Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Determining Bouncepoints in the South of Kalimantan Island for SS Wave Phase Fahruddin Fahruddin; Gusti Aldy; Muhammad Rasyid Ridho; Ibrahim Ibrahim; Nurlina Nurlina; Sudarningsih Sudarningsih; Mustaid Yusuf; Syamsurijal Rasimeng; La Ode Safiuddin
Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Vol 20, No 3 (2023): Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Publisher : Lambung Mangkurat University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/flux.v20i3.17280

Abstract

The bouncepoints or reflection point of a seismic wave is very important to determine a research area that utilizes SS precursors data. In this study the data used has criteria, to obtain good data. Hence, the research results are also good, while the criteria are: the depth of the earthquake source is limited to less than 75 Km to reduce interference with precursor waves that arrive earlier (sSdiff) and it is easier to determine the bouncepoint. The earthquake source is more than 5.8 Mw to get a good SS phase signal-to-noise ratio (SNR). The best distance between the source and the receiving station is ≥ 1000 to avoid interference with waves reflected on the surface (Ss670s and Ss400s) and ≤ 1650 to avoid interference with ScSScS precursors. The location of this study is in the south of the island of Kalimantan (15 bouncepoints) and there are 3 points data whose bouncepoints is outside the study area. Earthquake data obtained from IRIS (Incorporated Research Institutions for Seismology). The research data for earthquake centers are in Australia, New Zealand and others, for earthquake measuring stations in Europe and Asia.
Analisis Pengaruh ENSO dan IOD Terhadap Evaporasi di Selat Makassar Menggunakan Metode Bowen Ratio Riza, Muhammad; Zetsaona Sihotang; Idris Mandang; Mustaid Yusuf
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 7 No 2 (2025): November
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/jrkt.v7i2.122

Abstract

Perpindahan panas global sangat penting untuk memahami mekanisme variabilitas iklim dalam skala global. Rasio Bowen dapat digunakan untuk menentukan fluks panas laten pada suatu permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi variabilitas evaporasi di Selat Makassar menggunakan metode bowen ratio dan kaitannya terhadap fenomena ENSO dan IOD dan Mengetahui durasi dari fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap perubahan evaporasi di Selat Makassar. Rasio Bowen dihitung dengan membagi nilai sensible heat flux dengan latent heat flux. Setelah mendapatkan nilai Rasio Bowen kemudian akan dicari cross-correlation diantara Rasio Bowen dan ONI (Ocean Nino Index) kemudian ditentukan berapa lama jeda waktu yang diperlukan untuk anomali di Samudera Pasifik berpengaruh ke Selat Makassar. Kemudian Cross-correlation dihitung kembali diantara Rasio Bowen dan DMI untuk melihat efek anomali di Samudera Hindia terhadap Selat Makassar. Data sensible heat flux dan latent heat flux didapatkan dari ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) dianalisis dari tahun 1990-2022 dan akan dirata-ratakan perbulannya. Didapatkan hasil penurunan Rasion Bowen dari tahun 1990-2022 yang mengindikasikan evaporasi yang semakin rendah. Klimatologi Rasio Bowen menunjukkan evaporasi mengalami 2 kali puncak di bulan April dan November dengan nilai Rasio Bowen berturut-turut 0,133 dan 0,14. Korelasi silang Rasio Bowen dan ONI menunjukkan hubungan yang kuat dimana nilai R sebesar 0.65 dengan lag 2 bulan. Sedangkan korelasi silang Rasio Bowen dan DMI mendapatkan hasil R sebesar 0.13 dengan lag 1 bulan. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ENSO menjadi faktor yang memiliki efek besar terhadap evaporasi di Selat Makassar.
Analisis Pengaruh ENSO dan IOD Terhadap Evaporasi di Selat Makassar Menggunakan Metode Bowen Ratio Riza, Muhammad; Zetsaona Sihotang; Idris Mandang; Mustaid Yusuf
Jurnal Riset Kelautan Tropis (Journal Of Tropical Marine Research) (J-Tropimar) Vol 7 No 2 (2025): November
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/jrkt.v7i2.122

Abstract

Perpindahan panas global sangat penting untuk memahami mekanisme variabilitas iklim dalam skala global. Rasio Bowen dapat digunakan untuk menentukan fluks panas laten pada suatu permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi variabilitas evaporasi di Selat Makassar menggunakan metode bowen ratio dan kaitannya terhadap fenomena ENSO dan IOD dan Mengetahui durasi dari fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap perubahan evaporasi di Selat Makassar. Rasio Bowen dihitung dengan membagi nilai sensible heat flux dengan latent heat flux. Setelah mendapatkan nilai Rasio Bowen kemudian akan dicari cross-correlation diantara Rasio Bowen dan ONI (Ocean Nino Index) kemudian ditentukan berapa lama jeda waktu yang diperlukan untuk anomali di Samudera Pasifik berpengaruh ke Selat Makassar. Kemudian Cross-correlation dihitung kembali diantara Rasio Bowen dan DMI untuk melihat efek anomali di Samudera Hindia terhadap Selat Makassar. Data sensible heat flux dan latent heat flux didapatkan dari ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts) dianalisis dari tahun 1990-2022 dan akan dirata-ratakan perbulannya. Didapatkan hasil penurunan Rasion Bowen dari tahun 1990-2022 yang mengindikasikan evaporasi yang semakin rendah. Klimatologi Rasio Bowen menunjukkan evaporasi mengalami 2 kali puncak di bulan April dan November dengan nilai Rasio Bowen berturut-turut 0,133 dan 0,14. Korelasi silang Rasio Bowen dan ONI menunjukkan hubungan yang kuat dimana nilai R sebesar 0.65 dengan lag 2 bulan. Sedangkan korelasi silang Rasio Bowen dan DMI mendapatkan hasil R sebesar 0.13 dengan lag 1 bulan. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ENSO menjadi faktor yang memiliki efek besar terhadap evaporasi di Selat Makassar.