinamisme tetap berkembang pada kehidupan masyarakat. Sistem pelaksanaan agama Hindu mengikuti kaidah-kaidah pedoman dari India, namun kepercayaan roh nenek moyang tetap diyakini oleh masyarakat Nusantara.
KARAKTERISTIK AKSARA PAKPAK BERDASARKAN SUMBER TERTULIS DI DAIRI DAN PAKPAK BHARAT, SUMATERA UTARA Nasoichah, Churmatin; Tedjowasono, Ninny Soesanti; Sibarani, Tomson; Sekali, Mehammat Br. Karo; Andhifani, Wahyu Rizky; Lumban Tobing, Lolita Refani
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya Vol. 13, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Pakpak ethnic group occupy two areas in North Sumatra, namely Dairi and Pakpak Bharat, and speak a language with its own set of characters called the Pakpak script. This study discusses the Pakpak script characteristics and writing materials, and provides a compiled description of the Pakpak community in the past based on written sources. The purpose of this study is to determine the characteristics of the Pakpak script and provide a historical description of the ethnic group based on written sources. This study uses the exploratory inductive reasoning model. Results show that the Pakpak and Batak scripts share similar characteristics. Stones and tree barks were the two main media on which the script was written. Based on historical records, the Pakpak people practiced animism with a unique burial system in which corpses were burned and the ashes were then placed in stone grave containers called perabuen. The livelihood system of the Pakpak community was dominated by rice farming. There was also a social system consisting of permangmang (the “oldest” clan) and persinabul(the “younger” clan), each of which had to respect each other and obey the existing rules.
Pola Arkeoastronomi: Kerajaan Wengker Berdasarkan Garis Imajiner pada Sendang Kuno di Ponorogo Sucahyo, Iqbal Rizki; Zameilani, Niswa Asmi; Andhifani, Wahyu Rizky; Wiretno, Wiretno
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 8 No. 1 (2024): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v8i1.30205

Abstract

Kabupaten Ponorogo merekam jejak peradaban Kerajaan Wengker yang masih diperdebatkan lokasi pusat pemerintahan. Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan pola garis imajiner yaitu Situs Sendang Beji, Situs Sirah keteng, Goa Pertapa Selo Jolo Tundho dan Punden Ngreco. Pola garis tersebut menunjukkan kemungkinan sebuah pola tata ruang dan kosmologi. Metode yang digunakan adalah Grounded Research yang dibantu dengan ilmu Arkeoastronomi serta budaya untuk mencari hubungan garis imajiner dengan posisi benda langit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis astronomi dan analisis arkeologi yang diperoleh dari wawancara, literatur, benda arkeologi dan kondisi geografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa garis imajiner utama yang ditemukan peneliti memiliki kesegarisan dengan matahari pada Bulan Caitra yang merupakan bulan pertama dalam kalender saka serta kosmologi spiritual Masyarakat Wengker yang berorientasi pada gunung Suci Wilis. Topografi tinggalan arkeologi pada garis imajiner dan sekitarnya belum menunjukkan keberadaan lokasi pusat pemerintahan tetapi menjadi bukti adanya peradaban Kerajaan Wengker yang terbagi dalam 3 wilayah yaitu, tani atau pemukiman penduduk, dharma lpas atau tanah hibah raja dan karesyian. Selain itu, situs-situs disekitar garis imajiner juga menunjukkan pola pertahanan raja atau penguasa wilayah Wengker. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pemerintah dalam pelestarian situs sejarah di Ponorogo, serta menambah khazanah ilmu pengetahuan, agar terus dikembangkan.   Ponorogo Regency records traces of the civilization of the Wengker Kingdom which is still debated on the location of the seat of government. Based on initial observations, researchers found imaginary line patterns, namely the Sendang Beji Site, Sirah keteng Site, Selo Jolo Tundho and Punden Ngreco. The line pattern shows the possibility of a spatial and cosmological pattern. The method used is Grounded Research which is assisted by archaeoastronomy and culture to find the relationship between imaginary lines and the position of celestial bodies. This research uses astronomical analysis techniques and archaeological analysis obtained from interviews, literature, archaeological objects and geographical conditions. The results showed that the main imaginary line found by the researcher has a parallelism with the sun in the month of Caitra which is the first month in the saka calendar as well as the spiritual cosmology of the Wengker Community which is oriented towards the Holy mountain Wilis. The topography of archaeological remains on the imaginary line and its surroundings has not shown the existence of a central government location but is evidence of the existence of the Wengker Kingdom civilization which is divided into 3 areas, namely, tani or residential areas, dharma lpas or king's grant land and karesyian. In addition, the sites around the imaginary line also show the defense pattern of the king or ruler of the Wengker region. The results of this research can be a reference for the government in preserving historical sites in Ponorogo, as well as adding to the treasury of knowledge, so that it continues to be developed. 
Persepsi dan Interpretasi Kebahasaan dalam Kajian Filologi Pada Naskah Abdurahman Husen Al Fakugha (AHF) di Kalimantan Barat Safitri, Ananda Dwi; Andhifani, Wahyu Rizky; Thamimi, Muhammad; Hariyadi, Hariyadi
JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) Vol 9, No 1 (2024): VOLUME 9 NUMBER 1 MARCH 2024
Publisher : STKIP Singkawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26737/jp-bsi.v9i1.5404

Abstract

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang jelas tentang apa yang akan diteliti mengenai Persepsi dan Interpretasi Linguistik dalam Kajian Filologi dalam Naskah Abdurahman Husen Al Fakugha (AHF) Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif untuk menggambarkan isi hasil penelitian yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif untuk memecahkan masalah yang ingin dipecahkan. Penelitian ini menggunakan kajian filologi untuk mendeskripsikan isi naskah Syair Pantun Suluk. Data dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara dengan informan serta isi naskah Syair Pantun Suluk. Sumber data penelitian ini adalah informan dan naskah Syair Pantun Suluk. Penelitian ini menghasilkan data bahwa setiap masyarakat mempunyai persepsi dan penafsiran tersendiri dalam memahami dan menafsirkan sesuatu, dan filologi akan membantu masyarakat awam untuk memahami isi yang terkandung dalam naskah Pantun Suluk Syair. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dan peneliti lainnya.
Perspektif Masyarakat Palembang Terhadap Situs Bukit Seguntang Sebagai Pusat Agama Buddha Andhifani, Wahyu Rizky; Kurniawati; Darme, Made; Susanti, L.R. Retno; Hudaidah, Hudaidah; Wahyudi, Wanny Rahadjo
PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 13 No. 2 (2024): Vol. 13 (2) November 2024
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/purbawidya.2024.3807

Abstract

This research aims to describe and analyze the perspectives of the people of Palembang on the Bukit Seguntang Site as the center of Buddhism. The method used qualitative description with the use of statistics to compile and display data as material for verification and interpretation. The results of this research showed that the people of Palembang did not know Seguntang Hill as a sacred place for Buddhist adherents, and its existence is only known as a sacred public cemetery. In addition, the people of Palembang have very little knowledge about the impact of development on historic sites even though it is stated in the Cultural Heritage Regulations of the Law of the Republic of Indonesia Number 11 in 2010. Even though it has been stated in government regulations, the construction of galleries, cafes, and parks is still being built without taking into account the identity of the historical values ​​of Seguntang Hill.  
STRUKTUR BERTINGKAT DAN RANGKA BETON GAYA EROPA PADA BANGUNAN RAADHUIS (WATERTOREN) KOTA PALEMBANG: STRUKTUR BERTINGKAT DAN RANGKA BETON GAYA EROPA PADA BANGUNAN RAADHUIS (WATERTOREN) KOTA PALEMBANG Irwanto, Dedi; Andhifani, Wahyu Rizky; Apriani, Evy; Wahyudi, Wanny Rahardjo
Berkala Arkeologi Vol. 44 No. 1 (2024)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jba.2024.5051

Abstract

This article discusses the use and function of raadhuis buildings, as well as water towers in Palembang City. This building has a multi-story structure with a concrete frame. The mayor of d'Armandville initiated the design of this building, a concept that Lissa Nessel, the subsequent mayor, carried forward. In this article, we will discuss buildings and non-buildings in the form of reinforced concrete from the construction of raadhuis and water tower buildings during that period, including notes on the development of the Palembang city hall complex, which has not been widely disclosed. Using archaeological and historical data, the aim of writing this article is to examine the development of the use, function, and expert design of this building complex, both during the colonial period and today. We conducted the research in four stages of archaeological-historical study: data collection, data analysis, data processing, and data writing. We cannot separate the results of the study of multi-story structures with concrete frames from the presence of the elite contractor Hollandsche Beton Maatschapij NV (HBM), based in Talang Jawa, Palembang. HBM was an early investor in the city of Palembang, which developed reinforced concrete as a structural material that was able to properly distribute construction loads evenly. So, architect S. Snuyf's design of Palembang City Hall can accommodate various structural elements. The presence of reinforced concrete from the Raadhuis construction triggered the construction of other reinforced concrete buildings in the city of Palembang.
Mr: Preservasi Naskah Kuno : Studi Kasus Perpustakaan Pribadi Kemas Andi Syarifuddin di Kota Palembang Saputra, Roki; Rochmiatun, Endang; Andhifani, Wahyu Rizky
Berkala Arkeologi Vol. 45 No. 1 (2025)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jba.2025.6421

Abstract

This paper explores the preservation of ancient manuscripts in the private library of Kemas Andi Syarifuddin in Palembang. The study focuses on three key aspects: 1) the factors contributing to manuscript deterioration, 2) the owner's knowledge of ancient manuscript preservation, and 3) the preservation efforts undertaken. The research employs methods such as data collection, observation, interviews, documentation, and document analysis to gain a comprehensive understanding. Findings indicate that manuscript damage results from chemical factors like oxidation and humidity, biological factors such as mold and insects, and human-related factors like improper handling. The owner possesses substantial knowledge of preservation and has taken measures including proper storage, digitization, transliteration, and the use of traditional materials like tobacco and camphor to prevent damage. However, preservation efforts face challenges such as limited resources, inadequate understanding of modern conservation techniques, and potential natural disasters. This study offers valuable insights into manuscript preservation and serves as a reference for private and public libraries in safeguarding cultural heritage.